Nikmatnya Aneka Sajian Street Food di Kawasan Non-Tiket GWK
MANGUPURA, NusaBali.com - Lokasi area non-tiket kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) saat menjelang sore disulap menjadi kawasan para lapak pegiat UMKM untuk turut menjajal pasarnya di kawasan GWK.
Buka setiap hari, terlihat berbagai jenis makanan dari makanan tradisional hingga makanan ala Korea berjajar rapi menghiasi sekeliling lokasi. Tak jarang, para orangtua sangat senang ketika mengajak anak-anaknya untuk sekadar duduk-duduk menikmati angin sore.
Apalagi jika hari libur telah tiba, lokasi area non-tiket tepatnya di area Revayah Plaza akan dibanjiri pengunjung dari berbagai usia mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.
Salah satu pemilik usaha Murakita Korean Street Food, Melodi Natanael mengatakan jika lapaknya akan ramai ketika berjualan di hari Sabtu dan Minggu.
“Ramainya di hari Sabtu dan Minggu, rata-rata pendapatan bisa sampai Rp 500.000 atau lebih. Kalau hari biasa kadang-kadang dapat Rp 300.000,” ujar Melodi Natanael, Minggu (27/3/2023) malam.
Sudah berjualan sejak sebelum pandemi di tahun 2017 akhir, ia menjelaskan dilihat dari penjualan, konsumennya rata-rata dari orang lokal dan didominasi oleh anak muda. Hal ini diungkapkan karena ia menjual makanan dengan tema korean street food yang saat ini sangat digandrungi oleh anak milenial.
“Sekarang lagi hitsnya KPop yang lagi disenangnya oleh anak-anak milenial dan kita ambil peluang itu. Cita rasa masih disesuaikan dengan lidah lokal. Idenya lihat dari YouTube dan juga lihat dari drama Korea,” jelasnya.
Menu yang ditawarkan pun beragam seperti corndog, toppoki, odeng, ramyeon, jagung susu keju, es jeruk, dan lain sebagainya dengan harga mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 25.000 saja.
Melodi Natanael pun turut membeberkan jika saat pandemi dirinya sempat berjualan di pinggir jalan di kawasan Ungasan, Badung, akibat lokasi Revayah Plaza ditutup selama pandemi.
Setelah kembali dibuka kawasan Revayah Plaza pada bulan Maret 2022, ia memutuskan untuk kembali berjualan di kawasan tersebut karena menurutnya lokasi ini sudah sangat menjanjikan.
“Mending di sini karena saat sebelum pandemi jualan di sini sudah seperti tempat rekreasi untuk orang-orang lokal yang sering main ke sini. Saya di sini bisa tahu, kalau Sabtu dan Minggu itu pasti ramai, dibanding jualan di luar belum tentu dan tidak bisa memprediksi,” paparnya.
Senada dengan hal tersebut, Owner Chiclin Chicken, Komang Lina Wati mengungkapkan jika ia sudah mulai berjualan di lokasi ini sejak bulan Mei tahun 2022. Sebelum menjajakan dagangannya di sini, ia sempat membuka usaha di kawasan Jimbaran, dekat dengan Universitas Udayana tetapi sepi peminat.
“Di sini lumayan ramai kalau hari Sabtu dan Minggu. Hari biasa tidak begitu ramai karena anak-anak masih pada sekolah mungkin,” ujar Lina Wati .
Menjual menu andalannya berupa ayam tepung krispi dengan 4 varian rasa yakni extra hot, balado, seaweed, dan blackpepper menggungah selera siapa saja untuk mencoba. Varian yang paling banyak diminati kata Lina Wati adalah varian balado. Harganya pun terjangkau, dalam satu kemasan ayam tepung krispri dibandrol dari harga Rp 12.000 sampai dengan Rp 23.000 saja.
“Rata-rata penjualan paling sedikit 5 bungkus terjual, ramainya lumayan bisa sampai 10-25 bungkus terjual. Jadi peluang berjualan di sini lebih ramai, pengunjung ke sini karena tempat ini juga tempat nongkrongnya anak muda. Jadi rata-rata yang beli ini anak muda,” tutur Lina Wati.
Lapak lainnya, Takoyaki Takomura, Ajeng Kusuma Azzahra juga mengais rejeki di lokasi yang sama sejak pukul 16.00 sampai 21.00 Wita. Usaha makanan Jepang yang baru dirintis sejak bulan Mei 2022 sudah memiliki pelanggang dari berbagai kalangan. Harga yang ditawarkan hanya Rp 1.000 per takoyaki pun laris manis sejak lapak mulai dibuka.
Berbagai varian toping pun ditawarkan seperti toping keju, sosis, cumi, crabstick, rolade ayam, hingga fish cake. Tak ada minimum pembelian, pembeli pun dapat membeli dengan jumlah berapa pun.
“Pelanggan bilang takoyaki kita enak tetapi mereka kadang bilang ini kemurahan. Tetapi menurut saya ini harga yang pas dan kita juga masih dapat keuntungan jika jual seribu,” papar Ajeng.
Walaupun perekonomian sudah semakin menggeliat, Ajeng pun masih berharap pariwisata Bali khususnya kawasan GWK bisa kembali ramai dikunjungi oleh wisatawan. *ris
1
Komentar