Industri Obat Bali Dambakan SDM Lokal
Bali selalu selangkah lebih maju dengan adanya asosiasi usadha tradisional dengan wujud membuka pusat pendidikan pengobatan tradisional.
DENPASAR, NusaBali
Pengetahuan tradisional di bidang kesehatan dan pengobatan perlahan mulai kembali dilirik banyak kalangan. Hal itu seiring dengan pemikiran untuk menjalani kehidupan yang berkelanjutan (sustainability) dengan memanfaatkan bahan alami.
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Kementerian Kesehatan dari tahun 2010 hingga 2018, menunjukkan masyarakat Indonesia yang menggunakan upaya kesehatan tradisional makin meningkat menjadi sebesar 44,3 persen. Hal ini menunjukkan minat masyarakat dalam penggunaan obat tradisional dan upaya kesehatan tradisional meningkat.
Masyarakat Indonesia bisa dikatakan beruntung karena hidup di atas surganya keanekaragaman hayati. Keragaman yang menyimpan potensi bahan-bahan untuk pengobatan.
Masyarakat Bali sebagai bagian dari Nusantara pun sejak dahulu telah mengembangkan pengetahuan pengobatan (usadha) menggunakan bahan-bahan yang tumbuh di sekitarnya. Dengan melihat perkembangan pengobatan tradisional saat ini, Bali perlu melihat potensi yang dimilikinya sehingga nantinya dapat ikut bermain dalam pusaran peradaban baru dalam sistem pengobatan dan kesehatan.
Bali bisa mengambil inspirasi dari bangsa lain di dunia seperti Tiongkok dan India yang selama ini seakan jadi barometer pengobatan tradisional dunia.
Guru besar farmasi Universitas Udayana, Prof Dr rer nat I Made Agus Gelgel Wirasuta, Apt, MSi, menyampaikan kolaborasi antara pengobatan tradisional dan konvensional (modern) sangat memungkinkan untuk dikembangkan di Pulau Dewata. Hal itu sejalan dengan filosofi Tri Hita Karana yang berkembang di Bali.
Foto: Prof Dr rer nat I Made Agus Gelgel Wirasuta, Apt, MSi. -IST
Profesor yang dikenal dengan ramuan usadha barak ini menjelaskan, penting bagi Bali untuk menyiapkan sebanyak mungkin sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten di bidang pengobatan maupun kesehatan tradisional yang nantinya akan memenuhi kebutuhan lapangan kerja yang ada.
"Jangan sampai ketika kita berhasil mengembangkan usadha wellness yang dikenal sebagai medical komplementer medicine, saat itu akan dikuasai oleh orang-orang yang bukan berasal dari warga kita," kata Prof Gelgel belum lama ini.
Prof Gelgel menyatakan, untuk membangun industri pengobatan tradisional, Bali harus mendapat dukungan dari semua pihak mulai dari SDM hingga bantuan permodalan. Dari sisi bahan baku diharapkan minimal 30 persen merupakan produksi lokal walaupun tetap disesuaikan dengan standarisasi obat-obatan tingkat nasional dan internasional.
"Jangan sampai kita memproduksi obat tradisional namun melupakan standar kesehatan yang berlaku, agar mampu diterima di pasaran global," jelasnya.
Meski mendorong keterlibatan SDM lokal, Prof Gelgel juga mengingatkan untuk tidak menutup diri melakukan kolaborasi dengan SDM andal dari luar Bali maupun luar negeri, sehingga diharapkan bisa menghasilkan produk-produk berkualitas hasil pengembangan usadha Bali.
Di sisi lain, untuk lebih mempermudah masyarakat mengakses pengobatan tradisional, Pemerintah Provinsi Bali saat ini juga tengah mengembangkan aplikasi yang memungkinkan masyarakat dapat melihat daftar para pangusada lengkap dengan keahlian dan lokasi 'praktiknya'.
Ahli pengobatan tradisional Bali atau balian usada (pangusada) akan lebih mudah diakses masyarakat yang membutuhkan pengobatan alternatif.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dr dr I Nyoman Gede Anom MKes mengungkapkan aplikasi tersebut akan diberi nama 'Situs Bali' yang saat ini masih dalam tahap penyempurnaan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
"Namanya nanti 'Situs Bali'. Di dalamnya ada nama pangusada (balian usada) yang masuk anggota Gotra Pangusada, ada juga obat-obatan yang berasal dari lontar usada, ada rumah sakit yang melayani pengobatan tradisional, ada Puskesmas yang melayani pengobatan tradisional dan ada Griya Sehat yang melayani pengobatan tradisional," ungkap dr Anom.
Pada aplikasi tersebut, lanjut dr Anom, masyarakat dapat melihat data dan lokasi praktik pangusada sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Dokter Anom menyebut para pangusada tersebut terjamin legalitasnya karena terdaftar dan memiliki surat tanda pangusada yang akan dikeluarkan oleh organisasi pangusada resmi (Gotra Pangusada).
"Sampai masyarakat dunia nanti bisa ke Bali, mereka lihat mau coba nama baliannya siapa. Di pangusada itu setiap orang punya spesialisasi tersendiri dia, sama seperti dokter," sebutnya.
Kadiskes Bali ini menyebut hingga saat ini dalam Gotra Pangusada telah terdata sekitar 6.000 orang pangusada. Masing-masing mendapatkan keahlian mengobati berkat belajar, taksu, ataupun karena keturunan.
"Jadi sekarang anggota Gotra Pangusada merasa sudah diakui, bisa buka praktik resmi, bisa melayani masyarakat. Bahkan, nanti kalau ada data tidak sembuh-sembuh bisa komplain ke mereka," ujarnya lagi.
Lebih lanjut dr Anom mengatakan, pengobatan tradisional melalui praktik pangusada ini secara otomatis akan mengangkat lontar usada sebagai warisan leluhur Bali yang menyimpan resep-resep pengobatan tradisional Bali.
"Kami ingin masyarakat tahu kalau kami punya pangusada yang melakukan pengobatan tradisional. Kita kan sebagian besar percaya, cuma selama ini diam-diam, jadi kami buat yang resmi agar kerja mereka bisa dipertanggungjawabkan, orang tidak dirugikan. Bayarnya juga rata-rata lebih mahal dari medis, jadi sekarang distandarkan," kata birokrat asal Desa/Kecamatan Blahbatuh, Gianyar ini.
Sementara itu, Koordinator Kelompok Ahli Bidang Pembangunan Pemerintah Provinsi Bali I Made Damriyasa mengatakan, masyarakat Bali sudah memiliki referensi bahan pengobatan berbasis alam berupa lontar taru pramana. Ia mengajak masyarakat untuk membuka kembali pengetahuan yang diwariskan para leluhur tersebut.
Pemerintah Provinsi Bali, lanjut Damriyasa, telah menyiapkan fasilitas dan regulasi, sehingga selanjutnya peran akademisi dan masyarakat pemilik modal diharapkan dapat bergerak untuk kepentingan pembangunan industri usadha di Bali.
"Bali selalu selangkah lebih maju dengan adanya asosiasi usadha tradisional dengan wujud membuka pusat pendidikan pengobatan tradisional. Sehingga pasar yang besar ini jangan sampai menjadi pasar orang lain," pesan Damriyasa yang juga Rektor Universitas Hindu Indonesia (Unhi) ini. cr78
1
Komentar