Cerita Bocah 5 Tahun Meninggal Diduga Kaget Gempa
Tumben Susah Tidur Siang, Terus Minta Dipeluk
TABANAN, NusaBali - Orangtua Sang Ayu Made Putri Liani Maheswari bocah 5 tahun yang meninggal diduga kaget karena gempa berkekuatan M 6,6, Jumat (14/4) masih syok.
Terutama ibunya Ni Made Juliani terlihat lemas saat ditemui di rumah bajangnya di Banjar Lebah, Desa/Kecamatan Marga, Tabanan, Sabtu (15/4).
Ayah korban, Sang Putu Juliarsana menuturkan sebelum terjadi gempa, dia bersama korban sedang tidur-tiduran di kamar kosnya yang berlokasi di Banjar Kuwum/Desa Kuwum, Kecamatan Marga. Korban sedang bermain HP karena sudah selesai melakukan aktivitas mandi, makan dan sembahyang. Sore itu mereka memang berdua di kos karena istrinya sedang bekerja di koperasi hotel yang ada di Kuta, Badung.
Sedang asyik santai, tiba-tiba Putu Juliarsana merasakan gempa, disertai dengan melihat botol yang ada di rumahnya goyang. "Saya awalnya nggak ngeh ada gempa kemudian melihat botol goyang lalu saya keluar dan balik lagi mengangkat anak bilang ada gempa. Anak saya langsung teriak Ajik (bapak) memeluk saya dan tiba-tiba langsung lemas," ujarnya.
Dalam keadaan panik, Juliarsana sempat menanyakan kondisi ke anaknya, namun tak direspon. Selain itu napas sang anak disebut sudah tak bagus. Akhirnya dia langsung menelepon ipar (kakak istrinya) untuk membantu memberikan pertolongan.
"Sempat saya bangunkan, adik, adik kenapa adik kenapa tetapi tidak respon, lalu saya langsung telepon ipar dan kami langsung membawa ke klinik yang berlokasi di Desa Batanyuh, tapi karena alat belum lengkap dirujuk ke RSUD Tabanan," bebernya. Dia mengaku saat dibawa ke klinik tersebut masih bernapas. Namun setelah dibawa ke RSUD Tabanan tidak merasakan pasti napas sang anak karena panik, di samping itu disebutkan Juliarsana jalan pada Jumat sore itu sedikit macet. "Saya tidak rungu (memperhatikan) waktu dibawa ke RSUD Tabanan napasnya, namun saat diberikan pertolongan oleh dokter dinyatakan sudah meninggal," ungkap Juliarsana. Dengan kondisi itu, Juliarsana memprediksi anaknya terkejut. Karena korban yang notabane anak keduanya ini tak memiliki riwayat penyakit apapun seperti jantung, serta tidak ada benturan benda apapun. "Tidak ada memiliki sakit apapun, dan juga tidak ada kena benturan, jadi kemungkinan karena kaget sehingga mendadak lemas. Kami sudah ikhlas dengan peristiwa ini dan menganggap sebagai musibah," tuturnya.
Peristiwa ini pun diakui Juliarsana membuat keluarga syok. Karena sebelum kejadian anak keduanya tersebut dalam kondisi baik dan sehat. Namun sebelum kejadian anaknya disebutkan tak mau tidur siang dan tumben ingin dipeluk. "Kalau saya sendiri dan istri tak ada firasat apapun, namun tumben kemarin tidak mau tidur siang dan ingin terus dipeluk. Karena tidak mau tidur siang akhirnya minta belanja (jajan). Saya ajak belanja dan sempat singgah ke rumah neneknya. Dan saat belanja pun dia penurut sekali, keinginannya bisa ditunda. Padahal sebelumnya apapun keinginannya harus dipenuhi kalau tidak dikasih ngamuk," kenangnya.
Sedangkan untuk proses penanganan lebih lanjut, rencananya pada Redite Paing Ugu, Minggu (16/4) hari ini jenazah sang anak akan dikubur di Setra Banjar Prasanghyang, Desa Tamanbali, Kecamatan/Kabupaten Bangli. Sebelum itu akan dilakukan upacara ngulapin (memanggil roh untuk diajak pulang) di kos-kosan dan di RSUD Tabanan. "Sekarang (kemarin) kami juga ada prosesi nunasang ke orang pintar sebelum terjadi upacara penguburan," kata Juliarsana yang bekerja sebagai satpam di salah satu toko swalayan di Kabupaten Badung ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, gempa berkekuatan 6,6 berpusat di Tuban, Jawa Timur berdampak di Kabupaten Tabanan, Jumat (14/4). Seorang bocah Sang Ayu Made Putri Liani Maheswari,5, meninggal dunia diduga terkejut saat gempa yang berlangsung pada pukul 17.55 Wita itu. Kejadian tersebut terjadi di kos-kosan korban di Banjar Kuwum, Desa Kuwum, Kecamatan Marga.
Bocah yang tinggal bersama orangtuanya secara kedinasan di Banjar Lebah, Desa/Kecamatan Marga ini sebelum meninggal sempat dibawa ke klinik terdekat lalu dirujuk ke RSUD Tabanan namun nyawanya tak tertolong. Plt Kepala Pelaksana BPBD Tabanan, I Nyoman Sri Nadha Giri mengatakan hasil dari keterangan paman korban, saat gempa berlangsung korban mendadak kaget lalu tidak sadarkan diri. "Kalau kita di Bali ada gempa pasti bersuara linuh, linuh, nah saat panik itu disebutkan korban terkejut lalu mengeluarkan suara ah ah dan langsung tak sadarkan diri," ungkapnya. 7 des
Komentar