Yan Pung, Maestro Tari Gopala Ingatkan Konsistensi Pembinaan Seni
DENPASAR, NusaBali.com - Aksi maestro tari I Nyoman Suarsa, 66, alias Yan Pung menarikan Tari Baris Tunggal bersama dua penari cilik mencuri perhatian pada perayaan Hari Tari Sedunia di Kota Denpasar, Sabtu (29/4/2023). Aksinya ini membawa pesan pentingnya konsistensi pembinaan seni sejak dini.
Yan Pung adalah koreografer tari Bali asal Banjar Wangaya Kelod, Desa Dauh Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara. Salah satu ciptaannya yakni Tari Gopala adalah tarian sederhana dengan gerakan berulang yang diajarkan kepada generasi belia bahkan sejak duduk di bangku taman kanak-kanak.
Dari segi filosofi penciptaan tari, Yan Pung sudah membawa semangat pembinaan seni khususnya tari untuk generasi belia. Semangat ini pulalah yang membawanya menjadi konsultan seni dalam berbagai event kesenian di Kota Denpasar.
"Budaya cenderung lebih stagnan ketimbang perkembangan teknologi. Oleh karena itu, saya berharap seni dan budaya Bali tetap berkembang di masa depan asal pembinaan seni jangan sampai putus," tutur Yan Pung ketika dijumpai usai diganjar penghargaan pengabdian seni oleh Pemkot Denpasar serangkaian Hari Tari Sedunia.
Pesan sekaligus peringatan dari kakek dengan tiga cucu ini tidak terlepas dari pengalamannya di masa lalu sekitar tahun 1978. Pada kala itu, Yan Pung kesulitan mencari tenaga berusia muda di Kota Denpasar untuk diajak berkesenian. Akhirnya, dia mendirikan Sanggar Tari Kharisma setelah sebelumnya merintis Himpunan Seniman Remaja.
Putra dari Nyo Ju Chiang dan Made Sukerti ini menilai, Bali tanpa kekuatan seni akan tinggal nama saja. Menurutnya, bukan hanya pariwisata yang bakal lenyap bahkan Bali sebagai suatu peradaban pun bisa hilang ditelan zaman. Sebab, di dalam seni terdapat karakter dan identitas orang Bali yang menjadi penguat kebudayaan Bali hingga kini.
"Saya mengapresiasi kerja sama yang baik antara Pemkot Denpasar dengan komunitas seni yang sudah terjalin dengan baik sejak pemerintahan AA Gede Ngurah Puspayoga kemudian diteruskan IB Rai Mantra. Sekarang masih berjalan dengan baik di bawah Bapak Ngurah Jaya Negara," ujar seniman tari keturunan Tionghoa-Bali.
Untuk mendemokratisasi seni di kalangan belia, Yan Pung berharap di setiap sekolah di Kota Denpasar memiliki minimal dua ekstrakurikuler di bidang seni yakni seni tari dan seni tabuh atau karawitan. Ayah dua anak ini menambahkan, putra-putri Bali tidak perlu dipaksa menguasai seni akan tetapi wajib memahami dasar-dasarnya guna memperkuat karakter.
Yan Pung pun tidak keberatan dengan adanya generasi belia yang memilih menguasai tarian kontemporer maupun modern. Hanya saja, tanpa asas atau pengetahuan terhadap pakem tarian Bali, mereka hanya akan menjadi penari dengan dasar yang lemah dan tanpa identitas budaya.
"Hari ini (Sabtu), saya bangga diberikan kesempatan menari bersama dengan generasi cucu-cucu saya. Ini berarti seniman generasi saya sudah memiliki penerus yang akan mewarisi apa yang sudah diwariskan leluhur," ucap Yan Pung.
Maestro tari Bali jebolan Konservatori Karawitan (Kokar) Denpasar (sekarang SMKN 5 Denpasar) ini menekankan bahwa warisan leluhur bukan soal tanah saja. Ada kesenian dalam kebudayaan Bali yang juga menjadi warisan kolektif bagi putra-putri Bali. *rat
Komentar