Sambut Nyepi, Siswa Widiatmika Kirab Budaya dan Pawai Ogoh-Ogoh
MANGUPURA, NusaBali.com – Ratusan siswa jenjang PAUD hingga SMA/SMK di bawah naungan Yayasan Widiatmika menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 dalam gelaran Kirab Budaya dan Pawai Ogoh-Ogoh pada Sabtu (18/3/2023) pagi.
Bertajuk Wiwita Sang Werkudara, gelaran tersebut mulai pada pukul 08.00 Wita dengan pementasan tari-tarian, para siswa pun berkolaborasi menarikan tarian Bali hingga tarian daerah asal Indonesia. Hal ini semakin seru dengan adanya pawai ogoh-ogoh berbagai ukuran dari siswa PAUD, TK, SD, SMP, hingga SMA/SMK.
Ketua Umum Panitia, I Gede Karya Danu Palguna menerangkan anak didiknya semakin bersemangat dengan kehadiran para wali murid. Orang tua siswa pun setia menunggu anaknya bahkan ikut serta berjalan kaki untuk mengikut pawai ogoh-ogoh bersama.
Rute kali ini, disebutkan Danu sedikit berbeda dari tahun sebelumnya. Sebelum pandemi Covid-19 pawai ogoh-ogoh hanya berjalan sekitar sekolah saja. Namun kali ini dikemas lebih panjang dengan rute melewati lampu merah Jalan Raya Kampus Udayana dan kembali lagi ke sekolah.
“Dulu pernah kami menggunakan rute yang pendek, tetapi mereka (siswa) tidak puas. Sehingga kali ini kami gunakan rute yang lebih panjang,” ujar Danu saat ditemui seusai acara pada Sabtu (18/3/2023) siang.
Ia menerangkan, tujuan adanya pawai ogoh-ogoh ini untuk mengenali budaya lokal Bali kepada anak-anak sejak dini. Serta mengajak anak-anak untuk saling bergotong royong mengangkat ogoh-ogoh, serta sekaligus terjalinnya hubungan harmonis antara siswa, guru, dan juga orangtua.
Antusias anak didiknya pun terlihat dari senyum semringah yang terpancar. Dilihat dari pantauan NusaBali.com, pawai tersebut juga diiringi oleh gamelan Bali yang membuat suasana lebih seru. Tak ayal, anak-anak menggarap ogoh-ogoh dengan semangat hingga peluh bercucuran di dahi mereka.
Ketua Umum Panitia, I Gede Karya Danu Palguna menerangkan anak didiknya semakin bersemangat dengan kehadiran para wali murid. Orang tua siswa pun setia menunggu anaknya bahkan ikut serta berjalan kaki untuk mengikut pawai ogoh-ogoh bersama.
Rute kali ini, disebutkan Danu sedikit berbeda dari tahun sebelumnya. Sebelum pandemi Covid-19 pawai ogoh-ogoh hanya berjalan sekitar sekolah saja. Namun kali ini dikemas lebih panjang dengan rute melewati lampu merah Jalan Raya Kampus Udayana dan kembali lagi ke sekolah.
“Dulu pernah kami menggunakan rute yang pendek, tetapi mereka (siswa) tidak puas. Sehingga kali ini kami gunakan rute yang lebih panjang,” ujar Danu saat ditemui seusai acara pada Sabtu (18/3/2023) siang.
Ia menerangkan, tujuan adanya pawai ogoh-ogoh ini untuk mengenali budaya lokal Bali kepada anak-anak sejak dini. Serta mengajak anak-anak untuk saling bergotong royong mengangkat ogoh-ogoh, serta sekaligus terjalinnya hubungan harmonis antara siswa, guru, dan juga orangtua.
Antusias anak didiknya pun terlihat dari senyum semringah yang terpancar. Dilihat dari pantauan NusaBali.com, pawai tersebut juga diiringi oleh gamelan Bali yang membuat suasana lebih seru. Tak ayal, anak-anak menggarap ogoh-ogoh dengan semangat hingga peluh bercucuran di dahi mereka.
“Sangat antusias karena di sekolah, kegiatan ini merupakan salah satu projek besar. Jadi semua saling berkolaborasi dan bekerjasama agar kegiatan berjalan dengan lancar,” terangnya.
Foto: Ketua umum panitia, I Gede Karya Danu Palguna. -RIKHA SETYA
Disinggung soal pembuatan ogoh-ogoh, kelima ogoh-ogohnya kata Danu bukan dibuat oleh pihaknya. Namun, dibeli dengan proses ogoh-ogoh 50 persen jadi.
“Kita beli setengah jadi, sehingga anak-anak membantu untuk menghias agar ogoh-ogoh bisa rampung semuanya,” terangnya.
Ia pun berharap, ke depan gelaran ini akan terus ada setiap tahunnya dan tahun depan ia ingin berkolaborasi dengan anak-anak untuk membuat ogoh-ogoh dari nol hingga jadi.
“Tahun depan mungkin kami akan membuat ogoh-ogohnya full di sekolah,” bebernya.
Dalam kesempatan yang sama, Bendesa Adat Jimbaran, I Gusti Made Rai Dirga menilai kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sangat luar biasa dan positif. Sehingga kata dia bisa mentrasformasikan kreativitas anak-anak.
“Kegiatan ini adalah salah satu kegiatan positif yang sangat bagus untuk memancing minat dan keinginan serta intuisi anak-anak. Sehingga dari usia dini mereka paham dan tertarik pada pelestarian budaya,” pungkasnya. *ris
1
Komentar