Banyak Hotel Lakukan 'Kanibal' Kamar
Demi hemat anggaran, memindahkan properti dari kamar satu ke kamar lain.
DENPASAR,NusaBali
Kesulitan budget karena terpuruk akibat pandemi selama 2,5 tahun menyebabkan operasional hotel di Bali masih belum normal. Banyak hotel yang tidak bisa beroperasi penuh. Hal itu disebabkan karena kondisi fisik hotel, yang tidak sempat direnovasi pada saat pandemi. Karena itulah, kamar yang dijual baru terbatas. Selain itu dilakukan pola ‘kanibalisasi’ yakni mempereteli peralatan pada kamar yang ditutup, untuk dipakai pada kamar yang dijual.
Sekretaris BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Pery Markus mengatakan Senin (13/3). “Ini riil yang terjadi di lapangan,” ujarnya di Sekretariat Bali Tourism Board (BTB) di kawasan Niti Mandala Provinsi Bali.
Kata dia, problem industri hotel sekarang adalah bagaimana caranya mempersiapkan produk, terutama fisik seperti kamar dan lain sebagainya. Karena selama Covid-19, pihak hotel belum dapat melakukan renovasi.
”Untuk bisa kembali, butuh investasi, modal yang besar,” kata Pery Markus.
Kecuali pemilik yang mempunyai uang ‘dingin’, yakni modal sendiri dengan jumlah besar, barulah pengusaha bisa melakukan persiapan optimal.
Sementara untuk pengusaha yang terganjal anggaran lebih memilih untuk menyiasati keadaan, dengan mengoperasionalkan kamar hotel secara terbatas. Misalnya hotel yang punya 100 kamar, yang dibuka atau ditawarkan 70 kamar saja. Sisanya tutup sementara. “Atau ‘dikanibal,” ucap Peri Markus.
Dijelaskan, kanibal yang dia maksud adalah pemindahan atau pemanfaatan dari kamar hotel yang tidak dioperasikan seperti AC dan peralatan lain, digunakan pada kamar yang disewakan. “Jadi properti pada kamar yang tutup dipakai pada kamar yang dijual,” terangnya.
Pery Markus mengatakan rata-rata hunian kamar hotel belakangan ini sekitar 40 persen. “Itu rata-rata untuk seluruh Bali,” ujarnya.
Sedang secara area, bisa saja tingkat hunian berbeda. Ada yang sudah penuh, namun ada juga yang justru kosong. Sehingga jika dirata-rata baru sekitar 40 persen dari jumlah kamar hotel di seluruh Bali yang mencapai 140 ribu kamar.
Dengan okupansi 40 persen, hotel jelas belum bisa meraup untung. Dari pendapatan yang masuk baru cukup untuk biaya operasional saja. “Kalau 50 persen ke atas itu baru bisa mulai running,” ujarnya.
Sementara jumlah kedatangan wisatawan manca negara berkisar 10 ribu-11 ribu per hari. “Kadang-kadang 12 ribu, belum sampai 15 ribu per hari,” lanjutnya.
Kunjungan wisman menurut Pery Markus, biasanya baru akan meningkat pada Juli-Agustus depan, yang bertepatan pada musim liburan di Eropa. Sedangkan untuk wisatawan domestik, Pery Markus menyatakan sekitar 13 ribu per hari. Dia berharap kunjungan baik wisman maupun wisdom terus meningkat.
Dikatakan untuk wisman Bali ditargetkan bisa menggaet 4,5 juta wisman pada 2023. Sedang jumlah kunjungan wisman tertinggi dalam lima tahun terjadi pada 2019, yakni sebanyak 6,2 juta wisman. *k17
Sekretaris BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Pery Markus mengatakan Senin (13/3). “Ini riil yang terjadi di lapangan,” ujarnya di Sekretariat Bali Tourism Board (BTB) di kawasan Niti Mandala Provinsi Bali.
Kata dia, problem industri hotel sekarang adalah bagaimana caranya mempersiapkan produk, terutama fisik seperti kamar dan lain sebagainya. Karena selama Covid-19, pihak hotel belum dapat melakukan renovasi.
”Untuk bisa kembali, butuh investasi, modal yang besar,” kata Pery Markus.
Kecuali pemilik yang mempunyai uang ‘dingin’, yakni modal sendiri dengan jumlah besar, barulah pengusaha bisa melakukan persiapan optimal.
Sementara untuk pengusaha yang terganjal anggaran lebih memilih untuk menyiasati keadaan, dengan mengoperasionalkan kamar hotel secara terbatas. Misalnya hotel yang punya 100 kamar, yang dibuka atau ditawarkan 70 kamar saja. Sisanya tutup sementara. “Atau ‘dikanibal,” ucap Peri Markus.
Dijelaskan, kanibal yang dia maksud adalah pemindahan atau pemanfaatan dari kamar hotel yang tidak dioperasikan seperti AC dan peralatan lain, digunakan pada kamar yang disewakan. “Jadi properti pada kamar yang tutup dipakai pada kamar yang dijual,” terangnya.
Pery Markus mengatakan rata-rata hunian kamar hotel belakangan ini sekitar 40 persen. “Itu rata-rata untuk seluruh Bali,” ujarnya.
Sedang secara area, bisa saja tingkat hunian berbeda. Ada yang sudah penuh, namun ada juga yang justru kosong. Sehingga jika dirata-rata baru sekitar 40 persen dari jumlah kamar hotel di seluruh Bali yang mencapai 140 ribu kamar.
Dengan okupansi 40 persen, hotel jelas belum bisa meraup untung. Dari pendapatan yang masuk baru cukup untuk biaya operasional saja. “Kalau 50 persen ke atas itu baru bisa mulai running,” ujarnya.
Sementara jumlah kedatangan wisatawan manca negara berkisar 10 ribu-11 ribu per hari. “Kadang-kadang 12 ribu, belum sampai 15 ribu per hari,” lanjutnya.
Kunjungan wisman menurut Pery Markus, biasanya baru akan meningkat pada Juli-Agustus depan, yang bertepatan pada musim liburan di Eropa. Sedangkan untuk wisatawan domestik, Pery Markus menyatakan sekitar 13 ribu per hari. Dia berharap kunjungan baik wisman maupun wisdom terus meningkat.
Dikatakan untuk wisman Bali ditargetkan bisa menggaet 4,5 juta wisman pada 2023. Sedang jumlah kunjungan wisman tertinggi dalam lima tahun terjadi pada 2019, yakni sebanyak 6,2 juta wisman. *k17
Komentar