Made Mawut Rilis 'Tabir Kelam'
Dari lagu juga video musik 'Tabir Kelam' ini, Made Mawut ingin mengajak lebih tahu, menolak lupa dengan apa yang terjadi pada peristiwa kelam 1965.
DENPASAR, NusaBali
Peristiwa kelam 1965 di Indonesia hingga kini masih menyisakan banyak misteri. Rakyat dipaksa melupakan oleh penguasa dengan tebaran ancaman, dilarang bertutur apa yang sebenarnya terjadi. Kala itu ratusan ribu, mungkin jutaan nyawa tak bersalah melayang tanpa proses pengadilan. Sanak keluarga kehilangan jejak tanpa kabar, mempertanyakan di mana jasad mereka dikebumikan.
Berlatar kisah pilu itu, solois delta blues Bali Made Mawut mengutarakan keresahannya sekaligus mengajak kita ingat akan sejarah negeri ini melalui single terbarunya 'Tabir Kelam'. Menggandeng kawan satu tongkrongan duo folk Nosstress, single 'Tabir Kelam' telah dirilis di kanal musik digital pada 31 Maret 2023.
Berselang sepekan rilis single, disusul penayangan perdana video musik 'Tabir Kelam'. Video musik tersebut dirilis secara offline di Taman Baca Kesiman Denpasar, Jumat (7/4), dan pada hari yang sama secara online di kanal Youtube Made Mawut pukul 19.30 Wita.
"Peristiwa itu tidak diungkap hingga kini sehingga ada sesuatu yang penting hilang dalam catatan sejarah bangsa ini. Namun seiring berjalannya waktu alam akhirnya menguak kisah itu, dan salah satunya di Pantai Cucukan, Gianyar," tutur Made Mawut.
Dari lagu juga video musik 'Tabir Kelam' ini, Made Mawut ingin mengajak lebih tahu, menolak lupa dengan apa yang terjadi pada peristiwa kelam 1965.
"Apapun yang terjadi di masa lalu ini terlepas dari siapa yang benar atau salah. Bagi saya peristiwa itu patut diketahui kebenarannya oleh tiap generasi, sehingga kita sama-sama bisa belajar dari peristiwa itu dan tak mengulangi lagi," ujar Made Mawut.
Dadang Pranoto selaku produser melihat sosok Made Mawut kerap berbuat 'nyeleneh' dari setiap lirik yang dia buat, tapi pesannya jelas tanpa basa-basi. Dan baginya musik adalah media popular, menjadi pengeras suara-suara bawah tanah.
"Ini menjadi penting karena di lagu baru yang berjudul 'Tabir Kelam' ini dia merubah suatu cerita yang puluhan tahun senyap kembali dia gaungkan hanya dalam durasi lagu 4 menit 16 detik. Itu luar biasa," ucapnya.
"Dan saya sebagai produser album Made Mawut tentu tidak berpikir panjang untuk memutuskan apa yang harus kami lakukan dengan karya ini. Karena bagi saya musik atau karya seni tetap harus punya guna, dan lagu ini akan sangat bermanfaat dan menjadi literasi pengetahuan sejarah bangsa ini melalui musik. Hari ini Made Mawut kembali hadir dengan tingkat kematangan musikal sebagai penulis lagu yang sungguh penting buat industri musik di Bali," ujar Dadang Pranoto.
Dari sisi visual dieksekusi dengan apik oleh Hadhi Kusuma yang didapuk sebagai sutradara, dibantu Baskara Putra menata gambar.
"Ketika Made menceritakan konsep video lagu "Tabir Kelam", saya bersemangat ingin segera menggarap. Kami mendaulat Baskara Putra, seorang fotografer untuk kolaborasi sebagai penata gambar di video musik ini, karena ia memiliki nuansa gambar yang cocok disandingkan dengan lagu ini," jelas Hadhi Kusuma.
Meski kisah pilu 1965 identik dengan cerita kekerasan dan berdarah-darah, Hadhi Kusuma dan Dewa Baskara berupaya menampilkan sisi yang lebih optimis.
