Hasilkan Papan Bahan Furniture, Perlu 3 Ton Sampah Plastik per Bulan
Putu Hermawan 'Wedoo', Pembuat Modifikasi Mesin Pencacah Sampah dari Gianyar
Secara ekonomi, bisnis sampah menjanjikan, misalnya saja untuk 1 papan dijual dengan harga Rp 800.000. Angka ini jauh lebih mahal daripada bahan baku kayu.
GIANYAR, NusaBali
Sampah seharusnya tidak lagi menjadi masalah. Justru di tangan orang yang tepat, sampah bisa menjadi berkah. Bahkan peluang bisnis sampah sangat menjanjikan.
Sampah seharusnya tidak lagi menjadi masalah. Justru di tangan orang yang tepat, sampah bisa menjadi berkah. Bahkan peluang bisnis sampah sangat menjanjikan.
Seperti yang dilakoni Putu Hermawan 'Wedoo',35, si pembuat modifikasi mesin pencacah sampah. Putu Hermawan membuat aneka mesin pencacah sampah di workshopnya di Jalan Raya Sakah, Nomor 73, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Gianyar.
Selain memodifikasi mesin sampah, Putu Hermawan juga mendesain prototype produk furniture sesuai permintaan konsumen. Hermawan menghasilkan papan material furniture. Harga per papan ukuran 1 meter x 1 meter dengan ketebalan 1 cm dibanderol seharga Rp 800.000. Untuk memproduksi papan bernilai seni, artistik dan ekonomis ini, Putu Hermawan memerlukan minimal 3 ton sampah per bulan. Maka dari itu, dirinya mengatakan bahwa sampah saat ini jangan dipandang sebelah mata.
"Saya juga sedang buat order dari Denmark. Bahan bakunya sampah untuk dijadikan pot tempat sampah," jelasnya. Untuk 1 pot tempat sampah memerlukan 650 gram tutup botol minuman kemasan. "Satu tutup botol beratnya 1 gram. Jadi perlu 650 pcs tutup botol untuk jadi 1 pot. Prosesnya cuma 6 menit saja. Tutup botol dilelehkan, dipress kemudian cetak. Mereka minta 300 pcs pot," jelasnya.
Sementara untuk mesin pencacah sampah saat ini banyak diminati sejumlah TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah-Reduce Reuse Recycle) di Gianyar maupun beberapa wilayah di Bali. Ketertarikannya dalam dunia persampahan dilatarbelakangi oleh komitmennya mengatasi permasalahan sampah di Bali.
Berbekal basic ilmu permesinan, lulusan SMKN 3 Singaraja ini mencoba memodifikasi mesin pencacah sampah sejak tahun 2017. "Blue print-nya sudah ada, saya ditawari oleh seorang guru asing untuk merakit," jelasnya. Dirinya pun kemudian membuat website agar lebih dikenal. Melalui 'Wedoo' Workshop, Putu Hermawan merintis bisnis ini dengan mengkombinasikan kecintaannya pada teknologi dan kepeduliannya akan isu lingkungan. Salah satu produk yang dihasilkan Wedoo Workshop adalah sebuah mesin yang dapat mengubah sampah menjadi barang yang memiliki nilai. Produk mesin pengolah sampah dari Wedoo Workshop, antara lain Wood Chipper (penghancur ranting kayu), Organic Waste Mill (mesin pencacah sampah organic). Ada juga Plastic Crusher (pencacah sampah plastik), Cocopeat / Cocofiber (pengurai serabut kelapa), dan lain sebagainya.
"Konsumen juga bisa merancang sendiri mesin yang dibutuhkan, dan Wedoo Workshop akan memproduksinya secara custom," jelasnya yang sedang mengikuti penilaian Lomba Teknologi Tepat Guna Nasional ini. Untuk harga mesin bervariasi. Kisaran Rp 25 juta untuk mesin pencacah organik dan Rp 10,5 juta untuk mesin pengayak.
Pemesan mesin biasanya dari TPS3R, Komunitas, hingga yayasan. Putu Hermawan yakin bisnis sampah ini menjanjikan. Sebab sampah akan selalu ada selama manusia masih hidup di bumi ini. "Plastik akan selalu ada, tidak mungkin berkurang. Maka itu peluang usaha bidang sampah sangat bagus. Selain itu, peminat orang kerja di sini masih minim. Kebanyakan orang suka kerja di kantoran," ujar bapak dua anak ini.
Secara ekonomi, bisnis sampah ini sangat menjanjikan. Misalnya saja untuk 1 papan dijual dengan harga Rp 800.000. Angka ini jauh lebih mahal daripada bahan baku kayu. "Permintaan banyak dari hotel, vila maupun perorangan. Terutama mereka yang sangat konsen pada lingkungan. Setidaknya mereka berkontribusi mengurangi penebangan pohon," jelasnya. *nvi
1
Komentar