Permintaan Produk Hortikultura Meningkat
Produk Hortikultura
Hortikultura
Petani
UMKM
Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia
Aspehorti
Aspehorti Bali
Petani bergairah tanam produk horti karena ada jaminan hasilnya dibeli ‘bapak asuh’.
DENPASAR, NusaBali - Pelaku UMKM mengaku mendapatkan berkah dari liburan Idul Fitri 1.444 Hijriah/2023. Diantaranya pelaku UMKM bidang usaha jual beli produk hortikultura.
Sebagaimana dirasakan I Made Sianta, asal Pupuan, Tabanan. “Liburan ini memberi berkah bagi kami,” ungkapnya, Rabu(26/4).
Dituturkan jelang dan saat libur Lebaran, permintaan produk hortikultura, terutama buah-buahan mengalami peningkatan. Biasanya Sianta melakukan pengiriman hanya sekali sepekan, belakangan bertambah jadi 2 kali dalam sepekan.
Menyusul peningkatan pengiriman omset penjualan meningkat, dari Rp 10 -15 juta, menjadi Rp 25-30 juta. “Jadi benar- benar terasa ada peningkatan,” ujarnya.
Produk horti yang banyak diminta pasar antara lain manggis, durian bangkok dan durian lokal dan salak gula pasir. Harga dari jenis buah-buahan juga cukup relatif stabil. Untuk manggis Rp15 ribu perkilo di petani, kemudian di pasar modern Rp 25 ribu perkilo.
”Sedangkan untuk ekspor Rp80 ribu perkilo,” lanjutnya.
Sementara durian bangkok harganya Rp30 ribu perkilo di tingkat petani, Rp40 ribu perkilo di pasar modern. Durian lokal Rp25 ribu sampai Rp30 ribu dengan berat 1 kilogram. Sedang untuk berat 1,5 kilogram sampai 2kilogram harganya Rp45 ribu sampai Rp50 ribu perkilogram.
Terpisah Ketua DPD Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali I Wayan Sugiartha menyatakan pasca pandemi kemudian disusul beberapa moment seperti hari besar keagamaan dan kegiatan berskala besar lainnya, iklim bisnis hortikultura mulai membaik.
“Petani sudah ada gairah kembali untuk menanam sesuai dengan permintaan ‘bapak asuh’,” jelasnya.
‘Bapak asuh’ dimaksud, kata Sugiartha adalah mitra atau partner petani, terutama pada suplier yang memasok produk-produk horti, baik ke pasar-pasar modern atau pasar swalayan maupun ke hotel dan restoran.
“Ini patut disyukuri, karena bisnis horti sudah bergairah kembali,” lanjut. Menunjukkan bergairahnya kembali bisnis hortikultura, Sugiartha menyebut adanya penawaran kerjasama kemitraan kalangan swasta luar daerah kepada petani-petani horti di Bali.
“Petani diajak berpartner untuk menanam produk, seperti tomat, paprika. Hasil panen sudah pasti dibeli,” ungkap Sugiartha, pebisnis horti asal Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Badung.
Petani yang diharapkan bisa diajak bermitra adalah petani yang punya green house , yakni bangunan yang diselubungi atap bening tembus cahaya, untuk budidaya terutama untuk sayur-mayur.
”Kami sedang sosialisasikan kepada petani seperti di kawasan Bedugul, Baturiti,” lanjut Sugiartha.
Yang pasti, setelah pandemi, pariwisata menggeliat dan aktivitas masyarakat normal, bisnis hortikultura, membaik. K17.
1
Komentar