Puluhan Tempat Jualan di Pasar Pesangkan Kosong
AMLAPURA, NusaBali
Sejumlah pedagang berhenti berjualan di Pasar Pesangkan, di Banjar Pesangkan, Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Karangasem.
Alasannya, bangunan kurang representatif, barang dagangannya kurang laku, sakit, dan lain-lain. Dampaknya puluhan tempat berjualan masih kosong. Kepala Pasar Pesangkan I Ketut Suendra memaparkan hal itu di Pasar Pesangkan, Banjar Pesangkan, Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Karangasem, Minggu (16/4).
Sulendra menejelaskaan, di Pasar Pesangkan ada 55 kios yang aktif hanya 50 pedagang, berarti 5 kios tempat jualan tidak terisi. Sedangkan bangunan los kapasitas 70 pedagang, terisi hanya 43 pedagang, jadi 27 tempat jualan tidak berfungsi.
“Belakangan ini tercatat 6 pedagang berhenti jualan, 2 pedagang sakit, 3 pedagang mengeluh tidak dapat jualan, dan satu lagi habis kontrak,” jelasnya.
Kendala lainnya, para pedagang yang berjualan di Pasar Pesangkan, sulit angkutan umum. Untuk datang ke Pasar Pesangkan dan sekembalinya dari pasar, tidak ada armada angkutan umum. Pasar Pesangkan buka pukul 02.30 Wita - 09.00 Wita.
Dampak dari sepinya transaksi, dan mundurnya sejumlah pedagang, target pemasukan pasar per sekali pasaran Rp 1,44 juta, turun. Kini, rata-rata pendapatan per sekali pasaran Rp 800.000. Sedangkan pasar buka tiap tiga hari sekali atau hari Pasah. Turunnya pemasukan, katanya, banyak faktor. Selain pedagang banyak berhenti, sepi pembeli, dan daya beli masyarakat menurun.
Jelas Suendra, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Karangasem yang membangun los tahun 2017, dengan biaya Rp 490 juta. Sejak itu, Pemkab Karangasem mengambil alih status jadi pasar kabupaten, dengan sistem bagi hasil dengan Desa Adat Duda. Hanya saja model bangunan tidak sesuai kebutuhan pedagang. Sebab, tiap lapak berisi meja beton, barang dagangan terutama pedagang kain tidak bisa memajang dagangannya.
Sehingga pedagang mesti menumpuk barang dagangannya, tidak terlihat calon pembeli. “Memang bangunan los itu, tidak sesuai kebutuhan pedagang,” jelasnya.
Atas dasar itu, pihak Desa Adat Duda memberikan solusi, dengan membangun los khusus untuk pedagang kain di lahan kosong. Bendesa Adat Duda I Komang Sujana mengatakan, telah membangun los untuk pedagang kain agar bisa memajang barang dagangannya seperti yang mereka lakukan sebelumnya.
“Ini kan pasar tradisional, mestinya pemerintah menyesuaikan dengan selera pedagang. Makanya kami buatkan los, lengkap dengan tempat memajang barang dagangannya. Calon pembeli lebih mudah memilih kain yang akan mereka beli,” kata Bendesa Adat Duda I Komang Sujana.
Atas inovasi Desa Adat Duda, maka pemasukan jadi meningkat. “Sejak desa adat bangun los, mulanya pemasukannya minus, pemasukan mulai surplus, hingga Rp 40 juta per tahun masuk ke Desa Adat Duda,” katanya. *k16
Komentar