Pasar Produk Rajutan Membaik
DENPASAR,NusaBali
Pemasaran produk pakaian dan aksesories rajutan Bali semakin membaik, menyusul pulihnya pariwisata Bali.
Pasar dengan tujuan ekspor sudah mulai ada. Sedang di dalam negeri, permintaan datang dari pasar lokal, diantaranya pengelola art shop, reseller dan lainnya.
"Sudah mulai ada pesanan, " ujar Ni Ketut Suwarni, pemilik usahaa 'Bali Rajut' dari Kota Negara, Jembrana, Minggu(26/3).
Untuk ekspor, Suwarni mengatakan sudah melakukan 4 kali pengiriman ke Austria. Produk yang dikirim adalah topi, payung dan markam atau hiasan dinding. Dikatakan, 4 kali pengiriman tersebut, setelah membaiknya pariwisata Bali.
"Sekarang, kami sedang mengerjakan sample untuk ekspor juga," lanjut Suwarni.
Demikian juga pemasaran lokal. Kalau pada saat pandemic nyaris nihil pesanan, kini pesanan dari dalam negeri sudah mengalir meskipun permintaan belum banyak.
"Ada yang minta 20 -25 biji untuk dijual kembali, " ungkap Suwarni.
Pemesan berasal dari para pengelola art shop, toko suvenir di kawasan wisata seperti Kuta, Ubud, Gianyar dan daerah tujuan wisata lainnya.
Selain pengiriman untuk ekspor dan pemenuhan pesanan art shop dan reseller, Suwarni menuturkan produksi rajutannya juga dipamerkan di dalam pameran UMKM 'Bali Bangkit' yang difasilitasi Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bali di Gedung Ksirarnawa, Art Center, Denpasar.
"Ini untuk kedua kalinya, " kata Suwarni. Yang pertama diadakan Februari lalu.
Dia menyatakan bersyukur produk pakaian dan aksesori rajutan difasilitasi lewat pameran. Selain tak bayar stand, transaksi juga ditangani Dekranasda Bali. Dengan demikian, perajin tak harus menunggu di Art Center. "Jadi sangat terbantu kita para perajin, " ucap Suwarni.
Untuk diketahui, produk pakaian dan asesoris rajutan seperti yang dibuat Suwarni dan para perajinnya antara lain tas, topi, syal, payung dan hiasan dinding.
Karena baru mengawali setelah pandemi, Suwarni mengaku omset penjualannya belum banyak. "Kadang dalam sebulan bisa kosong," ujarnya.
Namun demikian dalam beberapa waktu terakhir, ekspor produk rajutannya bisa mencapai sekitar Rp 20 juta. Sedangkan untuk pemasaran di dalam negeri, khususnya pasar lokal, antara Rp 5 Juta sampai Rp 7 Juta per bulan. "Belum banyak. Namun sudah mulai ada," jelasnya.
Terpisah Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri(LN), Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali, Ni Wayan Lestari, menyatakan pakaian atau produk rajutan, merupakan salah satu produk ekspor Bali.
"Itu(rajutan) masuk dalam produk tekstile,"jelasnya, Senin(28/3). Hanya saja, kata Ni Wayan Lestari, produk rajutan, tidak tercantum secara spesifik. Namun masuk dalam kelompok tekstile dan produk tekstile.* k17
1
Komentar