Teman-Teman Penyandang Disabilitas Berharap Pemerintah Sediakan Akses Jalan Menuju Pura Besakih dan Lainnya
GIANYAR, NusaBali.com – Walaupun memiliki keterbatasan fisik, teman-teman penyandang disabilitas tetap semangat untuk tangkil ke berbagai pura. salah satunya di Pura Penataran Agung Besakih di Desa Besakih, Rendang, Karangasem, Bali.
Salah satu anggota dari Yayasan Cahaya Mutiara Ubud, I Wayan Sukarmen menerangkan meskipun area Becingah dan Manik Mas sudah dibangun berbagai infrastruktur pendukung, namun ia menilai belum membantu para teman-teman disabilitas.
Ia mengaku, ia dan rombongan dari Yayasan Cahaya Mutiara Ubud sembahyang ke Pura Besakih serangkaian Ida Bhatara Turun Kabeh pada Kamis (13/5/2023) silam. Namun mereka menggunakan akses belakang melalui parkiran di area Batu Madeg.
“Sepengetahuan saya di area parkir ada akses disabilitas. Tetapi kami lewat belakang melalui akses yang tangganya lebih sedikit dan itu termasuk jalur para pejabat atau jalur untuk orang yang akan ngayah,” ujar Sukarmen saat dikonfirmasi pada Jumat (4/5/2023) sore.
Walaupun sudah melalui akses belakang, Sukarmen membeberkan ia dan seluruh rombongannya harus melalui sekitar 25 anak tangga.
Ia mengaku, ia dan rombongan dari Yayasan Cahaya Mutiara Ubud sembahyang ke Pura Besakih serangkaian Ida Bhatara Turun Kabeh pada Kamis (13/5/2023) silam. Namun mereka menggunakan akses belakang melalui parkiran di area Batu Madeg.
“Sepengetahuan saya di area parkir ada akses disabilitas. Tetapi kami lewat belakang melalui akses yang tangganya lebih sedikit dan itu termasuk jalur para pejabat atau jalur untuk orang yang akan ngayah,” ujar Sukarmen saat dikonfirmasi pada Jumat (4/5/2023) sore.
Walaupun sudah melalui akses belakang, Sukarmen membeberkan ia dan seluruh rombongannya harus melalui sekitar 25 anak tangga.
Dari 40 orang Yayasan Cahaya Mutiara Ubud, ada sebanyak 20 orang rekannya yang menggunakan kursi roda. Sehingga, untuk membantu teman-teman disabilitas lainnya, Sukarmen menjelaskan membutuhkan sekitar 14 orang relawan untuk membantu mereka agar sampai di Pura Penataran Agung Besakih.
“Kalau sembahyang ke Pura Besakih, kami selalu siapkan relawan karena kami sudah tahu medannya berat. Sehingga waktu itu ada pecalang juga yang ikut membantu, sebab kami minimal dibantu oleh dua orang agar bisa menaiki anak tangga,” tambah pria kelahiran 4 Desember 1998 itu.
Ditanya mengapa tidak menggunakan fasilitas seperti boogie yang telah disiapkan, Sukarmen menerangkan hanya akan lebih memperlambat mereka untuk bisa sampai ke Pura Penataran Agung Besakih. Ia menilai, dengan menggunakan boogie mereka harus naik dan turun kursi roda lebih banyak. Sehingga pihaknya memilih untuk menggunakan akses belakang dengan bantuan para relawan.
Sama halnya di Pura Besakih, Sukarmen dan 17 anggota Yayasan Mutiara Ubud melakukan persembahyangan kembali di Pura Samuan Tiga Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar pada Kamis (4/5/2023) kemarin.
“Kalau sembahyang ke Pura Besakih, kami selalu siapkan relawan karena kami sudah tahu medannya berat. Sehingga waktu itu ada pecalang juga yang ikut membantu, sebab kami minimal dibantu oleh dua orang agar bisa menaiki anak tangga,” tambah pria kelahiran 4 Desember 1998 itu.
Ditanya mengapa tidak menggunakan fasilitas seperti boogie yang telah disiapkan, Sukarmen menerangkan hanya akan lebih memperlambat mereka untuk bisa sampai ke Pura Penataran Agung Besakih. Ia menilai, dengan menggunakan boogie mereka harus naik dan turun kursi roda lebih banyak. Sehingga pihaknya memilih untuk menggunakan akses belakang dengan bantuan para relawan.
Sama halnya di Pura Besakih, Sukarmen dan 17 anggota Yayasan Mutiara Ubud melakukan persembahyangan kembali di Pura Samuan Tiga Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar pada Kamis (4/5/2023) kemarin.
Ia juga menuturkan untuk bisa sampai di lokasi persembahyangan, pihaknya harus menggunakan akses belakang dengan tetap melewati sekitar empat anak tangga.
Meski dikatakannya sedikit, mereka harus tetap meminta bantuan kepada para relawan untuk bisa sampai di lokasi persembahyangan.
“Kemarin kami dibantu oleh orang-orang yang sembahyang di sana, mereka ada kepedulian untuk membantu kami. Walaupun mereka belum pernah membantu teman-teman penyandang disabilitas tetapi mereka bertanya, lalu kami arahkan karena memang ada tekniknya sendiri,” tuturnya.
Pria yang masih berstatus mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka itu berharap, ke depan pemerintah dapat menyediakan akses jalan untuk para penyandang disabilitas sehingga dapat mempermudah para relawan untuk membantu teman-teman disabilitas.
Meski dikatakannya sedikit, mereka harus tetap meminta bantuan kepada para relawan untuk bisa sampai di lokasi persembahyangan.
“Kemarin kami dibantu oleh orang-orang yang sembahyang di sana, mereka ada kepedulian untuk membantu kami. Walaupun mereka belum pernah membantu teman-teman penyandang disabilitas tetapi mereka bertanya, lalu kami arahkan karena memang ada tekniknya sendiri,” tuturnya.
Pria yang masih berstatus mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka itu berharap, ke depan pemerintah dapat menyediakan akses jalan untuk para penyandang disabilitas sehingga dapat mempermudah para relawan untuk membantu teman-teman disabilitas.
Harapan ini pun diterangkannya tidak hanya berlaku di lokasi Pura Besakih atau di Pura Samuan Tiga saja, namun juga berlaku di lokasi umum lainnya.
“Yang kami pikirkan tidak hanya berlaku bagi kami di yayasannya saja, tetapi juga untuk para orangtuanya yang ingin mengajak anaknya yang juga penyandang disabilitas untuk bisa tangkil ke Pura Besakih. Jadi ini merupakan harapan bagi seluruh teman-teman penyandang disabilitas. Bahkan harapan saya tak hanya untuk pengguna kursi roda saja tetapi untuk penyandang disabilitas lainnya seperti penyandang disabilitas tunanetra,” pungkasnya. *ris
“Yang kami pikirkan tidak hanya berlaku bagi kami di yayasannya saja, tetapi juga untuk para orangtuanya yang ingin mengajak anaknya yang juga penyandang disabilitas untuk bisa tangkil ke Pura Besakih. Jadi ini merupakan harapan bagi seluruh teman-teman penyandang disabilitas. Bahkan harapan saya tak hanya untuk pengguna kursi roda saja tetapi untuk penyandang disabilitas lainnya seperti penyandang disabilitas tunanetra,” pungkasnya. *ris
Komentar