Luhut Tinjau Budidaya Rumput Laut di Desa Patas
SINGARAJA, NusaBali - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan meninjau budidaya rumput laut di Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Jumat (28/4) pagi.
Budidaya rumput laut dinilai banyak mendatangkan manfaat ekologi dan nilai ekonomi sehingga berencana dikembangkan lebih lanjut di perairan Buleleng.
Penelitian budidaya rumput laut di Desa Patas telah dilakukan sejak 7 tahun terakhir dengan melibatkan kolaborasi peneliti dari India dan Indonesia, serta perusahaan PT Sea Six Energy Indonesia. "Menurut saya, kita baru sadar kita ini kaya banget. Jadi teman-teman dari India dan Indonesia melakukan penelitian di sini sudah lebih dari 7 tahun," katanya.
Luhut mengatakan, budidaya rumput laut bisa membuka peluang ekonomi dengan menciptakan jutaan lapangan pekerjaan serta Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di sekitarnya. Rumput laut yang dikembangkan ini juga mengurangi emisi karbon. Di mana dampak emisi karbon yang terus meningkat akan memperbesar resiko konflik, kelaparan, banjir, serta gangguan ekonomi di masyarakat.
Selain itu, budidaya rumput laut juga disebut memiliki sederet manfaat untuk lingkungan sekitar, terutama di laut. Di antaranya, produksi rumput laut dapat menyerap karbon yang berakhir di laut dari emisi gas rumah kaca. "Itu (rumput laut) juga bisa mempercepat penumbuhan ikan dan memilihkan karang yang rusak," beber Luhut.
Luhut menambahkan, tidak hanya di laut saja yang berdampak positif terhadap budaya rumput laut. Rumput laut yang dihasilkan ini bisa menjadi salah satu bahan baku pengganti minyak dan plastik. Industri olahan rumput laut ini akan dikembangkan. "Sekarang kami kembangkan, misalnya menjadi pengganti minyak. Cost-nya masih mahal, tapi nanti setelah skill up, cost-nya akan turun," ungkapnya.
Pihaknya pun berencana merancang aturan khsus untuk mendorong pengembangan budidaya rumput laut. Seperti memberikan insentif pada perusahaan yang menggunakan rumput laut sebagai plastik. "Plastik yang selama ini kita gunakan, nanti kita akan bikin aturan. Menggunakan ini (rumput laut) akan kita kasih insentif," ujarnya.
Pengembangan industri budidaya rumput laut turut melibatkan lembaga antar-kementerian, seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, hingga Kementerian Kelautan dan Perikanan. "Semua terintegrasi di sini. Semua akan didalami dan akan dirapatkan kembali. Termasuk mendiskusikannya dengan para ahli," imbuh Luhut.
Kata Luhut, Jokowi pun telah menginstruksikan pengembangan rumput laut, seperti halnya pada mangrove. Rencananya, pengembangan budidaya rumput laut di Desa Patas akan dikembangan lebih luas lagi, termasuk akan dikembangkan di Lombok, NTB.
"Kita akan coba mungkin 1 kilometer persegi di Lombok mungkin di sini juga nanti tinggal mempercepat karena bagaimana membuat bibit yang bagus, dan bagaimana model yang di daratnya. Jadi kita ini mau end to end, saya pikir ini perintah Presiden sangat bagus, sama dengan hilirisasi," tutup Luhut.
Di tempat yang sama, Direktur PT Sea Six Energy Indonesia, Agus Satsrawiguna mengungkapkan, Desa Patas dipilih menjadi lokasi budidaya rumput laut setelah dilakukan kajian. "Sebenarnya dulu kita coba di berbagai lokasi di Buleleng, jadi ternyata yang feasible (layak) di sini (Desa Patas). Kemudian lokasinya dekat dengan lokasi pabrik," ujarnya.
Pengembangan pun dilakukan sejak tahun 2020. Sedangkan rencana pengembangan sudah disusun sejak 2018 namun sempat terkendala pandemi Covid-19.
Ia menambahkan, untuk percobaan, pihaknya mengembangkan rumput laut seluas 5 hektare. Adapun jenis rumput laut yang dikembangkan, yakni spinosum dan cottonii. Rumput laut itu dibudidaya di kedalaman 5 meter hingga 30 meter di bawah permukaan laut.
"Rumput laut segar ini kami proses menjadi bahan baku biostimulan. Kami dalam tahap riset dan pengembangan untuk bioplastik dan biofuel. Semua dalam bentuk cairan dan padat. Hasilnya, diekspor sementara karena produk kita diolah di India. Diekspor ke sana, diolah, kemudian dipasarkan," ujarnya.
Pihaknya pun berencana membuat tempat pengolahan rumput laut di Desa Patas, namun sempat terbentur investasi. "Karena investasi kemarin masih kecil, kedua karena ada pandemi, kami putuskan untu fase satu dulu. Untuk fase dua, di lapangan ini kita akan mulai pembangunan tahun depan. Mungkin tahun depan atau 2 hingga 3 tahun berikutnya," tandas Agus.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana mengatakan akan mengembangkan Gerokgak sebagai kecamatan yang terkenal akan hasil rumput lautnya. Lihadnyana menjelaskan Buleleng memiliki garis pantai terpanjang di Bali, hingga 6 ribu kilometer lebih
Dengan keadaan alam tersebut, potensi tidak hanya di darat namun juga di laut. Ekonomi biru bisa dikembangkan di Kabupaten Buleleng. Salah satunya pengembangan budidaya rumput laut yang dijadikan percontohan bagi daerah lain di Indonesia. "Oleh karena itu, kedatangan pak menteri (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi) bisa menjadi perhatian yang lebih bagi Buleleng. Khususnya budidaya rumput laut ini," jelasnya.
Dengan ditunjuknya budidaya rumput laut di Desa Patas ini sebagai percontohan, Lihadnyana menginginkan Gerokgak menjadi sumber penghasil rumput laut di Buleleng. Ini menjadi sebuah upaya untuk membentuk dan mempromosikan Kecamatan Gerokgak sebagai Kecamatan rumput laut.
"Ini sesuai dengan instruksi dari Presiden RI saat mengumpulkan kepala daerah bahwa daerah harus melakukan terobosan dan inovasi. Serta memiliki jargon-jargon tematik sebagai unggulan daerah," ujar Lihadnyana.
Lihadnyana menambahkan budidaya rumput laut ini memberikan efek berganda bagi lingkungan sekitar. Tidak hanya memperbaiki terumbu karang, juga bisa membantu budidaya ikan. Ekosistem bawah laut juga bisa dijaga dengan budidaya rumput laut ini. Di hilir pun, produk turunan dari rumput laut begitu banyak. "Oleh karena itu, kita harapkan dan inginkan Gerokgak bisa menjadi kecamatan rumput laut," imbuh Lihadnyana.7mzk
1
Komentar