BI Bali Ingatkan Risiko Inflasi pada Mei
Dipicu oleh kenaikan harga beras akibat meningkatnya permintaan di masyarakat.
DENPASAR,NusaBali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali, Trisno Nugroho mengingatkan risiko yang perlu diwaspadai pada pada Mei 2023. Risiko tersebut berlanjutnya kenaikan harga beras terutama akibat peningkatan permintaan beras baik di Bali maupun luar Bali,meski musim panen semakin meluas.
Hal tersebut disampaikan Trisno Nugroho terkait perkembangan inflasi di Bali, Rabu(3/5).
Di sisi lain, tren peningkatan produksi cabai merah yang tengah memasuki musim panen, kemudian penurunan harga BBM non-subsidi dan avtur, diprakirakan menjadi faktor penahan laju inflasi Mei 2023.
Disampaikan Trisno, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan Kabupaten/Kota di Bali secara konsisten melakukan pengendalian inflasi melalui kerangka 4K , yakni Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif.
Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain melalui kegiatan operasi pasar untuk komoditas pangan strategis, pemberian subsidi ongkos angkut untuk menekan kenaikan harga komoditas pangan. Serta monitoring dan sidak di pasar, distributor dan produsen.
“Selain itu, TPID mendorong peningkatan kualitas data komoditas pangan yang keluar masuk Bali,” ujar Trisno Nugroho.
Selanjutnya TPID mendorong peningkatan kerja sama Antar Daerah (KAD) dalam Provinsi Bali dan dengan wilayah di luar Provinsi Bali, serta peningkatan komunikasi kepada masyarakat melalui berbagai media mengenai perkembangan harga dan ketersediaan pasokan pangan di Bali.
Sebelumnya BPS Provinsi Bali mencatat inflasi gabungan dua kota di Bali, yakni Denpasar dan Singaraja pada April 2023, sebesar 0,04 persen (mtm atau bulanan). Inflasi tersebut lebih rendah dbanding bulan sebelumnya (0,07 persen,mtm) dan lebih rendah dari inflasi nasional 0,33 persen, secara month to month atau bulanan.
Disampaikan Trisno Nugroho, rendahnya inflasi April 2023 tidak terlepas dari pengaruh positif respons kebijakan moneter Bank Indonesia dan sinergi pengendalian inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).
“Dengan demikian, inflasi Provinsi Bali secara tahunan terus melandai pada angka 4,45 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya 5,46 persen (yoy),” ujar Trisno.
Dikatakan berdasarkan komoditasnya, terjadinya inflasi disebabkan kenaikan harga pada angkutan udara, daging ayam ras, angkutan antar kota, dan beras. Kenaikan tarif angkutan udara dan angkutan antar kota diakibatkan tingginya permintaan selama periode libur Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri.
Harga daging ayam ras naik akibat peningkatan permintaan dan kenaikan harga Day Old Chicken (DOC) dan harga pakan. Adapun kenaikan harga beras lebih disebabkan belum meratanya musim panen padi di Bali.
Namun demikian, inflasi yang lebih tinggi dapat tertahan dengan menurunnya harga cabai rawit, canang sari, tongkol diawetkan, dan cabai merah. Harga cabai rawit dan cabai merah turun didorong peningkatan produksi sejalan dengan periode musim panen.
Sementara itu, penurunan harga tongkol sejalan dengan peningkatan hasil tangkapan, dan penurunan harga canang sari didorong normalisasi permintaan pasca hari raya Nyepi. K17.
1
Komentar