Kawisesaning Parwati, Ini Dia Jawaranya Ogoh-Ogoh Denpasar Utara Bos!
DENPASAR, NusaBali.com – ST Cantika Banjar Sedana Merta, Kelurahan Ubung, Denpasar Utara patut berbangga hati. Karya ogoh-ogoh yang disiapkan hampir tiga bulan lamanya, berbuah penghargaan sebagai juara I Lomba Ogoh-Ogoh se-Kecamatan Denpasar Utara.
Kawisesaning Parwati diangkat sebagai buah pikiran dari sekaa teruna yang bermarkas di Jalan Cokroaminoto, Ubung, Denpasar Utara. Awalnya Mang De selaku arsitek ogoh-ogoh dengan budget Rp 50 juta ini menawarkan ide cerita Dewi Sakti.
“Namun setelah digali lebih mendalam, akhirnya dapat dismpulkan tema yang cocok adalah Kawisesaning Parwati,” ungkap Danu, selaku Ketua Panita Ogoh-Ogoh di Banjar Sedana Merta saat ditemui Minggu (13/3/2023).
Sosok Dewi Parwati yang notabene istri Dewa Siwa adalah wanita berparas cantik dengan kekuatan dahsyat tiada tanding.
Awal mulanya alam para dewa dikacaukan oleh raksasa yang bernama Raktabija. Para dewa pun memohon kepada Dewi Parwati untuk menyelamatkan mereka. Namun permintaan ini ditolak.
Dewa Siwa terus membujuk istrinya agar mau membunuh raksasa Raktabija. Dewi Parwati pun berubah wujud menjadi Dewi Kali untuk membunuh raksasa Raktabija. Saat hilang kendali itulah, para dewa tidak berani untuk menenangkan Dewi Kali. Bahkan Dewa Siwa tidur di jalan tempat Dewi Kali melangkah.
Sampai-sampai Dewi Kali menginjak Dewa Siwa, sehingga hal ini membuatnya tersadar dan meminta maaf kepada suaminya dengan penuh penyesalan.
Ogoh-ogoh yang digarap sejak pertengahan Januari ini memiliki tinggi 3,5 meter dalam posisi jongkok dan jika berdiri akan memiliki tinggi 5 atau 6 meteran. Ogoh-ogoh ini menggunakan mesin hiodrolik sehingga mampu membuat ogoh-ogoh bergerak dari posisi jongkok ke berdiri.
Adapun bagian-bagian yang bergerak antara lain diantara topeng bagian atas tapel utama ogoh-ogoh, bagian bunga teratai yang berputar, bagian paha, pinggang dan badan dari ogoh-ogoh tersebut.
Yang paling menonjol dari ogoh-ogoh ini adalah pada bagian topeng ketika ogoh-ogoh berdiri maka topeng akan menutup tapel utama, dan jika ogoh-ogoh akan turun jongkok maka topeng akan terbuka dan memperlihatkan tapel utama dari ogoh-ogoh tersebut.
Danu mengungkapkan jika hal yang paling rumit dalam proses pembuatan ogoh-ogoh ini adalah pada bagian pembuatan rangka dan nyetel mesin pada proses ini sangatlah memakan banyak waktu. Dan banyaknya konsep awal yang tidak dapat direalisasikan karena keterbatasan waktu.
Untuk bahan-bahan lainnya menggunakan kakul atau keong sawah sebagai ornamen pada ogoh-ogoh, untuk bunga teratai menggunakan kertas karton dan dihias kulit jagung, untuk pemegangan di setiap senjata menggunakan kayu asli demi mengejar keaslian dan karakter dari sebuah senjata dengan menggunakan kayu galam yang dibeli dengan harga Rp 150 ribu per batangnya.
“Kami bangga bisa menjadi juara I,” kata Danu. “Hal ini sesuai target awal, apalagi senior-senior di banjar menghargai dan mengapresisasi karya dari ST Cantika ini,” imbuh Danu yang masesangi gundul setelah karya ogoh-ogoh ST Cantika menduduki peringkat pertama se-Denpasar Utara.
Ia pun berharap saat parade atau malam pangerupukan Selasa (21/3/2023) mendatang di Catur Muka Denpasar bisa berjalan lancar. “Kami juga berharap ogoh-ogoh kami dapat lolos lagi dan bisa mengikuti penilaian di tingkat provinsi,” tandasnya. *m03
Berita ini merupakan hasil liputan Ngurah Arya Dinata, mahasiswa Praktek Kerja Lapangan di NusaBali.com
1
Komentar