Pembunuh Kumpi Akan Dikirim ke RSJ
Selama dua hari diamankan di Polsek Payangan, Kolok, belum bisa dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
GIANYAR, NusaBali
Kapolsek Payangan, Gianyar, AKP Gede Endrawan telah mengundang penerjemah bahasa dari SLB (Sekolah Luar Biasa) untuk membantu mengintrogasi pelaku pembunuhan, I Wayan Agus Arnawa,22, alias Kolok. Sebab, selama dua hari diamankan di Polsek Payangan, Kolok, belum bisa dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
“Penerjemahnya akan datang besok (Senin ini, Red),” jelasnya saat dikonfirmasi, Minggu (11/6). Setelah BAP rampung, Kolok akan dikirim ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bali di Bangli.
Kehadiran penerjemah, menurut Endrawan, cukup penting untuk menjelaskan apa yang akan dilontarkan oleh pelaku, Kolok, terkait kronologis pembantaian kumpinya, Ni Wayan Uyut, 80. Selama diamankan, kata Endrawan, Kolok ini tahu kesalahannya. “Dia (pelaku, Red) merasa bersalah. Dia tahu kok habis membunuh nenek buyutnya. Dia juga tahu sedang berada di kantor polisi,” jelasnya.
Ditanya, apakah Kolok menyesal membunuh neneknya, Kamis (8/6) di Banjar Marga Tengah, Desa Kerta, kecamatan Payangan, Endrawan tidak paham sejauh itu. “Sama orang begitu, harus santai kami. Ini bukan pelaku pembunuhan yang bisa diajak ngomong. Harus halus diajak seperti ngobrol,” terangnya.
Selama diamankan di Polsek Payangan, Kolok ini lebih banyak keluar sel tahanan. “Kalau tidur di sel. Tapi kami lebih ke pendekatan, diajak minum, santai,” tandas Endrawan.
Sementara itu, Kolok sendiri kooperatif ketika diajak berkomunikasi. Cuma, sesuai nama panggilannya, Kolok, ia tidak bisa berbicara, alias bisu. Untuk dapat berkomunikasi, Kolok pun lebih banyak menggerakkan kedua tangan dan badannya untuk membuat orang lain mengerti. “Dia (pelaku, Red) ini tidak pernah sekolah (SLB, Red). Dia juga tidak bisa menulis, makanya kami perlu menunggu penerjemah,” tukas Endrawan.
Saat ditemui di lobi Polsek Payangan, Kolok berbicara dengan bahasa isyarat tangan. Tanpa berdosa, Kolok dengan ceria menceritakan pelariannya pasca membunuh nenek buyutnya. Dia menggerakkan tangannya, seolah pergi ke suatu tempat lalu bermain layaknya adegan suami istri. Dalam isyaratnya, Kolok juga mengaku membayar orang yang diajak bermain.
Kolok juga menceritakan sebelum membunuh kumpinya, tangan kanannya mengacungkan empat jari yang artinya uang. Lalu tangan kirinya mengacungkan jempol. Namun si nenek tidak mau dan hanya memberikan dua jari saja.
Kolok pun marah dengan berkacak pinggang. Tak lama, Kolok mengaku menancapkan sesuatu ke dada kanan nenek. Kolok juga memeragakan dia bersusah payah menyeret nenek buyutnya dan membuangnya ke jurang di sekitar 100 meter dari rumah nenek buyut di banjar Marga Tengah. *nvi
“Penerjemahnya akan datang besok (Senin ini, Red),” jelasnya saat dikonfirmasi, Minggu (11/6). Setelah BAP rampung, Kolok akan dikirim ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bali di Bangli.
Kehadiran penerjemah, menurut Endrawan, cukup penting untuk menjelaskan apa yang akan dilontarkan oleh pelaku, Kolok, terkait kronologis pembantaian kumpinya, Ni Wayan Uyut, 80. Selama diamankan, kata Endrawan, Kolok ini tahu kesalahannya. “Dia (pelaku, Red) merasa bersalah. Dia tahu kok habis membunuh nenek buyutnya. Dia juga tahu sedang berada di kantor polisi,” jelasnya.
Ditanya, apakah Kolok menyesal membunuh neneknya, Kamis (8/6) di Banjar Marga Tengah, Desa Kerta, kecamatan Payangan, Endrawan tidak paham sejauh itu. “Sama orang begitu, harus santai kami. Ini bukan pelaku pembunuhan yang bisa diajak ngomong. Harus halus diajak seperti ngobrol,” terangnya.
Selama diamankan di Polsek Payangan, Kolok ini lebih banyak keluar sel tahanan. “Kalau tidur di sel. Tapi kami lebih ke pendekatan, diajak minum, santai,” tandas Endrawan.
Sementara itu, Kolok sendiri kooperatif ketika diajak berkomunikasi. Cuma, sesuai nama panggilannya, Kolok, ia tidak bisa berbicara, alias bisu. Untuk dapat berkomunikasi, Kolok pun lebih banyak menggerakkan kedua tangan dan badannya untuk membuat orang lain mengerti. “Dia (pelaku, Red) ini tidak pernah sekolah (SLB, Red). Dia juga tidak bisa menulis, makanya kami perlu menunggu penerjemah,” tukas Endrawan.
Saat ditemui di lobi Polsek Payangan, Kolok berbicara dengan bahasa isyarat tangan. Tanpa berdosa, Kolok dengan ceria menceritakan pelariannya pasca membunuh nenek buyutnya. Dia menggerakkan tangannya, seolah pergi ke suatu tempat lalu bermain layaknya adegan suami istri. Dalam isyaratnya, Kolok juga mengaku membayar orang yang diajak bermain.
Kolok juga menceritakan sebelum membunuh kumpinya, tangan kanannya mengacungkan empat jari yang artinya uang. Lalu tangan kirinya mengacungkan jempol. Namun si nenek tidak mau dan hanya memberikan dua jari saja.
Kolok pun marah dengan berkacak pinggang. Tak lama, Kolok mengaku menancapkan sesuatu ke dada kanan nenek. Kolok juga memeragakan dia bersusah payah menyeret nenek buyutnya dan membuangnya ke jurang di sekitar 100 meter dari rumah nenek buyut di banjar Marga Tengah. *nvi
1
Komentar