Akademisi-Tokoh Masyarakat Ajak Krama Bali Guyub, Tak Terpancing
Terkait Surat ke Menpora Larang Tim Israel Bertanding di Bali
DENPASAR, NusaBali - Keputusan Gubernur Bali, Wayan Koster yang tegas menyatakan ‘Tidak Menolak Kejuaraan Dunia FIFA U-20’, dan menyampaikan surat kepada Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, tanggal 14 Maret 2023 yang esensinya memohon kepada Menpora agar mengambil kebijakan melarang Tim Israel ikut bertanding di Bali.
Surat yang diajukan Gubernur Koster ke Menpora juga sebagai antisipasi terhadap potensi-potensi yang terjadi di kemudian hari, dan sah saja bagi pemerintah daerah yang mengetahui persis kondisi daerahnya untuk menyampaikan aspirasi dan permohonan tersebut ke Menpora, dimana nanti yang berperan menyetujui atau menolak adalah Pemerintah Pusat, mengingat kewenangan dalam ‘konteks’ jalinan atau hubungan internasional dengan luar negeri menjadi kewenangan wajib Pemerintah Pusat.
Meskipun FIFA telah memutuskan Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 karena menyinggung tragedi di Kanjuruhan, bukan persoalan Israel. Namun demikian, Prof Arya mengajak warga Bali pecinta bola agar bisa menonton pertandingan Piala Dunia U-20 dari mana saja, baik itu televisi maupun penyedia siaran lainnya ataupun YouTube.
Terkait tidak diizinkannya pengibaran bendera dan berkumandangnya lagu negara Israel di wilayah RI sesuai PERMENLU RI Nomor 03 Tahun 2019, dan menyikapi sebelumnya ada pertemuan kenegaraan yang juga mengikutsertakan negara Israel sebagai partisipannya di Bali, Prof Arya Utama berpandangan bahwa apabila dilandaskan kepada PERMENLU RI Nomor 03 Tahun 2019, maka hal tersebut sudah berkesesuaian dan aturan tersebut harus ditegakkan sekaligus diimplementasikan.
"Jadi sikap Pak Gubernur Bali sudah sesuai, namun Gubernur Bali tidak dapat secara langsung menentukan hubungan internasional dengan luar negeri," jelasnya. Sedangkan, I Made Nariana yang menjabat sebagai Ketua KONI Badung menyatakan bahwa semua pihak sebetulnya mencintai sepak bola, tetapi kalau ada kepentingan yang lebih luas dan besar, tentu bisa dipertimbangkan.
“Sekarang dengan adanya pro kontra atas rencana Piala Dunia U-20 di Indonesia, yang salah satunya Bali akan dijadikan tempat pertandingan, saya pikir itu wajar-wajar saja,” kata Made Nariana. Made Nariana juga menyinggung soal sikap FIFA. FIFA sendiri dikatakan tokoh asal Mengwi, Badung ini sedang bermain politik sebetulnya. Waktu Piala Dunia Qatar, Rusia tidak diperbolehkan bermain. “Lalu kenapa, kalau kita meminta Israel tidak boleh main di Indonesia? Sebetulnya bisa juga. Nah inilah persoalan yang saya lihat dan ikuti di media sosial,” ujar Nariana yang juga merupakan salah satu jurnalis senior di Bali ini.
Made Nariana juga menilai, alasan Bali terutama Gubernur Bali menolak Tim Israel bertanding di Bali ada sifat kesejarahan juga, dimana Bung Karno sejak lama tidak setuju kalau Israel diikutikan dalam kejuaraan yang diadakan di Indonesia. Karena dianggap Israel itu tidak mengakui Kemerdekaan Palestina, padahal pembukaan UUD 1945 menyangkut perdamaian dunia, dimana seluruh negara harus merdeka. Kemudian menyangkut keamanan Bali sendiri.
“Kita baru saja habis Covid- 19 selama dua setengah tahun, dan merangkak maju ke depan pariwisata kita, kalau nanti benar sesuai intelijen Israel bahwa, kalau Israel bermain di Bali dan di Indonesia akan diganggu oleh kaum ekstremis atau kaum radikal di dunia dan di Indonesia, kan nama Bali
akan hancur. Saya membaca yang terakhir, bahwa bukan sekedar karena penolakan ini, tetapi sejak lama atau sebelumnya intelijen Israel katanya sudah mengendus bahwa kalau Israel bermain di Indonesia akan diganggu atau jangan-jangan lebih serem lagi. Kalau itu yang terjadi di Bali, dan kita pengalaman sudah dua kali Bali di bom oleh kaum radikal, maka Bali kita akan hancur,” ungkapnya seraya mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk memahami masalah ini secara lebih mendalam.
Berbicara sepak bola, Made Nariana menyatakan sangat mencintai sepak bola. Bahkan dirinya berpikir, bahwa FIFA juga grasa-grusu dalam keputusan. Semestinya, pengalaman Piala Dunia di Qatar dijadikan sebagai pengalaman yang berharga bagi FIFA, jangan pilih kasih dan seharusnya Piala Dunia U-20 tetap digelar di Indonesia.
Nariana juga melihat ternyata pembatalan FIFA mengenai Piala Dunia U-20 di Indonesia dan di Bali khususnya, tidak ada kaitan dengan apa yang diucapkan oleh Gubernur Bali dan Gubernur Jawa Tengah. “Dalam pengumuman FIFA tidak ada menyebut soal Israel, yang disebut malahan kasus Kanjuruhan yang terjadi di Malang tahun 2022. Saya kira itu yang harus saya sampaikan, sehingga kita semua harus berjiwa besar terhadap keputusan FIFA ini, mari sekarang tunjukan kita tetap bisa bermain sepak bola dan bahkan lebih fokus kita bisa meningkatkan prestasi, serta dijadikan pembelajaran oleh semua pihak,” tutupnya.
Anggota DPRD Badung dari Fraksi PDI Perjuangan, I Putu Alit Yandinata menilai kebijakan Gubernur Koster dengan menyampaikan surat kepada Menpora RI agar mengambil kebijakan melarang Tim Israel ikut bertanding di Bali, merupakan kebijakan yang sangat tepat dalam upaya untuk menjaga ketentraman dan melindungi Bali dari adanya pro-kontra terhadap Israel.
“Jadi kalau saya melihat langkah yang dilakukan Gubernur Bali saat ini dengan menolak kehadiran timnas Israel di Bali, saya meyakini pak Gubernur Koster memiliki kajian matang dan pasti mempunyai makna untuk menjaga eksistensi pariwisata Bali ini agar tetap eksis berdasarkan kebudayaan Bali,” kata Alit Yandinata. nat
1
2
Komentar