Bali Kurangi Kirim Sapi ke Luar Daerah
Populasi sapi Bali terdeteksi sebanyak 376.284 ekor. Karenanya, pengiriman sapi Bali ke luar daerah kini dipangkas hingga 50 persen.
DENPASAR, NusaBali
Bali mengurangi kuota pengiriman sapi ke luar daerah. Jika sebelumnya pengiriman sapi Bali mencapai 60.000 ekor setiap tahun, kini di 2023 diputuskan hanya separuhnya atau hanya 30.000 ekor setahun. Pengurangan ini mengikuti dinamika populasi sapi Bali. Perhitungan terakhir, total populasi sapi sebanyak 376.284 ekor.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada mengiyakan hal tersebut. “Karena itulah kuota kita kurangi,” ujar Sunada, Kamis (13/4/2023).
Kata dia, untuk tahun 2023 ini Bali hanya akan mengirim 30.000 ekor sapi saja dalam setahun. Tujuannya untuk menjaga keseimbangan populasi.
Untuk memperbanyak populasi sapi, Sunada menyatakan mengintensifkan program yang sudah ada, antara lain inseminasi buatan (IB), pelarangan pemotongan sapi betina produktif penghasil bibit.
Kata dia, program inseminasi buatan lama digalakkan seperti halnya program Siwab (sapi indukan wajib bunting). Dan sekarang menjadi Sikomandan (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri) di mana program inseminasi buatan tetap menjadi salah satu program wajib.
Inseminasi buatan atau kawin suntik, dikatakan Sunada, sudah menjadi hal yang umum di kalangan peternak. “Kita memiliki cukup pejantan yang spermanya sebagai sumber inseminasi buatan,” kata pejabat asal Tabanan, itu.
Sunada menjelaskan, sapi pejantan tersebut sebanyak 22 ekor ada di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah, Pembibitan Ternak, dan Hijauan Pakan Ternak (UPTD – BIBDPTHPT) di Baturiti, Tabanan. Dengan 22 ekor pejantan cukup untuk program pengadaan untuk kebutuhan di Bali.
Selain program inseminasi buatan, Sunada wewanti-wanti, agar masyarakat jangan memotong sapi betina induk produktif. Dikatakan Sunada, petani maupun peternak sudah tahu itu, karena melalui induk betina itulah budidaya berlanjut.
Untuk diketahui, tahun-tahun sebelumnya antarpulau sapi Bali bisa mencapai 50.000 hingga 60.000 ekor setiap tahun. Hal itu karena permintaan sapi Bali dari luar Bali, terutama ke kota-kota di Jawa terbilang tinggi. *k17
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada mengiyakan hal tersebut. “Karena itulah kuota kita kurangi,” ujar Sunada, Kamis (13/4/2023).
Kata dia, untuk tahun 2023 ini Bali hanya akan mengirim 30.000 ekor sapi saja dalam setahun. Tujuannya untuk menjaga keseimbangan populasi.
Untuk memperbanyak populasi sapi, Sunada menyatakan mengintensifkan program yang sudah ada, antara lain inseminasi buatan (IB), pelarangan pemotongan sapi betina produktif penghasil bibit.
Kata dia, program inseminasi buatan lama digalakkan seperti halnya program Siwab (sapi indukan wajib bunting). Dan sekarang menjadi Sikomandan (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri) di mana program inseminasi buatan tetap menjadi salah satu program wajib.
Inseminasi buatan atau kawin suntik, dikatakan Sunada, sudah menjadi hal yang umum di kalangan peternak. “Kita memiliki cukup pejantan yang spermanya sebagai sumber inseminasi buatan,” kata pejabat asal Tabanan, itu.
Sunada menjelaskan, sapi pejantan tersebut sebanyak 22 ekor ada di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah, Pembibitan Ternak, dan Hijauan Pakan Ternak (UPTD – BIBDPTHPT) di Baturiti, Tabanan. Dengan 22 ekor pejantan cukup untuk program pengadaan untuk kebutuhan di Bali.
Selain program inseminasi buatan, Sunada wewanti-wanti, agar masyarakat jangan memotong sapi betina induk produktif. Dikatakan Sunada, petani maupun peternak sudah tahu itu, karena melalui induk betina itulah budidaya berlanjut.
Untuk diketahui, tahun-tahun sebelumnya antarpulau sapi Bali bisa mencapai 50.000 hingga 60.000 ekor setiap tahun. Hal itu karena permintaan sapi Bali dari luar Bali, terutama ke kota-kota di Jawa terbilang tinggi. *k17
1
Komentar