Jalan Hidup Juru Bahasa Isyarat
DENPASAR, NusaBali - Sosoknya familiar jika menyaksikan konferensi pers yang diselenggarakan kepolisian dan lembaga pemerintahan di Bali. Ia terlihat piawai menerjemahkan apa yang disampaikan pembicara ke dalam bahasa isyarat agar bisa dimengerti oleh penyandang difabel pendengaran (tuna rungu).
Luh Made Suriwati SSi MSi MPd, 40, adalah nama perempuan yang biasa berlaku sebagai juru bahasa isyarat untuk difabel rungu. Ibu dua anak tidak sengaja masuk ke dunia para penyandang disabilitas hingga akhirnya mendedikasikan penuh hidupnya untuk mendidik anak-anak berkebutuhan khusus.
Suri, panggilan akrabnya adalah salah satu guru di SLB Negeri 2 Denpasar yang berlokasi di Jalan Pendidikan, Sidakarya, Denpasar Selatan. Dari gelar akademiknya terlihat ia merupakan lulusan ilmu eksakta. Suri sempat mengenyam pendidikan sarjana kimia dan magister ilmu lingkungan sebelum kini lebih dikenal sebagai juru bahasa isyarat dan guru SLB.
Kesempatan menjadi seorang guru diraihnya pada tahun 2009 ketika ada lowongan PNS sebagai guru SLB untuk mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ia yang saat itu sudah berprofesi sebagai guru honorer di salah satu SMP swasta di Denpasar mencoba melamar dan akhirnya diterima.
"Saya nggak tahu, namanya hidup pasti kepleset-kepleset. Yang terbaik saja, mungkin sudah diatur dari sananya sama Tuhan," ujar perempuan murah senyum ditemui di sekolahnya, Kamis (20/4).
Setahun jadi guru SLBN 2 Denpasar, ia langsung membuat gebrakan agar siswa lulusan SMALB yang sebagian besar difabel rungu bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Menurutnya pada saat itu siswa SLB yang berkuliah masih sangat jarang jika tidak ingin disebut tidak ada.
"Saya pertama kali menginisiasi agar anak-anak yang tuna rungu di sini bisa kuliah. Di Bali waktu itu belum ada,"
Sejak 2015 dukungan terhadap para penyandang disabilitas terus meningkat di Indonesia termasuk Bali. Permintaan bantuan penerjemahan menggunakan bahasa isyarat mulai datang kepada Suri. Suri mengatakan kesempatan menjadi juru bahasa isyarat juga memberinya kesempatan lebih untuk berbuat kebaikan.
"Masuk ke dunia difabel adalah berkah, kita diberikan kesempatan membantu orang dengan keterbatasan," ujar Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan ini.
Ia menjelaskan bahasa isyarat di Indonesia terdiri dari dua macam yakni SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dan Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia). Dalam menerjemahkan ke dalam bahasa isyarat Suri mengaku berusaha total termasuk dengan mengakomodasi kedua sistem bahasa isyarat tersebut termasuk menguatkan mimik.
"Saya menerjemahkan total dari oral, mimik, kadang pakai SIBI kadang pakai Bisindo. Saya mengupayakan bagaimana komunikasi itu tersampaikan," ujarnya.
Untuk saat ini permohonan bantuan penerjemahan ke dalam bahasa isyarat banyak diterimanya dari pihak kepolisian maupun pengadilan. Menurutnya, sebagai penerjemah juga merupakan tugas lain sebagai abdi negara (PNS) tidak mengenal instansi tempat bertugas.
"Saya kan abdi negara juga, kalau saya dimintain tolong bukan berarti saya harus dibayar, tergantung situasi. Kalau ada acara mendadak pas Covid-19 nggak ada bayarannya," ungkap perempuan asal Tabanan.
Ia menambahkan tugas sebagai juru bahasa isyarat sejauh ini belum menjadi kendala untuk kegiatan sehari-hari sebagai guru. Karena permohonan penerjemahan juga tidak datang setiap hari dan pihak yang memohon juga mengerti dengan kesibukannya sebagai seorang guru.
Ia menyebut menjadi juru bahasa isyarat di lembaga hukum seperti kepolisian sempat membuatnya kesulitan tidur. Misalnya ketika menjadi juru bahasa isyarat pada konferensi pers sebuah kasus pembunuhan.
Di sisi lain menjadi guru di SLB sangat disyukuri oleh Suri. Banyak kesempatan baru yang diraihnya setelah menjadi guru SLB. Beberapa prestasi diraihnya sebagai seorang guru bahkan di tingkat internasional.
"Kalau saya nggak jadi guru SLB mungkin saya nggak akan pernah ke mana-mana," ujarnya.
Hampir setiap hari menghabiskan waktu dengan para penyandang disabilitas di sekolah, Suri hanya berharap mereka dapat hidup mandiri agar bisa mendapat haknya sebagai manusia.
Menurut Suri kondisi disabilitas di Bali dan Indonesia pada umumnya sudah jauh lebih baik ketimbang ketika dirinya baru masuk menjadi guru SLB. Dukungan pemerintah dan sejumlah pihak mulai terlihat hasilnya, salah satunya dengan mulai banyaknya para penyandang disabilitas melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi maupun bekerja di beberapa perusahaan.
Namun demikian, ia mengingatkan, masih terdapat sejumlah pekerjaan rumah yang masih perlu dilakukan agar kesetaraan penyandang disabilitas terus meningkat.
"Sudah mengarah inklusi tidak semudah membalikkan telapak tangan," ungkapnya.
Ia pun menyampaikan keinginannya untuk melakukan lebih banyak melakukan riset terkait perkembangan disabilitas di Bali agar hasilnya nanti bisa digunakan pihak-pihak terkait membuat kebijakan terkait para penyandang disabilitas.
Dedikasi Suri dalam dunia yang tidak sengaja dimasukinya bisa menjadi inspirasi bagi orang lain khususnya kaum perempuan. "Perempuan diberikan ruang, kesempatan yang sama," ucapnya.
Suri mengaku dibesarkan oleh kedua orangtuanya, yang juga seorang guru, untuk menghargai setiap orang tidak mengenal status ekonomi maupun jender. Hal yang menurutnya turut memberi pengaruh kepada dirinya untuk masuk ke dunianya yang sekarang. cr78
Komentar