Singaraja Gelar Festival Bonsai, Dari Hobi Menjadi Bisnis Menjanjikan
SINGARAJA, NusaBali
Ratusan bonsai berbagai ukuran dan berbagai jenis pohon dipamerkan dalam Festival Bonsai serangkaian HUT Kota Singaraja ke-419.
Bertempat di Taman Kota Singaraja, Senin (13/3), penggemar-penggemar bonsai memamerkan koleksi terbaik mereka. Tidak sedikit diantara pohon-pohon bonsai itu berusia puluhan tahun.
Salah satu penggemar bonsai Dody Darmawan anggota Komunitas Bonsai Kabupaten Buleleng mengaku mulai melirik tanaman bonsai sejak duduk di bangku SMP. Hanya saja kegemaran yang sekarang menjadi hobi itu sempat putus nyambung. Saat ini dia memelihara sebanyak 30 bonsai di rumahnya.
Khusus untuk kontes pada Festival Bonsai kali ini, dia membawa dua buah bonsainya yang sudah dipelihara selama 10 tahun terakhir. “Bagi pecinta bonsai seperti saya susah mengungkapkan kenapa suka. Lebih pada kepuasan batin saat melihat bentuknya. Kalau saya melihat bonsai seakan sedang berada di hutan yang hijau,” terang Dody yang juga staf Bappeda Buleleng ini.
Memelihara bonsai menurutnya adalah sebuah seni. Untuk dapat membentuk bonsai yang bagus dan menarik memerlukan seni khusus dalam memotong dan mengatur pertumbuhan. Keterampilan ini pun disesuaikan dengan karakter dan jenis pohon.
Rata-rata bonsai yang dikoleksinya saat ini dipelihara dari bakalan awal. Hal ini pun memerlukan waktu pemeliharaan dan pertumbuhan yang cukup lama. “Agar bisa bentukannya bagus perlu kesabaran ekstra. Bonsai ini perlu perawatan yang ekstra dari serangan penyakit, perawatan penyiraman, media tanam, pemangkasan bentuk. Kalau dibiarkan bisa hancur tidak berbentuk,” terang dia.
Di tempat yang sama Ketua Panitia Festival Bonsai Ketut Windu Saputra mengatakan perkembangan bonsai di Buleleng sudah ada sejak tahun 1987. Perkembangan bonsai di Buleleng sangat memerlukan kontes atau pameran.
Pameran kali ini diikuti 200 orang peserta. Sebanyak 30 diantaranya dari luar kabupaten. “Rata-rata bonsai yang ikut pameran saat ini 30 persen dari alam dan 70 persen dari proses budidaya, di Buleleng sendiri sudah dimulai sejak tahun 1995. Kalau sekarang kami tidak ada, makanya lebih bermain di budidaya,” terang Windu Saputra.
Bonsai-bonsai penggemar yang ditampilkan kali ini sudah berusia belasan dan puluhan tahun. Harga jualnya pun berkisar Rp 1 juta- Rp 285 juta.
Sementara itu Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana usai membuka festival bonsai cukup berpengaruh pada ekonomi kreatif di Buleleng. Bonsai pun saat ini sudah bergeser dari hobi menjadi bisnis yang cukup menjanjikan.
“Harga bonsai ini mahal-mahal, kalau PNS tidak mungkin membeli ini. Begitu pesat perkembangan bonsai di Buleleng perlu kita wadahi. Perlu difasilitasi dalam bentuk event tahunan,” ungkap Lihadnyana.
Dalam kesempatan tersebut sebagai apresiasi Pj Bupati pun memilih bonsai terfavorit dan diberikan penghargaan dan tropi. *k23
Komentar