Korban Terseret Arus Saat Malukat Ditemukan Meninggal
SMPN 4 Denpasar Berduka, Korban Dikenal Siswa Aktif
TABANAN, NusaBali
Korban terseret arus di Pantai Balian, Banjar/Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, Putu Pasek Wira Suputra,14, ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, Senin (17/4) pukul 11.46 Wita.
Korban ditemukan 200 meter di utara lokasi malukat bersama keluarganya. Di muara sungai ini memang dikenal memiliki dua palung (pusaran).
Pantauan di lokasi proses pencarian yang sudah dilakukan sejak pukul 08.00 Wita mengerahkan seluruh tim. Pencarian di hari kedua ini menggunakan seluruh alat yang dimiliki Basarnas Bali. Penyelaman ketiga dimulai sekitar pukul 11.24 Wita. Tak berselang lama korban pun ditemukan. Tampak ayah dan ibu korban saat sang anak ditemukan tak kuasa menahan tangis. Kemudian mereka langsung ditenangkan oleh kerabatnya yang memang pasca kejadian seluruh keluarga ini tak pulang atau menginap di lokasi kejadian.
Korban siswa SMPN 4 Denpasar ini ditemukan setelah Basarnas Bali melakukan penyelaman setelah sebelumnya menggunakan alat mendeteksi target. "Tim temukan korban di dasar sungai di kedalaman 5 meter. Tidak nyangkut karena tubuh korban belum seluruhnya menampung air sehingga korban belum bengkak," ujar Kasi Ops Basarnas Bali, I Wayan Suwena di lokasi sekaligus memimpin proses pencarian.
Kata dia, korban ditemukan setelah tiga kali Basarnas melakukan penyelaman di muara Tukad Balian atau sekitar lokasi malukat. Awalnya target dideteksi menggunakan alat Aque Eye kemudian dilakukan pengecekan. "Sekitar 15 menit melakukan penyelaman untuk ketiga kalinya akhirnya target ditemukan dalam kondisi meninggal," tegasnya.
Sementara itu ditambahkan oleh Kasat Polair Polres Tabanan AKP I Nyoman Artadana proses pencarian korban dilakukan sejak korban dinyatakan hilang, Minggu sore (15/6).
Sebelum dilakukan penyelaman oleh Basarnas Bali, Minggu sore hingga malam tim melakukan penyisiran di muara sungai. "Pencarian juga sempat menggunakan jaring nelayan dibentangkan sepanjang sungai mengantisipasi korban kalau muncul ke permukaan tidak hanyut ke pantai," jelasnya. Selain itu dari sisi niskala proses pencarian juga dibantu oleh keluarga korban yang telah melakukan upacara nebusin pada Minggu sore menggunakan sarana bebek putih.
"Kalau tadi pagi (kemarin) proses pencarian dimulai sekitar pukul 08.00 Wita dengan seluruh tim," tandas Mantan Kapolsek Penebel ini. Usai ditemukannya korban yang anak pertama dari pasangan I Made Sujana dan Putu Sintya Dewi ini langsung dibawa ke RSUD Tabanan untuk dilakukan pemeriksaan luar menggunakan ambulans Bhuana Bali Rescue. Setelah itu rencananya jenazah akan dititip di RSUD Wangaya Denpasar untuk selanjutnya menunggu koordinasi jadwal upacara dari keluarga korban.
Korban Wira Suputra ini dinyatakan hilang setelah menyelamatkan sang ibu usai disapu arus ombak Pantai Balian saat melukat di loloan (muara sungai) Pantai Balian, Minggu (16/4) sore.
Di keluarga korban ini dikenal anak polos dan pintar baik dari sisi akademik dan non akademik. "Anaknya polos, pintar, di kelas juara, basket juga juara. Dia juga pengurus OSIS," ujar bibi korban. Menurutnya korban Wira Saputra terseret arus lalu tenggelam ini setelah berusaha menyelamatkan ibunya Putu Sintya Dewi. "Ya memang hendak menyelamatkan ibunya. Dan sebelumnya kami juga tak memiliki firasat apapun karena memang tujuan mandi kemudian malukat. Sekarang jenazah mau dibawa ke RSUD Tabanan kemudian langsung dititip di RS Wangaya sembari menunggu koordinasi keluarga besar untuk upacara," sebutnya.
Sementara itu ayah korban, I Made Sujana mengucapkan terimakasih kepada seluruh tim yang membantu. Ada sejumlah saran ataupun masukan yang disampaikan agar tak terulang kembali kejadian yang sama. Sujana menyarankan bila memang kawasan angker diminta pemerintah setempat memberikan batasan. "Sebaliknya diisi tanda jangan berenang atau tanda apapun itu supaya tempat ini tak memakan korban lagi," pinta Made Sujana.
Terpisah Perbekel Lalanglinggah, Nyoman Arnawa menegaskan kawasan tergolong angker sangat sulit untuk dirasionalkan.
