Bali Perlu Kerja Keras Genjot Kunjungan
Masih kisaran 25 ribuan wisatawan, PHRI usul perluas VOA dan perbanyak event.
DENPASAR,NusaBali
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya atau Rai Suryawijaya menyatakan, Bali perlu kerja lebih keras untuk menggenjot kunjungan wisatawan, baik wisman maupun wisdom.
Wisatawan ke Bali saat ini, baru berkisar 25-an ribu orang. Terdiri dari wisman sekitar 13,2 ribu per hari. Demikian juga wisdom, jumlahnya tidak berselisih jauh.
"Kalau weekend, 15 ribu per hari," papar Rai Suryawijaya, yang juga Wakil Ketua BPD PHRI Bali,Senin (20/3). Sementara sebelum pandemi, jumlah wisatawan, baik internasional maupun domestik diatas 30 ribuan. Masing-masing: wisman antara 15 ribu sampai 16 ribu per hari. Sedangkan wisdom bisa mencapai 20-25 ribu per hari.
"Sehingga kunjungan wisatawan ke Bali, masih di bawah kunjungan sebelum pandemi," ucap tokoh pariwisata Bali asal Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung.
Untuk itu PHRI berharap ada sejumlah langkah yang mesti dilakukan untuk bisa meningkatkan kunjungan lebih signifikan. Langkah-langkah tersebut antara lain promosi ke tempat-tempat yang menjadi kantong wisatawan, baik di dalam negeri maupun ke manca negara. Apakah promosi secara online atau promosi langsung.
"Apapun produk itu promosi itu mesti, " ucapnya.
Menurutnya, tentu bagus, jika promosi bisa dilakukan langsung, selain secara digital. Dikatakan Rai Suryawijaya, sekarang ini sudah memungkinkan promosi secara langsung mengingat pandemi, bisa dikatakan sudah berakhir.
Selanjutnya, terus perluas visa on arrival (VOA) mengacu hubungan bilateral antara Indonesia dengan negara mitra, yang bersifat resiprokal. Saat ini ada 86 negara yang bebas VOA. Sedang sebelum pandemi ada 169 negara.
Di pihak lain, Rai Suryawijaya mendukung low enforcement atau penertiban terhadap wisatawan asing yang melakukan pelanggaran atau berbuat tak sesuai aturan dan etika.
Dikatakan penegakan aturan tersebut penting, untuk menjaga citra Bali yang menjunjung pariwisata budaya. Selain menjamin orang atau wisatawan agar merasa aman dan nyaman saat berwisata. “Orang datang berwisata tentu ingin merasa nyaman dan aman,”ucap Rai Suryawijaya.
Karenanya, dia yakin penertiban terhadap wisman yang berulah, tidak akan mengganggu antusias kedatangan wisatawan, khususnya wisman ke Bali. “Kita harus optimis itu,” tegasnya.
Menurutnya jangan karena segelintir wisman yang ugal-ugalan, yang lain yang lebih banyak dikorban. Dan kerja lain yang mesti dilakukan menggenjot kunjungan wisatawan adalah memperbanyak event-event, baik berskala nasional maupun internasional. Semua itu, kata Rai Suryawijaya mesti berkolaborasi, sinergi bersama, seluruh stakeholder, baik komponen pariwisata, pemerintah daerah dengan pemerintah pusat dalam hal ini Kemenparkeraf.
Sebelumnya Sekretaris PHRI Bali Perry Markus mengatakan jumlah kunjungan wisman tertinggi sebelum pandemi terjadi pada tahun 2019, yakni sebanyak 6,2 juta wisman. Sedangkan pada tahun 2022 lalu, kunjungan wisman baru sekitar 2,3 juta. Sementara pada tahun 2023, Bali diharap bisa menggaet 4,5 juta wisman.
Rata-rata okupansi belakangan ini, menurut Rai Suryawijaya untuk seluruh Bali berkisar 40 persen. “Itu rata-rata seluruh Bali. Namun untuk kawasan berbeda lagi, ada yang penuh, ada juga yang masih kosong,” ujar Perry Markus.
