Badung Gagal Masuk 75 Besar ADWI 2023
Salah satu kekurangan dalam hal kreativitas digitalisasi, desa wisata siap berbenah
DENPASAR,NusaBali
Desa Wisata (Dewi) di Kabupaten Badung akan melakukan evaluasi dan berbenah untuk meningkatkan kapasitas, baik fisik maupun SDM-nya. Hal tersebut menyusul gagalnya 18 desa wisata di wilayah itu masuk 75 besar dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023.
Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata Kabupaten Badung I Putu Suada, mengatakan desa wisata di Badung, akan terus berbenah dan untuk memperbaiki penampilan.
“Event seperti ADWI itu lebih memotivasi,” ujar Suada. Karena sesungguhnya, desa wisata di Badung sudah bergerak, mulai dari mengenali potensi, melakukan penataan, pengelolaan hingga pemasaran.
“Itu teman- teman desa wisata-desa wisata sudah dari dulu berkarya, sehingga desa wisata menunjukkan eksistensi dalam pariwisata Bali,” lanjut pria yang juga Ketua Pokdarwis Desa Wisata Munggu, salah satu desa wisata di Badung, yang ada di Kecamatan Mengwi.
Tentu saja keberadaaan desa wisata di Badung, kata Suada tidak hanya buah dari pekerjaan insan maupun komunitas dari desa wisata. Namun merupakan hasil kerjasama, kolaborasi stake holder terkait. Mulai dari lingkungan, pemerintah desa, kecamatan. Dan dukungan, baik pembinaan, bantuan dari Pemkab Badung, melalui Dinas Pariwisata dan OPD terkait lainnya.
Forkom Dewi Badung, kata Suada, tidak mau mencari kambing hitam atau mencari-cari alasan, dibalik nihilnya desa wisata di Badung, dalam 75 besar ADWI 2023.
“Kami akan evaluasi dan belajar menemukan, bagian bagian mana yang kurang dari kami,” ucap Suada. Termasuk membandingkan nanti dengan desa-desa wisata yang lolos masuk 75 besar.
Walau demikian, menurut Suada salah satu yang mungkin menjadi kekurangan adalah dalam kreativitas digitalisasi. Contohnya meng-uplowd tampilan- tampilan foto dan visual yang berbasis digital.
“Mungkin itu,” tandasnya. Sedang dari sisi potensi, Badung tidak kalah dari daerah lain. Forkom Dewi Badung, kata Suada, tentu akan melakukan pendekatan SDM dengan kompetensi Information AND Technology (IT) untuk memperkuat eksistensi dan promosi desa wisata.
Untuk pemenuhan itu, desa wisata di Badung tidak akan sampai ‘mengimpor’ sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten dalam bidang IT atau digital.
“Masa, misalnya kami di Munggu, tidak ada anak muda yang pintar dan mengerti tentang IT. Kami optimistis dan yakin ada. Kita manfaatkan SDM lokal,” tegasnya.
Sebelumnya sebanyak 70 desa wisata dari kabupaten/kota di Bali ikut ajang ADWI 2023 yang puncaknya direncanakan September depan. Dari 70 desa wisata di Bali tersebut, hanya 3 yang lolos 75 besar untuk mengikuti tahapan selanjutnya. Ketiga desa wisata yang masuk 75 besar adalah Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Jembrana. Desa/Kelurahan Serangan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan Desa Kenderan, Kecamatan Tegallalang, Gianyar. ADWI 2023 sendiri diikuti oleh 4.300 desa wisata se -Indonesia. *K17
Desa Wisata (Dewi) di Kabupaten Badung akan melakukan evaluasi dan berbenah untuk meningkatkan kapasitas, baik fisik maupun SDM-nya. Hal tersebut menyusul gagalnya 18 desa wisata di wilayah itu masuk 75 besar dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023.
Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata Kabupaten Badung I Putu Suada, mengatakan desa wisata di Badung, akan terus berbenah dan untuk memperbaiki penampilan.
“Event seperti ADWI itu lebih memotivasi,” ujar Suada. Karena sesungguhnya, desa wisata di Badung sudah bergerak, mulai dari mengenali potensi, melakukan penataan, pengelolaan hingga pemasaran.
“Itu teman- teman desa wisata-desa wisata sudah dari dulu berkarya, sehingga desa wisata menunjukkan eksistensi dalam pariwisata Bali,” lanjut pria yang juga Ketua Pokdarwis Desa Wisata Munggu, salah satu desa wisata di Badung, yang ada di Kecamatan Mengwi.
Tentu saja keberadaaan desa wisata di Badung, kata Suada tidak hanya buah dari pekerjaan insan maupun komunitas dari desa wisata. Namun merupakan hasil kerjasama, kolaborasi stake holder terkait. Mulai dari lingkungan, pemerintah desa, kecamatan. Dan dukungan, baik pembinaan, bantuan dari Pemkab Badung, melalui Dinas Pariwisata dan OPD terkait lainnya.
Forkom Dewi Badung, kata Suada, tidak mau mencari kambing hitam atau mencari-cari alasan, dibalik nihilnya desa wisata di Badung, dalam 75 besar ADWI 2023.
“Kami akan evaluasi dan belajar menemukan, bagian bagian mana yang kurang dari kami,” ucap Suada. Termasuk membandingkan nanti dengan desa-desa wisata yang lolos masuk 75 besar.
Walau demikian, menurut Suada salah satu yang mungkin menjadi kekurangan adalah dalam kreativitas digitalisasi. Contohnya meng-uplowd tampilan- tampilan foto dan visual yang berbasis digital.
“Mungkin itu,” tandasnya. Sedang dari sisi potensi, Badung tidak kalah dari daerah lain. Forkom Dewi Badung, kata Suada, tentu akan melakukan pendekatan SDM dengan kompetensi Information AND Technology (IT) untuk memperkuat eksistensi dan promosi desa wisata.
Untuk pemenuhan itu, desa wisata di Badung tidak akan sampai ‘mengimpor’ sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten dalam bidang IT atau digital.
“Masa, misalnya kami di Munggu, tidak ada anak muda yang pintar dan mengerti tentang IT. Kami optimistis dan yakin ada. Kita manfaatkan SDM lokal,” tegasnya.
Sebelumnya sebanyak 70 desa wisata dari kabupaten/kota di Bali ikut ajang ADWI 2023 yang puncaknya direncanakan September depan. Dari 70 desa wisata di Bali tersebut, hanya 3 yang lolos 75 besar untuk mengikuti tahapan selanjutnya. Ketiga desa wisata yang masuk 75 besar adalah Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Jembrana. Desa/Kelurahan Serangan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan Desa Kenderan, Kecamatan Tegallalang, Gianyar. ADWI 2023 sendiri diikuti oleh 4.300 desa wisata se -Indonesia. *K17
Komentar