Kedatangan Panji Sakti Momen Kelahiran Kota Singaraja
SINGARAJA, NusaBali
Kota Singaraja, ibukota Kabupaten Buleleng tepat pada Kamis (30/3) berusia 419 tahun.
Penetapan hari ulang tahun Kota Singaraja ini diambil dari sejarah Raja I Gusti Panji Sakti saat pertama kali menginjakkan kaki di tanah Buleleng, pada 30 Maret 1604. Kedatangan Panji Sakti putra Raja Sri Aji Dalem Sagening dari Gelgel Klungkung menuju Den Bukit (Bali Utara), menjadi awal pendirian Kerajaan Buleleng.
Manggala Utama Trah Tunggal Ki Barak Panji Sakti Anak Agung Wiranata Kusuma usai melangsungkan persembahyangan bersama di Puri Gede menjelaskan, penetapan HUT Kota Singaraja diambil saat Panji Sakti tiba di wilayah Buleleng. Saat itu Raja Sri Aji Dalem Sagening menitahkan putranya Ki Barak Panji Sakti, kembali ke tempat asal ibunya Si Luh Pasek di Den Bukit (Bali Utara).
Ki Barak Panji bersama Bunda Si Luh Pasek, berangkat menuju Den Bukit diantar oleh 40 orang prajurit yang dipimpin Ki Kadosot. Seluruh pasukan pun dibekali dengan keris sakti. Anehnya saat keris dibagikan, jumlahnya lebih satu dari jumlah pasukan.
“Saat dibagikan satu per satu keris pemberian raja itu lebih 1 bilah. Sempat dihitung dan dibagikan kembali hasilnya tetap sama. Akhirnya sisa lebih keris itu diberikan kepada Panji Sakti yang saat itu baru berusia belasan tahun. Keris Ki Baru Semang ini yang mengiringi kejayaan kepemimpinan beliau dan hingga kini masih distanakan di parahyangan puri,” terang Wiranata Kusuma.
Sejak tinggal di Buleleng meskipun masih sangat belia, Panji Sakti dengan anugerah kesaktian yang dimiliki akhirnya mampu menyatukan seluruh wilayah Den Bukit. Sebelumnya wilayah ini dikuasai oleh raja-raja kecil. Bahkan keagungan Raja Panji Sakti sudah tampak saat dia dan pengawalnya tiba di daerah puncak Buleleng. Saat itu rombongan sedang istirahat dan memakan ketupat bersama. Namun tiba-tiba salah satu prajurit tersedak. Karena tidak ada air, Panji Sakti menancapkan keris Ki Baru Semang ke tanah dan saat itu pula muncul sumber air. Daerah ini kini dikenal dengan Pura Yeh Ketipat yang berlokasi di wilayah Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng.
Lalu di tengah perjalanan menyusuri hutan belantara di daerah puncak Buleleng, rombongan pun sempat dihadang oleh sosok mahluk astral bernama Panji Landung. Penguasa alam gaib bertubuh besar ini pun langsung membopong Panji Sakti di pundak kirinya dan menunjukkan daerah kekuasaannya sejauh mata memandang.
Benar saja selama masa kejayaan Panji Sakti tidak hanya wilayah Buleleng yang ditaklukkan, tetapi dia dengan pasukan goak sempat menaklukkan Blambangan, Jawa Timur.
Keberhasilannya menaklukkan dan menguasai daerah lain membuat Raja Panji Sakti dikenal dengan sebutan singa besar. Nama kota Singaraja pun dinilai diadopsi dari sebutan Panji Sakti pada masa kejayaannya.
Sementara itu peninggalan Raja Panji Sakti yang masih disimpan keluarga Puri Buleleng adalah Keris Ki Baru Semang. Keris ini pun disakralkan oleh keluarga puri yang ditedunang setiap Hari Raya Tumpek Landep. Hanya saja sejak tahun 1976, dalam proses nedunang keris tidak dilakukan pembersihan dan nunas asuhan. Sebab keluarga puri disebut Wiranata Kusuma sempat mengalami kejadian aneh saat membersihkan keris.
“Saat itu keras dibersihkan dibuka sarungnya, posisinya horizontal. Saat digosok dibersihkan tiba-tiba tanpa disangka menghanguskan anjing yang sedang lewat di depannya. Sejak saat itu tidak pernah dibuka lagi. Paling dimohon wangsuhpada saja,” kata dia.
Keluarga Puri Buleleng pun mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah menetapkan HUT Kota Singaraja, dari sejarah pendiri Buleleng Raja I Gusti Panji Sakti. Perayaan HUT Kota Singaraja dilaksanakan meriah melibatkan seluruh komponen masyarakat Buleleng oleh Pemkab Buleleng. Sedangkan dari pihak puri merayakan dengan melaksanakan syukuran sederhana dan persembahyangan bersama di parahyangan puri dan Pura Pajenengan Panji Sakti di Desa Panji, Kecamatan Sukasada Buleleng.
Di usia Kota Singaraja yang sudah sangat tua ini, keluarga puri pun berharap ke depannya Pemerintah Provinsi Bali kembali memberikan akses bagi Buleleng untuk berkembang. Salah satunya rencana pembangunan bandara di Bali Utara agar tetap diperjuangkan di pemerintah pusat. Harapan ini minimal dapat membawa Buleleng berkembang sejajar dengan kabupaten/kota lainnya di Bali. *k23
1
Komentar