Namun Tukad Balian ini memiliki sejarah menyembuhkan orang sakit. History ini disebutkan seperti itu karena ada kaitannya dengan Pura Dang Kahyangan Gading Wani.
Selain itu tegas Nyoman Arnawa disebutkan Tukad Balian tak terlepas dari perjalanan suci Dang Hyang Dwijendra di Bali. Dulu sebelum bernama Desa Lalanglinggah, Desa Lalanglinggah ini bernama Desa Gading Wani. Kemudian ada kebrebehan artinya masyarakat seluruhnya sakit. Seperti ada virus.
Akhirnya Dang Hyang Dwijendra menancapkan tongkatnya di hulu Tukad Balian, kemudian diperintahkan bendesa setempat untuk mengajak krama malukat di Tukad Balian. "Nah usai malukat itu, seluruh krama Gading Wani menjadi sehat. Makanya dari situ disebut dengan Tukad Balian karena ada filosofi dan history sehingga diyakini seluruh masyarakat sebagai tempat malukat," jelas Nyoman Arnawa. Selain itu setelah diamati Tukad Balian ini juga memiliki 11 anak sungai. Secara mitos sungai dengan 11 anak sungai sangat baik untuk penyembuhan dan penyucian diri.
Sementara korban I Putu Pasek Wira Suputra di sekolahnya SMPN 4 Denpasar dikenal dengan sosok yang cerdas. Siswa yang tinggal di Jalan Gunung Agung Gang I nomor 10A, Desa Pemecutan Kaja, Denpasar Utara ini juga aktif dalam kegiatan OSIS. Kepala Sekolah (Kasek) SMPN 4 Denpasar I Nyoman Gede Wiastra saat dihubungi, Senin kemarin mengungkapkan keluarga besar SMPN 4 Denpasar merasa kehilangan dan berduka dengan meninggalnya salah satu siswa terbaiknya I Putu Pasek Wira Suputra. Wira sapaannya, menurutnya dikenal merupakan siswa yang baik, rajin dan aktif dalam kegiatan sekolah.
Menurutnya Wira Saputra merupakan siswa kelas VII3 dengan absen nomor absen 18. Bahkan, dia saat ini masih aktif dalam organisasi sebagai anggota OSIS periode 2022/2023. "Kami ketahui anak ini aktif dalam kegiatan sekolah dan tergolong anak yang rajin," jelasnya.
Bukan hanya dari pandangan dirinya, Wiastra juga mengatakan dari pandangan para guru juga termasuk wali kelasnya. Wira termasuk salah satu siswa yang terkategori cerdas di kelas. Karena aktif dalam kegiatan belajar di kelas tidak pernah ragu dalam menjawab pertanyaan dari pengajar. "Tidak malu untuk berbicara di depan kelas. Suka membaca buku dan suka mengobrol tentang berbagai hal. Mempunyai rasa simpati dan empati yang tinggi baik di kelas atau saat ada kegiatan OSIS. Itu yang kami kenal selama ini," ujarnya.
Saat pelaksanaan upacara bendera pada Senin kemarin, Wiastra mengatakan seluruh keluarga besar SMPN 4 Denpasar baik siswa dan guru memberikan doa kepada Wira. "Tadi pagi ketika upacara bendera hari Senin di sekolah, kami beserta seluruh siswa berdoa yang terbaik, memohon kepada Tuhan agar I Putu Pasek Wira Suputra segera ditemukan. semoga keluarga diberikan ketabahan dan keikhlasan," imbuhnya.
Sementara, dari pantauan Senin pada pukul 13.00 Wita, rumah Wira sedang sepi bahkan pagar rumahnya terkunci. Hanya terlihat sebuah mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Salah satu tetangga Wira yang bernama Sukerni mengatakan seluruh keluarga sedang ke Tabanan untuk menunggu pencarian Wira. "Ada tadi keluarganya juga datang tapi tidak bisa masuk karena pagarnya terkunci. Memang tinggal di sini tapi Banjarnya di Merthayasa," ungkapnya.
Sementara, di mata Sukerni, Wira merupakan sosok baik. Selalu menyapa setiap kali berangkat maupun sepulang sekolah saat jalan kaki. "Anaknya ramah, kalau saya dilihat saat mau sekolah kan dia jalan kaki ya, pasti nyapa manggil nenek. Selalu, asal lewat nek, dan sekarang sudah tidak ada lagi. Sedih dengarnya," ungkap warga asal Banjar Gerenceng, Desa Pemecutan Kaja, Denpasar Utara ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, satu keluarga besar terdiri dari 8 orang terseret arus di Pantai Balian, Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Minggu (16/4) pukul 16.15 Wita. Dari 8 orang itu, 7 orang selamat dan 1 orang hilang. Satu keluarga ini seluruhnya berasal dari Denpasar tepatnya di Jalan Gunung Agung Gang IA Nomor 10 Banjar Dinas Mertayasa, Desa Pemecutan Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. *des, mis
Komentar