Jawara 12 Besar Ogoh-ogoh Denpasar Jadi Magnet Kasanga Fest
DENPASAR, NusaBali.com – Tiga besar ogoh-ogoh dari empat kecamatan di Kota Denpasar yang dipajang per tenda per kecamatan jadi magnet Kasanga Fest di Lapangan Puputan Badung pada Jumat (17/3/2023) sore.
Pengunjung Kasanga Fest dari berbagai kalangan, latar belakang suku dan agama antusias memanjakan mata dengan karya seni kreasi generasi muda Kota Denpasar ini. Dari berbagai opsi hiburan yang ditawarkan, tenda ogoh-ogoh menjadi yang paling ramai.
Kebanyakan pengunjung di gelaran pertama besutan Pasikian Yowana Denpasar dan Sing Main Main ini mengaku khusus datang untuk melihat action figure raksasa itu. Di mana, perpaduan tradisi dan teknologi dinilai menjadi ciri khas karya ogoh-ogoh tahun ini.
Kompleks tenda ogoh-ogoh terbagi menjadi dua yakni dua tenda dengan total enam ogoh-ogoh berada di sisi timur Lapangan Puputan Badung dan dua tenda lagi berada di sisi barat. Untuk kompleks tenda di sisi timur diisi oleh ogoh-ogoh dari Kecamatan Denpasar Utara dan Denpasar Selatan.
Sementara yang di sisi barat diisi oleh karya-karya sekaa teruna dari Kecamatan Denpasar Timur dan Denpasar Barat. Kedua kompleks tenda ogoh-ogoh ini pun memiliki penggemar masing-masing dan disesaki pengunjung yang sama ramainya.
Guru Gangga, 52, adalah salah satu pengunjung yang sengaja datang demi menyaksikan perkembangan seni ogoh-ogoh di Denpasar dalam satu tempat. Ia datang bersama sang istri sembari menghabiskan malam akhir pekan.
“Datang ke Kasanga Fest memang untuk melihat ogoh-ogoh. Momennya pas jadi tidak perlu keliling (ke banjar-banjar), cukup di sini saja sudah bisa melihat calon-calon juara,” ujar Guru Gangga ketika dijumpai pada Jumat (17/3/2023) sore.
Guru Gangga menjelaskan bahwa sah-sah saja untuk memperdebatkan perpaduan tradisi dengan teknologi masa kini. Namun, dirinya mengingatkan bahwa zaman terus berkembang menuju digitalisasi dan bukan tidak mungkin ogoh-ogoh di masa depan bisa dikendalikan lewat remote control.
Sementara itu, I Gede Andika Paramartha alias Go Andik menjelaskan bahwa ciri khas ogoh-ogoh di Kota Denpasar pada tahun ini memang berupa sentuhan teknologi. Kata pendiri Sing Main Main ini, penggunaan teknologi hidrolik sangat lumrah ditemui hampir di semua karya.
“Tahun ini, teman-teman lebih banyak memberikan sentuhan teknologi hidrolik. Bisa dilihat hampir di semua karya ogoh-ogoh itu ada komponen hidrolikanya,” tutur Go Andik yang juga pelopor promosi brand lokal.
Go Andik berharap para sekaa teruna se-Kota Denpasar dapat terus berimajinasi dan menuangkannya ke dalam karya-karya seni yang tidak mengenal batas. Menjadi individu yang tidak pernah puas untuk berkreasi dan berinovasi.
Hal ini pun diamini oleh Agung Eka, 17, pemuda asal Banjar Uma Sari, Desa Dauh Puri Kaja, Denpasar Utara. Meskipun ogoh-ogoh karya sekaa terunanya, ST Yowana Sari masuk tiga besar, Agung juga tidak menampik karya dari sekaa teruna lain juga sangat menarik.
“Ke sini karena ogoh-ogoh banjar saya masuk tiga besar di Denpasar Utara. Terus mau lihat ogoh-ogoh yang lain juga dan ternyata memang bagus-bagus dan sudah jauh berkembang,” kata Agung.
Agung Eka berharap semangat sekaa teruna di Kota Denpasar terus terjaga dan mendorong perkembangan ogoh-ogoh lebih jauh dari tahun ke tahun.
Untuk diketahui Kasanga Fest adalah pilot project yang didukung Pemkot Denpasar. Gelaran ini melibatkan 40 pelaku UMKM lokal se-Kota Denpasar dan dimeriahkan oleh grup musik yang bermarkas di Denpasar pula.
Gelaran ini diharapkan bisa berlanjut pada tahun berikutnya. Harapannya dapat menjadi tambahan wisata event di Kota Denpasar, mewadahi kreativitas generasi muda, dan membantu pelaku usaha kecil membuka pasar. *rat
Komentar