Menikah di Usia Lanjut
Menikah di usia lanjut? Apa tidak cari masalah baru?
Pria menikah kembali di usia lanjut untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadinya, sedangkan wanita sebaliknya. “Pria membutuhkan seseorang yang bisa menjadi tujuannya (tempatnya pulang), sedangkan wanita ingin seseorang yang dapat menemaninya pergi bersama,” ujar Dr Kate Davidson, salah seorang penulis buku Intimacy in Later Life, seperti dikutip dari laman theguardian.
Tidak hanya itu, mereka yang menikah pada usia lanjut menurut terapis hubungan Christina Fraser mungkin berharap sanggup memperbaiki kesalahan dalam pernikahan mereka sebelumnya.
“Ketika mereka menikah, mereka mungkin akan belajar dari pengalaman pernikahan sebelumnya sehingga bisa memaknai kembali masa tua mereka,” tuturnya.
Maka tidak heran, kejujuran, komunikasi, saling mendampingi, rasa saling menghargai, dan sikap yang positif jadi lima faktor penting dalam pernikahan di usia lanjut.
Dari kelima faktor tersebut, kejujuran merupakan faktor kunci seperti dikutip dari laman Psychology Today. Ini karena seiring bertambahnya usia, seseorang dianggap semakin mampu menerima dirinya sendiri dan menyadari sebuah hubungan akan mampu bertahan lama jika kedua belah pihak saling terbuka satu sama lain.
Selain ingin punya teman hidup, menurut psikolog Nancy Kalish dalam artikelnya di Psychology Today, punya banyak kesukaan yang sama juga bisa menjadi salah satu alasan seseorang memutuskan untuk menikah lagi pada usia senja.
Menurutnya, di usia lanjut, seseorang akan lebih membutuhkan teman agar terhindar dari waktu-waktu jenuhnya menyendiri, karena sudah tak lagi bekerja dan jauh dari anak-anak yang telah dewasa. Kadang, pernikahan di usia senja memang bukan lagi urusan jatuh cinta pada siapa, melainkan kebutuhan pasangan untuk saling mengurus diri.
Tapi bukan berarti orang-orang lansia tak bisa jatuh cinta lagi. Dalam rentang 17 tahun penelitianku tentang pasangan yang menemukan lagi cinta lamanya, biasanya cinta pertama di masa remaja mereka, aku bertemu dan berbincang dengan banyak sekali pria dan wanita yang punya penikahan pertama yang menakjubkan.
“Dan mereka hancur sekali ketika pasangannya meninggal, serta berpikir kalau hidup juga turut berakhir bersama kematian pasangannya,” tulis Kalish.
Lalu, surprise! Percikan-percikan lama muncul lagi dari masa lalu, dan cinta bersemi kembali. “Orang-orang tua ini kemudian bilang padaku kalau mereka diberkahi, karena bisa dianugerahi dua kali jatuh cinta yang menakjubkan.”
Mungkin, benar kata pepatah: cinta bisa datang kapan saja. Tak hanya itu. Temuan lain dari The New England Journal of Medicine (NEJM) menjelaskan kalau orang-orang di usia senja nyatanya juga masih membutuhkan seks. Tapi dengan pengalaman hidup lebih banyak dari pada orang-orang berusia di bawahnya, seks yang dibutuhkan para lansia ini berbeda dari pengalaman yang dikejar-kejar anak muda pada umumnya. Menurut neuropsikolog Alice Radosh, para orang tua yang ditinggal mati pasangannya, diam-diam memelihara ‘perkabungan seksual’, terminologi yang digunakannya untuk menggambarkan perasaan kehilangan seksual yang muncul akibat ditinggal pasangan.
Studi Radosh seperti dilansir laman tirto.co.id menunjukkan 3 dari 4 responden bilang akan merindukan seks jika pasangannya meninggal. Hal itu diperkuat data NEJM, yang bilang kalau stereotip tentang orang tua yang tak doyan seks lagi adalah salah. Dari 3.005 responden dalam sebuah studi, 73 persen responden usia 57-64 tahun, 53 persen responden dari 65-74 tahun, dan 26 persen responden berumur 75-85 tahun masih aktif berkegiatan seks dan menikmatinya dengan pasangan.
Bahkan di Inggris dan Amerika Serikat, menyatakan statistik pernikahan orang di usia senja meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terjadi karena kesadaran para orang tua zaman sekarang untuk tidak menghabiskan masa tuanya dengan kesendirian yang rentan mengundang depresi.
Tapi bukan berarti menikah di usia tua akan lebih meringankan masalah. “Menikah di usia berapa pun pasti adalah tantangan,” kata Kalish. Menurutnya, ada beberapa masalah-masalah yang perlu diperhatikan para pengantin baru di usia senja. Di antaranya perkara: uang, anak-anak, dan kebiasaan lama yang terbawa-bawa.
Studi menemukan, orang yang menikah di usia senja akan membawa-bawa kebiasaan lama yang dibangunnya bersama pasangan sebelumnya. Jika tak dikompromikan dengan baik, hal ini bisa jadi masalahnya sendiri. *
Komentar