KSM Bumi Lestari Sulap Sampah Menjadi Produk Seni
MANGUPURA, NusaBali.com – Permasalahan sampah rumah tangga yang tak bernilai ekonomis menjadi salah satu permasalahan besar di Indonesia termasuk Bali. Belum lagi, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung di Denpasar, tak beroperasi lagi.
Kondisi tersebut menyemangati Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Bumi Lestari, Banjar Segara Kuta, Badung memutar otak dengan membuat sebuah inovasi.
Ketua KSM Bumi Lestari, I Wayan Tegeg menjelaskan pihaknya menyulap banyaknya sampah yang tidak memiliki nilai ekonomis menjadi sebuah produk yang bernilai ekonomis.
Ketua KSM Bumi Lestari, I Wayan Tegeg menjelaskan pihaknya menyulap banyaknya sampah yang tidak memiliki nilai ekonomis menjadi sebuah produk yang bernilai ekonomis.
Lebih lanjut ia jelaskan, KSM Bumi Lestari mendapat CSR dari salah satu BUMN yaitu PT Pembangunan Perumahan (PP) berupa dua mesin daur ulang pada 22 Agustus 2023 lalu.
“Kami dapat CSR dari PT Pembangunan Perumahan (PP) yang memberikan kami bantuan berupa dua unit mesin yaitu mesin pencacah dan pemilah serta satu unit mesin monster, yang jelas konsep dari mesin yang diberikan adalah untuk mengantisipasi sampah yang akan dibuang ke TPA,” ujar Wayan Tegeg belum lama ini.
Lanjutnya, satu mesin pencacah dan pemilah tersebut memiliki fungsi ganda yakni sebagai pemilah sampah organik dan anorganik. Selanjutnya sampah yang telah dipilah itu akan melalui beberapa proses.
Sampah organik yang sudah terpisah akan dijadikan pupuk kompos, sementara sampah anorganik akan kembali diproses pada mesin monster.
Mesin monster itu memiliki fungsi untuk memanaskan seluruh sampah anorganik atau tak bernilai ekonomis hingga nantinya akan meleleh. Lelehan tersebutlah akan diletakkan pada sebuah cetakkan sebelum akhirnya menjadi produk seni atau kriya.
“Produk ini adalah dari sampah anorganik yang tak bernilai ekonomis seperti bekas sandal di hotel-hotel, besi beurkuran kecil, pempes, pembalut, dan lainnya,” terangnya.
Selanjutnya sampah yang bernilai ekonomis nantinya akan dibawa ke bank sampah setiap satu bulan sekali. Sampah tersebut berupa botol plastik, kerdus bekas, koran bekas, botol kaca, dan lain sebagainya.
Saat ini, pihaknya pun turut berkolaborasi dengan TPST-3R Desa Adat Seminyak, Seminyak Clean, Badung, dalam hal peminjaman tempat dan proses pembuatan produk seni dan kriya.
Produk yang dihasilkan pun berupa seni lukis pajangan dan ukir-ukiran Bali seperti wayang. Tak hanya itu, pihaknya juga turut menggandeng dan bersinergi bersama anak-anak penyandang disabilitas di Yayasan Cahaya Mutiara Ubud dalam hal melukis produk-produknya.
Namun, jelas Wayan Tegeg produk yang dihasilkan ini belum diperjual belikan untuk umum. Sebab, pihaknya harus melakukan Kerjasama dengan para steakholder ataupun pihak lainnya untuk proses penyempurnaan produk. Walaupun demikian, produk-produk ini sudah diberikan kepada beberapa pejabat negara seperti Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia, Mahfud MD saat kunjungannya ke Banjar Segara Kuta pada 10 Maret 2023 silam.
“Secara komersil kami belum, ini baru tahap riset. Tahap selanjutnya kami akan melakukan kerjasama dengan beberapa Universitas di Bali untuk ikut membantu kami dan juga kami akan HAKI-kan produk ini serta kami akan mengirim produk ini ke hotel-hotel di Segara Kuta untuk mengenalkan produk kami,” imbuhnya.
Wayan Tegeg pun berharap, dengan adanya inovasi produk ini dapat membantu mengurangi pembuangan sampah ke TPA dan dapat menghasilkan inovasi produk yang bernilai.
“Kalau saya pikir produk ini luar biasa karena satu kami tidak akan mengenal TPA lagi, kedua kami akan memaksimalkan untuk menjadi produk yang betul-betul bisa menggantikan kayu,” pungkasnya. *ris
Komentar