Dia mengiyakan, masih harus berjuang keras untuk bisa menggapai angka kunjungan wisman 6,2 juta sebagaimana sebelum pandemi Covid-19. *K17
Wisatawan ke Bali saat ini, baru berkisar 25-an ribu orang. Terdiri dari wisman sekitar 13,2 ribu per hari. Demikian juga wisdom, jumlahnya tidak berselisih jauh.
"Kalau weekend, 15 ribu per hari," papar Rai Suryawijaya, yang juga Wakil Ketua BPD PHRI Bali,Senin (20/3). Sementara sebelum pandemi, jumlah wisatawan, baik internasional maupun domestik diatas 30 ribuan. Masing-masing: wisman antara 15 ribu sampai 16 ribu per hari. Sedangkan wisdom bisa mencapai 20-25 ribu per hari.
"Sehingga kunjungan wisatawan ke Bali, masih di bawah kunjungan sebelum pandemi," ucap tokoh pariwisata Bali asal Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung.
Untuk itu PHRI berharap ada sejumlah langkah yang mesti dilakukan untuk bisa meningkatkan kunjungan lebih signifikan. Langkah-langkah tersebut antara lain promosi ke tempat-tempat yang menjadi kantong wisatawan, baik di dalam negeri maupun ke manca negara. Apakah promosi secara online atau promosi langsung.
"Apapun produk itu promosi itu mesti, " ucapnya.
Menurutnya, tentu bagus, jika promosi bisa dilakukan langsung, selain secara digital. Dikatakan Rai Suryawijaya, sekarang ini sudah memungkinkan promosi secara langsung mengingat pandemi, bisa dikatakan sudah berakhir.
Selanjutnya, terus perluas visa on arrival (VOA) mengacu hubungan bilateral antara Indonesia dengan negara mitra, yang bersifat resiprokal. Saat ini ada 86 negara yang bebas VOA. Sedang sebelum pandemi ada 169 negara.
Di pihak lain, Rai Suryawijaya mendukung low enforcement atau penertiban terhadap wisatawan asing yang melakukan pelanggaran atau berbuat tak sesuai aturan dan etika.
Dikatakan penegakan aturan tersebut penting, untuk menjaga citra Bali yang menjunjung pariwisata budaya. Selain menjamin orang atau wisatawan agar merasa aman dan nyaman saat berwisata. “Orang datang berwisata tentu ingin merasa nyaman dan aman,”ucap Rai Suryawijaya.
Karenanya, dia yakin penertiban terhadap wisman yang berulah, tidak akan mengganggu antusias kedatangan wisatawan, khususnya wisman ke Bali. “Kita harus optimis itu,” tegasnya.
Menurutnya jangan karena segelintir wisman yang ugal-ugalan, yang lain yang lebih banyak dikorban. Dan kerja lain yang mesti dilakukan menggenjot kunjungan wisatawan adalah memperbanyak event-event, baik berskala nasional maupun internasional. Semua itu, kata Rai Suryawijaya mesti berkolaborasi, sinergi bersama, seluruh stakeholder, baik komponen pariwisata, pemerintah daerah dengan pemerintah pusat dalam hal ini Kemenparkeraf.
Sebelumnya Sekretaris PHRI Bali Perry Markus mengatakan jumlah kunjungan wisman tertinggi sebelum pandemi terjadi pada tahun 2019, yakni sebanyak 6,2 juta wisman. Sedangkan pada tahun 2022 lalu, kunjungan wisman baru sekitar 2,3 juta. Sementara pada tahun 2023, Bali diharap bisa menggaet 4,5 juta wisman.
Rata-rata okupansi belakangan ini, menurut Rai Suryawijaya untuk seluruh Bali berkisar 40 persen. “Itu rata-rata seluruh Bali. Namun untuk kawasan berbeda lagi, ada yang penuh, ada juga yang masih kosong,” ujar Perry Markus.
Dia mengiyakan, masih harus berjuang keras untuk bisa menggapai angka kunjungan wisman 6,2 juta sebagaimana sebelum pandemi Covid-19. *K17
1
Komentar