Penusukan Maut Saat Pawai Ogoh-Ogoh, 2 Pelaku Ditangkap
Keluarga Ingin Polisi Tangkap Semua Pelaku
DENPASAR, NusaBali
Di tengah riuhnya warga menonton arak-arakan ogoh-ogoh pada malam Pangerupukan, Selasa (21/3) malam di kawasan Jalan Veteran Denpasar, terjadi peristiwa maut.
I Putu Eka Astina alias Tu Pekak,41, tewas akibat dikeroyok oleh sekelompok orang di Jalan Veteran Denpasar, tepatnya di depan Dealer Suzuki Permai Veteran pada, Selasa malam pukul 21.00 Wita. Korban dipukul dan ditikam hingga menderita delapan luka tusukan yang tersebar pada dada kanan, dada kiri, perut, paha, dan kedua kaki. Korban meninggal dunia setelah beberapa saat dirawat di RSUP Prof IGNG Ngoerah Denpasar, Rabu (23/3) dinihari.
Peristiwa maut itu langsung direspons cepat oleh aparat Polresta Denpasar. Dua orang terduga pelaku, masing-masing berinisial DA dan BB ditangkap beberapa saat setelah kejadian. Kedua pelaku yang sama-sama asal Banjar Gegelang, Desa Antiga, Karangasem itu kini dikerangkeng di Rutan Polresta Denpasar. Sementara terduga pelaku lainnya masih dalam penyelidikan. Ditemui di rumah duka di Jalan Nangka, Gang Kenari VII Nomor 20, Dangin Puri Kaja, Denpasar Utara, Kamis (23/3) siang, istri korban, yakni Ni Nengah Wikarsini,37, menceritakan sebelum kejadian dia bersama suaminya (korban) dan anak perempuannya yang berusia dua tahun sudah berada di lokasi TKP.
Mereka menonton kemeriahan pawai ogoh-ogoh yang melintas menuju ke kawasan Patung Catur Muka Denpasar. Setelah lama di sana, muncul ogoh-ogoh Desperado yang merupakan hasil kreatifitas para pelaku. Tanpa sebab yang jelas, DA dan BB memandang korban dengan tatapan tajam dan mata melotot. Awalnya tidak dihiraukan korban, sebab DA dan BB dikenal korban. Namun demikian, kedua pelaku yang diduga dalam kondisi mabuk miras itu terus memprovokasi korban dengan tatapan tajam.
Tak tahan terus ditatap seperti itu, korban Tu Pekak lalu menghampiri mereka. Namun seketika itu juga Tu Pekak diserang dengan cara didorong hingga jatuh dan ditusuk membabibuta. Korban tak berdaya untuk membela diri sebab para pelaku jumlahnya banyak. Melihat sang suami terjatuh di di tengah kerumunan banyak orang, Wikarsini berteriak dan berlari sambil menggendong anaknya ke tengah kerumunan untuk menolong suaminya. Setelah berhasil berdiri, korban memegang uluh hati yang sudah berlumuran darah. Tu Pekak dibantu warga menggunakan sepeda motor diantar ke RSUD Wangaya Denpasar untuk mendapat pertolongan medis.
"Mereka (para pelaku) sangat tidak manusiawi. Mereka tega menikam suami saya di hadapan saya istrinya dan anaknya yang masih berusia dua tahun. Mereka mendorong dan menusuk suami saya hingga jatuh. Saya melihat sendiri, pelaku bukan dua orang atau empat orang saja, tetapi banyak orang," ungkap Wikarsini dengan nada sedih dan penuh emosional.
Setelah sampai di RS Wangaya, ungkap Wikarsini suaminya (korban) tidak mendapat pertolongan maksimal. Selama 1,5 jam berada di sana kondisi Tu Pekak terus memburuk. Di tengah kepanikannya, Wikarsini coba menelepon anggota DPRD Kota Denpasar, I Made Muliawan Arya alias De Gadjah untuk meminta pertolongan.
"Pak De Gadjah langsung menyarankan untuk memindahkan bapak ke RSUP Prof Ngoerah. Kami pun pindah ke sana. Setelah sampai di RS Prof Ngoerah jantung suami saya sudah melemah hingga akhirnya meninggal," beber Wikarsini sambil menangis. Wikarsini mengaku mengenal pelaku DA dan BB. DA dahulu pernah jadi sopir pribadi Tu Pekak yang bekerja di bidang properti. Sejak enam tahun lalu DA berhenti bekerja. Selama bekerja dengan korban, DA tidak ada masalah. DA dan BB juga merupakan sama-sama perantau dari Karangasem.
Perempuan 37 tahun ini berharap polisi menangkap semua orang yang terlibat dalam kasus tersebut dan mengungkap apa motifnya. Sebab dirinya merasa tidak pernah suaminya bikin masalah, apalagi dengan para pelaku. "Bapak (korban) dengan pelaku ini saling kenal. DA mantan sopir suami saya. Dahulu dia (DA) dikeroyok sama orang, suami saya yang menyelamatkannya. Diapun bekerja sebagai sopir suami saya. Dia berhenti jadi sopir suami saya sekitar 6 tahun lalu. Selama bekerja sama sepengetahuan saya tidak ada masalah," bebernya.
Hingga kemarin siang jenazah korban masih berada di RS Prof Ngoerah. Jenazah akan dipulangkan setelah dilakukan otopsi. Sejak korban dinyatakan meninggal dunia tidak dilakukan otopsi karena dokter forensik libur Hari Raya Nyepi.
Rencananya setelah selesai otopsi, jenazah korban langsung dipulangkan ke Karangasem untuk dilakukan prosesi selanjutnya. "Kita masih menunggu selesai otopsi baru bapak bisa dibawa pulang. Dokter mengatakan berusaha agar otopsi bisa dilakukan hari ini," pungkasnya. Harapan serupa disampaikan oleh Suasti,65, yang merupakan ibu kandung dari Tu Pekak. Suasti mengaku anaknya itu mudah bergaul dengan siapa saja. "Saya berharap polisi tangkap semua pelaku. Semasa hidup anak saya ini suka bergaul. Sedikit dapat rejeki dia undang teman-temannya untuk makan bareng," tuturnya.
Sementara pihak Polresta Denpasar belum memberikan keterangan resmi terkait peristiwa tersebut. Kasi Humas Polresta Denpasar, AKP Ketut Sukadi dikonfirmasi terpisah kemarin siang mengatakan belum mendapat data kronologis kasus itu. "Mohon maaf saya belum dapat datanya. Kita tunggu rilisnya saja ya, biar datanya lengkap," tutur AKP Sukadi.
Sementara Kepala Instalasi Forensik RSUP Prof dr I GNG Ngoerah dr Kunthi Yulianti SpF dikonfirmasi, Kamis sore kemarin, menyampaikan bahwa jenazah I Putu Eka Astina alias Tu Pekak, 41, diterima pihaknya pada Rabu (22/3) dinihari pukul 04.45 Wita. Atas permintaan kepolisian jenazah Tu Pekak kemudian diotopsi pada, Kamis siang sekitar pukul 12.30 Wita.
Terkait alasan medis kematian korban, dr Kunthi mengatakan belum bisa disampaikan karena masih melakukan analisis lebih jauh. "Masih di analisa ya," ujarnya. Sampai Kamis sore jenazah Tu Pekak masih dititipkan pihak keluarga di kamar jenazah RSUP Prof Ngoerah. *pol
1
Komentar