Desa Adat Se-Kecamatan Blahbatuh Melasti Setelah Nyepi
GIANYAR, NusaBali
Desa Adat se-Kecamatan Blahbatuh, Gianyar melangsungkan upacara melasti pada Purnama Kadasa, Buda Umanis Prangbakat, Rabu (5/4).
Melasti setelah Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1945. Melasti pasca Nyepi sudah diwarisi secara turun temurun. Sejak dini hari, silih berganti krama adat memadati sepanjang pantai di Kecamatan Blahbatuh, seperti Pantai Saba dan Pantai Sukaluwih. Camat Blahbatuh Wayan Gede Eka Putra saat ditemui di sela prosesi mengatakan, melasti ini dilaksanakan oleh krama dari 28 desa adat se-Kecamatan Blahbatuh yang biasa disebut krama Blahbatuh Tua.
Melasti ini dilakukan sama seperti melasti serangkaian perayaan Nyepi di Bali. Hanya saja krama Blahbatuh Tua melaksanakan melasti 15 hari setelah Hari Raya Nyepi tepatnya Purnama Kadasa.
Setiap tahun, satu dari 28 desa adat secara bergantian menjadi pangemong melasti untuk menyiapkan segala perlengkapan upakara. Kali ini diempon Desa Adat Buruan. Melasti dipuput Ida Pedanda Griya Wayahan Manuaba, Desa Buruan selanjutnya dilaksanakan persembahyangan bersama.
“Upacara melasti desa adat se-Blahbatuh Tua memang unik. Krama dari 28 desa adat melasti saat Purnama Kadasa. Hal ini menjadi unik lantaran berbeda dengan desa adat lainnya di Bali yang melaksanakan melasti sebelum Hari Raya Nyepi," jelas Wayan Gede Eka Putra.
Sementara untuk mengamankan lalin sekitar 84 personel dari Polsek Blahbatuh dan Polres Gianyar diterjunkan untuk menjaga titik persimpangan di Bypass Ida Bagus Mantra. "Kami bersinergi juga dengan pecalang adat, astungkara berjalan aman, karena ini juga telah menjadi giat rutin setiap tahun," ujar Kapolsek Blahbatuh, Kompol I Made Tama.
Tradisi melasti ini menjadi daya tarik bagi wisatawan yang sedang berlibur di Pantai Saba-Pering. Tak hanya wisatawan, sejumlah fotografer tampak membidik momen budaya ini dari setiap sudut. Salah satu photografer, Jenny, mengatakan cukup antusias. "Sebab melasti sebelum Nyepi kemarin tidak sempat mengikuti. Kali ini ada moment lagi. Jadi cukup bersyukur dapat mengikutinya," ungkapnya. Jenny mengaku takjub dengan adat budaya Bali. "Bagi kami (fotografer, red), Bali itu surganya, setiap moment upacara sangat unik. Seperti melasti ini, sangat amazing. Ribuan warga datang dalam satu tempat di waktu yang bersamaan. Apalagi saat pagi hari, Gunung Agung terlihat jelas dari pesisir berkombinasi dengan cahaya matahari pagi," bebernya. Jenny dan beberapa rekan sesama fotografer siaga di lokasi sejak Pukul 05.30 Wita. "Semua moment jadi menarik untuk diabadikan," ujar fotografer asal Jakarta ini. *nvi
Melasti ini dilakukan sama seperti melasti serangkaian perayaan Nyepi di Bali. Hanya saja krama Blahbatuh Tua melaksanakan melasti 15 hari setelah Hari Raya Nyepi tepatnya Purnama Kadasa.
Setiap tahun, satu dari 28 desa adat secara bergantian menjadi pangemong melasti untuk menyiapkan segala perlengkapan upakara. Kali ini diempon Desa Adat Buruan. Melasti dipuput Ida Pedanda Griya Wayahan Manuaba, Desa Buruan selanjutnya dilaksanakan persembahyangan bersama.
“Upacara melasti desa adat se-Blahbatuh Tua memang unik. Krama dari 28 desa adat melasti saat Purnama Kadasa. Hal ini menjadi unik lantaran berbeda dengan desa adat lainnya di Bali yang melaksanakan melasti sebelum Hari Raya Nyepi," jelas Wayan Gede Eka Putra.
Sementara untuk mengamankan lalin sekitar 84 personel dari Polsek Blahbatuh dan Polres Gianyar diterjunkan untuk menjaga titik persimpangan di Bypass Ida Bagus Mantra. "Kami bersinergi juga dengan pecalang adat, astungkara berjalan aman, karena ini juga telah menjadi giat rutin setiap tahun," ujar Kapolsek Blahbatuh, Kompol I Made Tama.
Tradisi melasti ini menjadi daya tarik bagi wisatawan yang sedang berlibur di Pantai Saba-Pering. Tak hanya wisatawan, sejumlah fotografer tampak membidik momen budaya ini dari setiap sudut. Salah satu photografer, Jenny, mengatakan cukup antusias. "Sebab melasti sebelum Nyepi kemarin tidak sempat mengikuti. Kali ini ada moment lagi. Jadi cukup bersyukur dapat mengikutinya," ungkapnya. Jenny mengaku takjub dengan adat budaya Bali. "Bagi kami (fotografer, red), Bali itu surganya, setiap moment upacara sangat unik. Seperti melasti ini, sangat amazing. Ribuan warga datang dalam satu tempat di waktu yang bersamaan. Apalagi saat pagi hari, Gunung Agung terlihat jelas dari pesisir berkombinasi dengan cahaya matahari pagi," bebernya. Jenny dan beberapa rekan sesama fotografer siaga di lokasi sejak Pukul 05.30 Wita. "Semua moment jadi menarik untuk diabadikan," ujar fotografer asal Jakarta ini. *nvi
Komentar