Ni Luh Putu Sari Murthi, Jabat Kepala Sekolah di Usia Muda
Resepnya, Harus Berani Speak Up dan Menyukai Tantangan
MANGUPURA, NusaBali - Meraih jenjang karir tertinggi sebagai kepala sekolah menjadi kebanggaan tersendiri bagi Ni Luh Putu Sari Murthi. Perempuan asal Banjar Pengiasan, Desa/Kecamatan Mengwi, Badung ini menjabat Kepala Sekolah di SDN 6 Desa Gulingan, Mengwi, pada usia tergolong muda, yakni 33 tahun.
Sari Murthi membagikan resepnya, yakni berani speak up (angkat bicara,red) dan men-challenge diri (menyukai tantangan,red).
Sari Murthi awalnya tak terlalu tertarik pada dunia pendidikan. Karena dia bercita-cita bekerja di dunia pariwisata. Sehingga, memilih jurusan bahasa ketika menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Mengwi. Dengan harapan nantinya bisa bersaing ketika terjun bekerja di dunia pariwisata. Namun, nasib berkata lain. Orangtuanya memberikan pertimbangan lain, yakni bekerja di dunia pendidikan. Karena pekerjaan ini dirasa lebih fleksibel.
“Dorongan untuk menjadi guru itu awalnya dimotivasi oleh orangtua. Karena menjadi guru bagi perempuan Bali itu masih bisa disambi dengan kegiatan di rumah. Karena itu saya lanjutkan pendidikan guru sekolah dasar Undiksha yang kampusnya di Denpasar,” beber Sari Murthi kepada NusaBali, Kamis (20/4).
Saat melakoni proses kuliah, kecintaan Sari Murthi dengan dunia pendidikan mulai tumbuh. Namun, saat memasuki perkuliahan pada Semeter IV, Sari Murthi terkendala dengan biaya kuliah. Untuk mengatasi persoalan biaya, anak dari pasangan I Ketut Patra dan Ni Ketut Sugiasthari ini memutuskan mengajar les privat ke rumah-rumah untuk siswa di seputaran Denpasar. Tekadnya hanya satu, yakni menyelesaikan kuliah hingga tuntas dengan biaya sendiri.
“Saya mengajar les di seputaran Denpasar, ternyata menyenangkan sekali, melihat anak didik kita dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Rasa cinta menjadi seorang guru mulai tumbuh di situ,” kenang guru kelahiran 25 Desember 1989 ini.
Lulus S1 PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) tahun 2012, Sari Murthi sudah menentukan tujuan atau goals yang ingin dicapainya, yakni menjadi guru berstatus PNS.
Sambil menunggu kesempatan, dia mengajar di sekolah swasta yakni SD Fajar Harapan Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara. Tak berselang lama, kesempatan menjadi PNS datang. Di tahun yang sama, rekrutmen CPNS dibuka dan Sari Murthi tak mau menyia-nyiakan peluang tersebut.
“Awalnya saya hanya coba- coba, ternyata lulus. Perjuangannya juga tidak mudah. Karena kami di angkatan CPNS Badung tahun 2012, itu paling lama menunggu SK, sampai 10 bulan,” cerita anak pertama dari empat bersaudara ini.
Pasca mendapat SK, Sari Murthi langsung ditugaskan di SDN 4 Cemagi, Kecamatan Mengwi, mulai tahun 2012 hingga 2017. Kemudian dia ditugaskan ke SDN 1 Mengwi, dari tahun 2017 hingga 2022. Tak disangka, pada Oktober 2022, Sari Murthi justru pindah tugas dan langsung menjadi Kepala Sekolah di SDN 6 Gulingan hingga sekarang. Sari Murthi mengaku jabatan Kepala Sekolah yang diraih suatu keberuntungan. Sebab untuk menjadi kepala sekolah tidak mudah alias perlu proses.
“Untuk menjadi kepala sekolah itu adalah goals yang saya ingin capai. Tapi planningnya sebenarnya pingin jadi kepala sekolah di usia yang sudah matang, yakni di usia 40-an ke atas atau menjelang pensiun. Tapi begitu ada kesempatan, saya merasa tertantang. Akhirnya Oktober 2022 saya diberikan amanah jadi Kepala Sekolah SDN 6 Gulingan, saya ambil,” ungkap Sari Murthi.
Sari Murthi mengatakan, bisa meraih posisi menjadi kepala sekolah bukan tanpa sebab. Rupanya ada faktor lain, yakni berkat dia terus menchallenge (tantangan,red) diri. Ceritanya, saat menjadi guru biasa, Sari Murthi terus mengasah dirinya dengan mengikuti Pendidikan Guru Penggerak pada Angkatan Pertama selama 9 bulan. Dia bergabung bersama 2.200 guru di seluruh Indonesia. Tak disangka, Pendidikan Guru Penggerak ini menjadi cikal bakal sukses Sari Murthi meraih goals menjadi pemimpin perubahan yang ujung-ujungnya menjadi pemimpin sekolah. Ternyata Pendidikan Guru Penggerak itu sebagai syarat jika menduduki jabatan kepala sekolah. Sari Murthi lulus pendidikan tersebut pada 2021.
“Awalnya saya tidak percaya kalau guru penggerak nantinya bisa jadi syarat menjabat kepala sekolah. Saya pikir, masa semudah itu jadi kepala sekolah dengan usia yang masih muda begini, diberikan tanggung jawab yang sebegitu besar. Setelah keluar kebijakan dari kementerian bahwa pengangkatan kepala sekolah mensyaratkan tiga hal, salah satunya lulusan dari guru penggerak, saya merasa bersyukur bisa masuk kriteria,” tutur ibu tiga anak ini.
Sari Murthi mengakui, tugas dan tanggung jawab menjadi kepala sekolah jauh lebih banyak dari guru biasa. Namun demikian, hal tersebut tak membuatnya menjadi tertekan. Justru dirinya makin tertantang untuk menentukan goals-goals yang lebih tinggi. Terinspirasi dari sosok Kartini, Sari Murthi pun berpesan pentingnya perempuan untuk speak up atau berani mengutarakan apa yang ingin dicapai dalam hidupnya kepada orang-orang di sekitarnya.
“Perempuan jika memilih ingin berkarir, silakan, tapi jangan sampai lupa kewajiban di dalam rumah tangga, baik sebagai istri maupun ibu. Bagi wanita karir ataupun ibu rumah tangga biasa, penting untuk berani speak up dengan orang-orang terdekat tentang apa yang mau kita capai. Banyak yang beranggapan saya gampang meninggalkan tiga anak untuk ikut pelatihan ini itu. Padahal, kuncinya kita di rumah bisa mengatur komunikasi dengan orang-orang terdekat. Sehingga bisa didukung,” terang istri dari I Putu Gede Sutharyana Tubuh Wibawa yang juga Kepala Sekolah di SDN 2 Penarungan, Mengwi ini.
Selain berani speak up, Sari Murthi juga pesankan perempuan untuk menyukai tantangan atau men-challenge diri. Menurutnya, merasa tertantang akan meningkatkan kapasitas diri sehingga semakin berguna bagi lingkungan sekitar. “Perempuan juga perlu challenge diri. Tetapkan tujuan dirimu sebagai perempuan, mau berkarir atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Sehingga hidup tidak monoton, tapi berkembang. Serta jangan cepat berpuas diri, terus berproses,” pungkasnya.ind
1
Komentar