Usung Cerita ‘Sandi Maya’, Karang Taruna Kresna Bhuana Juara Parade dan Lomba Ogoh-Ogoh Klungkung
SEMARAPURA, NusaBali.com – Semangat para Yowana (pemuda) Kabupaten Klungkung menyambut Hari Raya Nyepi Tahun 1945 Saka kali ini tampak menggebu, lantaran hampir dua tahun gelaran ogoh-ogoh senyap akibat pandemi.
Penampilan Karang Taruna Kresna Bhuana, Desa Sampalan
Tengah, Kecamatan Dawan, pada gelaran parade dan lomba ogoh-ogoh se-Kabupaten Klungkung pun berbuah sebagai juara I.
Tengah, Kecamatan Dawan, pada gelaran parade dan lomba ogoh-ogoh se-Kabupaten Klungkung pun berbuah sebagai juara I.
Saat perform yang dipusatkan di panggung terbuka Alun-Alun Ida Dewa Agung Jambe pada Kamis
(16/3/2023) malam, para pemuda Desa Sampalan Tengah ini menunjukkan persiapan yang matang sehingga berbuah gelar juara.
(16/3/2023) malam, para pemuda Desa Sampalan Tengah ini menunjukkan persiapan yang matang sehingga berbuah gelar juara.
Sementara, posisi kedua di duduki oleh Pasikian Yowana Semarajaya, Kecamatan Banjarangkan. Selanjutnya posisi ketiga diraih oleh Pasikian Yowana, Kecamatan Klungkung, dan posisi keempat diraih oleh Simbar Kencana, Kecamatan Nusa Penida.
Perbekel Desa Sampalan Tengah, I Putu Aryawan membeberkan pertama kali dalam sejarah pihaknya bisa menjadi juara. Tak tanggung-tanggung, untuk bisa tampil maksimal para yowana telah mempersiapkannya sejak dua bulan yang lalu.
“Sejak dua bulan lalu, kami membentuk tim untuk menentukan konsep apa yang akan kami buat untuk mengikuti lomba ini,” ujar I Putu Aryawan saat ditemui seusai pengumuman juara pada Kamis (16/3/2023) malam.
Bertajuk Sandi Maya, Aryawan menerengkan konsep tersebut menceritakan terbentuknya dimensi antara manusia dan para raksasa. Kisah ini disebutkan merupakan sebuah kisah yang dituangkan dalam epos Mahabharata. Ide cerita tersebut, kata Aryawan dibuat oleh I Wayan Soma Bhaskara. Sedangkan arsitek ogoh-ogoh digagas oleh I Komang Juniantara dan Agus Harry Kusuma.
Tak hanya dinilai dari segi visual anatomi ogoh-ogoh saja, pihaknya juga turut mengkreasikan dengan seni tari dan juga tabuh melalui pementasan fragmentasi. Untuk mendukung penampilan yang apik, pihaknya turut dibantu oleh penata tari, Ni Putu Vikky Aldelia dan Penata Tabuh, Agung Aris Prayoga. Serta dalam pementasan pihaknya turut menggunakan dalang oleh I Nengah Wastana.
“Kami tidak mematok harus juara satu, kami lihat tadi semua dari fragmentari hingga ogoh-ogoh sudah menampilkan penampilan yang maksimal dan kami sangat puas,” imbuhnya.
Ia menilai, antusias para yowana tahun ini sangat lah bersemanagat. Sebab, pada tahun sebelumnya mereka telah mengusung konsep yang matang. Namun harus terhenti akibat pandemi. Sehingga tahun ini, dari konsep sebelumnya Aryawan membeberkan pihaknya melakukan penyempurnaan kembali.
Foto: Perbekel Desa Sampalan Tengah, I Putu Aryawan. -RIKHA SETYA
Para penari dan penabuh pun kata dia patut diacungi jempo karena kedisiplinan dan kerja keras mereka dalam berlatih. Tak tanggung-tanggung para penari berlatih selama satu bulan setiap sore hari.
“Karena kegigihan seniman dan penari kami sehingga ada kedisiplinan yang kami terapkan. Kalau penabuh itu latihan dari pukul 17.00-21-00 Wita, lalu kalua penari latihan dari pukul 20.00-22.30 Wita,” tutur pria kelahiran 30 April 1978.
Ogoh-ogohnya yang memiliki tinggi sekitar 6 meter tersebut diperkirakan menghabiskan dana Rp 25 juta. Dana tersebut dikatannya merupakan dana motivasi yang didapatkan dari Pemkab Klungkung.
“Kami cukup-cukupkan sesuai dengan uang bantuan Rp 25 juta. Jadi menurut saya seni itu bukan diukur dari segi dana. Tetapi sekarang bagaimana kita royal dan warga mau bergotong royong sehingga masalah dana bisa kami cukupkan,” tuturnya.
Ia pun berharap, gelaran ini menjadi agenda rutin dari pemerintah sehingga dapat menjadi wadah kreatifitas bagi para yowana di Kabupaten Klungkung. Namun ia pun turut berharap agar panitia pelaksana ke depan bisa menambah peserta lomba.
“Gelaran ini bagus sekali tetapi kami rasa peserta kurang banyak. Kalau bisa total ada 8 peserta, jadi kami bisa melihat inovasi lainnya dan persaingan di dalam perlombaan pasti akan ketat,” pungkasnya. *ris
“Karena kegigihan seniman dan penari kami sehingga ada kedisiplinan yang kami terapkan. Kalau penabuh itu latihan dari pukul 17.00-21-00 Wita, lalu kalua penari latihan dari pukul 20.00-22.30 Wita,” tutur pria kelahiran 30 April 1978.
Ogoh-ogohnya yang memiliki tinggi sekitar 6 meter tersebut diperkirakan menghabiskan dana Rp 25 juta. Dana tersebut dikatannya merupakan dana motivasi yang didapatkan dari Pemkab Klungkung.
“Kami cukup-cukupkan sesuai dengan uang bantuan Rp 25 juta. Jadi menurut saya seni itu bukan diukur dari segi dana. Tetapi sekarang bagaimana kita royal dan warga mau bergotong royong sehingga masalah dana bisa kami cukupkan,” tuturnya.
Ia pun berharap, gelaran ini menjadi agenda rutin dari pemerintah sehingga dapat menjadi wadah kreatifitas bagi para yowana di Kabupaten Klungkung. Namun ia pun turut berharap agar panitia pelaksana ke depan bisa menambah peserta lomba.
“Gelaran ini bagus sekali tetapi kami rasa peserta kurang banyak. Kalau bisa total ada 8 peserta, jadi kami bisa melihat inovasi lainnya dan persaingan di dalam perlombaan pasti akan ketat,” pungkasnya. *ris
1
Komentar