Ganjar Mau Menang Elegan, Oemah Ganjar Target Kemenangan Melewati Raihan Jokowi
‘Intinya bahwa di Oemah Ganjar ini aspirasi untuk kebersamaan. Menang dengan cara baik dan elegan, tidak menjelekkan siapapun’
MANGUPURA, NusaBali
Relawan Oemah Ganjar menggelar diskusi kebangsaan di Kawasan Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Selasa (2/5) pukul 17.00 Wita. Dalam diskusi yang menghadirkan sejumlah akademisi itu, Oemah Ganjar siap memenangkan Ganjar Pranowo pada Pemilu 2024 secara elegan. Oemah Ganjar akan memberikan masukan, ide, gagasan, pandangan, serta mengedepankan kebersamaan.
Tuan rumah Oemah Ganjar, I Gusti Ngurah Agung Diatmika mengungkapkan, terbentuknya Oemah Ganjar merupakan sebuah tempat bagi yang memiliki komitmen sama dalam mengusung Capres Ganjar Pranowo. “Intinya bahwa di Oemah Ganjar ini aspirasi untuk kebersamaan. Menang dengan cara baik dan elegan, tidak menjelekkan siapapun, tapi bagaimana kita menonjolkan program-program yang akan diciptakan oleh Pak Ganjar ke depannya,” ujar Ngurah Diatmika.
Kehadiran Oemah Ganjar ini, kata Diatmika, tidak saja fokus dalam target pemenangan Ganjar di Pilpres 2024 nanti. Namun dalam rangka memberikan ide, gagasan, serta pandangan untuk kecerdasan berpolitik. Seperti yang digelar Selasa kemarin, diskusi mengetengahkan berbagai macam topik seperti kebangsaan, Pancasila, menangkal hoaks, hingga persoalan generasi muda yang streotipe apatis terhadap dunia politik.
“Hari ini kami menggelar diskusi menjaga kebangsaan. Kita sadar ada hoaks yang bisa memecah belah, dan akan berbahaya bila dipelihara terus. Pada intinya kami ingin menjaga keutuhan, kebersamaan, persaudaraan yang sangat penting peranannya. Dan pastinya untuk sesuai cita-cita bapak bangsa untuk mencerdaskan masyarakat Indonesia secara keseluruhan,” jelas Diatmika.
Mengenai target di Pilpres 2024, kata Diatmika, Capres Ganjar ditarget meraih kemenangan di Provinsi Bali melebihi kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2019. Kemenangan Jokowi pada Pilpres 2019 di Bali menembus 91 persen. “Tentu kemenangan yang lebih spektakuler dari pada saat kemenangan Bapak Jokowi di Pilpres 2019,” tegas Ketua Pengurus Daerah Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada (Kagama) Provinsi Bali ini.
Sementara Akademisi Unud, Dr I Dewa Gede Palguna yang juga hadir sebagai narasumber dalam diskusi tersebut mengatakan, terbentuknya relawan-relawan yang berasal dari inisiatif warga merupakan gejala positif dalam kesadaran berbangsa dan membangun budaya politik. “Oemah Ganjar ini merupakan bagian dari inisiatif warga. Kalau saya melihat dari sudut pandang kesadaran berbangsa dan membangun budaya politik yang makin dewasa, ini bagus. Karena ini kan inisiatifnya datang dari warga,” ujar Dewa Palguna.
Mantan Hakim Mahkamah Konstitusi ini juga menambahkan, jika dilihat dari konteks deliberatif demokrasi, dengan adanya paguyuban relawan seperti ini, ada rasa memiliki dari masyarakat terhadap pemimpinnya. Demikian juga apabila pemimpinnya benar-benar punya integritas dan aspiratif, maka juga akan ada tanggung jawab pada sisi publik sendiri.
“Artinya kerja untuk melahirkan pemimpin kalau kita lihat dari konteks deliberatif demokrasi, semakin banyak warga dilibatkan dalam pengambilan keputusan politik, itu sebenarnya semakin baik. Artinya demokrasi kita itu jangan elitis, demokrasi kita memang harus bertolak dari akar rumput,” imbuhnya.
Sedangkan narasumber lainnya, Dr Kadek Dwita Apriani membahas mengenai streotipe atau label pada generasi muda yang apatis terhadap dunia politik. Menurutnya, dalam survei Litbang Kompas, sebanyak 60 persen dari responden mengaku mengikuti debat di media sosial dalam 6 bulan terakhir dari periode survei. Sebanyak 21,7 persen mengikuti dengan intensitas tinggi. “Streotiping mengenai anak muda yang apatis terhadap politik itu dibantah oleh data. Mereka mengikuti perdebatan-perdebatan politik, hanya saja dengan cara berbeda,” jelas alumni doktor ilmu politik Universitas Indonesia, Jakarta ini.
Dwita menambahkan, generasi muda membutuhkan inspirasi orang yang toleran, beradab di media sosial, yang menghargai kebebasan berpendapat, serta menjadi contoh optimisme. Ada tiga hal yang diharapkan generasi muda yakni voice, choice, dan control. “Voice, mereka harus didengar dengan cara mereka. Choice jangan dibatasi ruangnya, pilihan mereka juga harus mendapat ruang. Serta control, membiarkan itu menjadi milik publik melalui pipa-pipa yang terdemokratisasi. Pemimpin yang harus punya komitmen keberagaman dan tidak memantik polarisasi, serta tidak memiliki catatan sejarah pembungkaman voice,” tegas Dwita.ind
Komentar