Tetap Bersolek, Ksirarnawa Tampil Lebih 'Cantik'
Meski Drawing Piala Dunia U-20 Batal di Bali
DENPASAR, NusaBali
Federasi sepakbola dunia, FIFA membatalkan Bali sebagai lokasi Drawing Piala Dunia U-20 yang rencananya digelar, Jumat (31/3) nanti di Gedung Ksirarnawa kawasan Taman Budaya Bali (Art Center) Denpasar.
Walaupun demikian, proses pengerjaan renovasi kawasan Taman Budaya Bali khususnya Gedung Ksirarnawa terus berlanjut. Berdasarkan pantauan NusaBali, Senin (27/3) pukul 14.00 Wita, sudah tidak ada pengerjaan berat di proyek yang menelan anggaran sebesar Rp 7 miliar dari APBD Provinsi Bali ini.
Akan tetapi, pengerjaan minor masih berlangsung. Beberapa di antaranya adalah pembersihan bahan material bangunan seperti pasir dan U-Ditch dengan alat berat excavator. Ada pula pengerjaan restorasi titik yang terdampak pembangunan seperti pengembalian jalur alat berat menuju aliran sungai di utara Gedung Ksirarnawa.
Menurut dua supervisor lapangan yang dijumpai di lokasi, pengerjaan restoratif ini dikatakan akan sudah selesai hari ini (kemarin). Kemudian, akan dilanjutkan dengan membersihkan kawasan. Sementara material bangunan lain di lapangan sudah hampir tidak ada kecuali material yang sedang dibersihkan itu. Kepala UPTD Taman Budaya Bali, I Wayan Arsika,52, menyatakan renovasi kawasan Taman Budaya Bali sudah tuntas 100 persen. Meskipun tidak bertanggung jawab langsung terhadap pengerjaan fisik, sebagai tuan rumah, Arsika memastikan renovasi berjalan baik dan tuntas tanpa terpengaruh isu yang berkembang di luar.
“Sudah 100 persen dan sudah siap dipakai khususnya yang di indoor. Kemudian yang di luar itu seperti yang dilihat, jalan sudah baru, tembok-tembok (Gedung Ksirarnawa) baru, ornamen sudah dicat ulang, gorong-gorong sudah dibersihkan,” kata Arsika ketika dijumpai di ruang kerjanya pada, Senin siang. Jelas Arsika, pada prinsipnya Gedung Ksirarnawa hanya ‘ganti baju’ saja. Sebab, bangunan fisiknya masih sama namun tampilannya dipercantik. Misalnya gapura atas gedung yang terlihat baru padahal hanya dibersihkan dari lumut dan diberikan treatment khusus. Begitu pula bagian dalam gedung yang dipermak hingga terlihat baru.
“Renovasi ini memang sifatnya restoratif, tidak ada yang boleh diubah signifikan. Apa yang ada di gedung itu, itu yang diperbaiki,” imbuh birokrat yang memulai karier di Bappeda Provinsi Bali ini. Hanya saja, untuk bagian auditorium, venue utama yang sebelumnya direncanakan jadi tempat drawing sedikit diubah. Kapasitas awal sebanyak 520 kursi disesuaikan kebutuhan dan standar acara menjadi 373 kursi.
Selain itu, bungkus kursi dan lantai karpet di dalam ruangan diganti walaupun nuansanya masih merah. Karpet bernuansa merah juga diletakkan di luar auditorium tepatnya di area pintu masuk ruangan setelah akses tangga. Ada pula waiting room dengan fasilitas 17 kursi yang dilengkapi pintu kaca. Berdasarkan keterangan Tim Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPR Perkim) Bali di lokasi, zona venue utama dinyatakan sudah tuntas. Namun memang, perlu dilakukan pembersihan lebih lanjut dan screening untuk memastikan tidak ada problem minor di dalam gedung.
“Bukannya dilarang untuk mengakses venue. Tapi memang untuk sementara disterilisasi agar tidak terjadi kerusakan atau kehilangan alat. Penyewaan juga sudah kami stop sementara,” tutur Arsika. Dia mengaku tidak terpengaruh isu pembatalan yang ia anggap gosip. Sebab, belum ada pernyataan, surat, maupun perintah langsung dari Pemprov Bali soal kelanjutan event langka untuk Pulau Dewata, khususnya Taman Budaya Bali ini. Oleh karena itu, persiapan terus berjalan.
Berdasarkan situasi di lapangan, instansi lain pun sudah berancang-ancang menyambut tamu negara. Sebab, sudah ada sekitar 9 unit power supply (UPS) yang disediakan PLN terparkir di antara Gedung Pameran dan Gedung Kriya. Sementara itu, UPS tambahan direncanakan diparkir di kawasan Kampus ISI Denpasar, begitu pula jalur evakuasi akan mengarah ke kampus yang terhubung kawasan Taman Budaya Bali itu.
Sementara Pemerintah Provinsi Bali mengatakan perbaikan yang dilakukan di Art Center Denpasar, yang sebelumnya disebut-sebut untuk menyambut pengundian grup (Drawing) Piala Dunia U-20 masih bermanfaat untuk kegiatan lain. "Ya ke depan kan masih ada penyelenggaraan (kegiatan) yang lain, penggunaan pemanfaatan lain untuk Art Center khususnya, itu kan masih fasilitas yang memang kita gunakan bukan baru gara-gara ini (Piala Dunia U-20)," kata Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace saat ditemui di Kantor Gubernur Bali, Senin kemarin. Wagub Cok Ace menegaskan bahwa sejak lama Art Center sudah ada dan dimanfaatkan, sehingga perbaikannya bukan semata-mata karena jadi atau batalnya pengundian grup.
"Itu (Art Center) memang kita punya dan Astungkara kita ada kesempatan perbaiki dan tentu ke depannya akan kita gunakan," ujarnya. Penolakan Pemprov Bali terhadap tim Israel dalam Piala Dunia U-20 yang dicanangkan di Indonesia, salah satunya Pulau Dewata sendiri sudah melalui pertimbangan yang matang, kata Cok Ace. Ia mengakui tentu ada dampak dari keputusan pemerintah daerah, salah satunya dari sisi pariwisata yang sebelumnya diharapkan Piala Dunia U-20 dapat meningkatkan okupansi hotel dari penonton yang hadir dan menyaksikan pertandingan. "Namun demikian, sekali lagi ada hal-hal yang memang kita harus terima bersama, tidak ada satu kebijakan yang 100 persen memberikan keuntungan, tentu ada pertimbangan tertentu," ujarnya. *ol1, ant
Komentar