"Di video musik 'Tabir Kelam', sepatu adalah pengantar kisah peristiwa itu untuk generasi mendatang, sehingga kita bisa mengetahui sejarah yang terjadi. Terungkap apa adanya agar kelak itu menjadi satu pembelajaran bagi kita semua," tutup Hadhi Kusuma. *cr78
Berlatar kisah pilu itu, solois delta blues Bali Made Mawut mengutarakan keresahannya sekaligus mengajak kita ingat akan sejarah negeri ini melalui single terbarunya 'Tabir Kelam'. Menggandeng kawan satu tongkrongan duo folk Nosstress, single 'Tabir Kelam' telah dirilis di kanal musik digital pada 31 Maret 2023.
Berselang sepekan rilis single, disusul penayangan perdana video musik 'Tabir Kelam'. Video musik tersebut dirilis secara offline di Taman Baca Kesiman Denpasar, Jumat (7/4), dan pada hari yang sama secara online di kanal Youtube Made Mawut pukul 19.30 Wita.
"Peristiwa itu tidak diungkap hingga kini sehingga ada sesuatu yang penting hilang dalam catatan sejarah bangsa ini. Namun seiring berjalannya waktu alam akhirnya menguak kisah itu, dan salah satunya di Pantai Cucukan, Gianyar," tutur Made Mawut.
Dari lagu juga video musik 'Tabir Kelam' ini, Made Mawut ingin mengajak lebih tahu, menolak lupa dengan apa yang terjadi pada peristiwa kelam 1965.
"Apapun yang terjadi di masa lalu ini terlepas dari siapa yang benar atau salah. Bagi saya peristiwa itu patut diketahui kebenarannya oleh tiap generasi, sehingga kita sama-sama bisa belajar dari peristiwa itu dan tak mengulangi lagi," ujar Made Mawut.
Dadang Pranoto selaku produser melihat sosok Made Mawut kerap berbuat 'nyeleneh' dari setiap lirik yang dia buat, tapi pesannya jelas tanpa basa-basi. Dan baginya musik adalah media popular, menjadi pengeras suara-suara bawah tanah.
"Ini menjadi penting karena di lagu baru yang berjudul 'Tabir Kelam' ini dia merubah suatu cerita yang puluhan tahun senyap kembali dia gaungkan hanya dalam durasi lagu 4 menit 16 detik. Itu luar biasa," ucapnya.
"Dan saya sebagai produser album Made Mawut tentu tidak berpikir panjang untuk memutuskan apa yang harus kami lakukan dengan karya ini. Karena bagi saya musik atau karya seni tetap harus punya guna, dan lagu ini akan sangat bermanfaat dan menjadi literasi pengetahuan sejarah bangsa ini melalui musik. Hari ini Made Mawut kembali hadir dengan tingkat kematangan musikal sebagai penulis lagu yang sungguh penting buat industri musik di Bali," ujar Dadang Pranoto.
Dari sisi visual dieksekusi dengan apik oleh Hadhi Kusuma yang didapuk sebagai sutradara, dibantu Baskara Putra menata gambar.
"Ketika Made menceritakan konsep video lagu "Tabir Kelam", saya bersemangat ingin segera menggarap. Kami mendaulat Baskara Putra, seorang fotografer untuk kolaborasi sebagai penata gambar di video musik ini, karena ia memiliki nuansa gambar yang cocok disandingkan dengan lagu ini," jelas Hadhi Kusuma.
Meski kisah pilu 1965 identik dengan cerita kekerasan dan berdarah-darah, Hadhi Kusuma dan Dewa Baskara berupaya menampilkan sisi yang lebih optimis.
"Di video musik 'Tabir Kelam', sepatu adalah pengantar kisah peristiwa itu untuk generasi mendatang, sehingga kita bisa mengetahui sejarah yang terjadi. Terungkap apa adanya agar kelak itu menjadi satu pembelajaran bagi kita semua," tutup Hadhi Kusuma. *cr78
Komentar