Subak Sembung Dinilai Gagal Jadi Agro Wisata
Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar MA Dezire Mulyani mengungkapkan sudah beberapa kali dilakukan pelatihan, namun memang tidak sesuai harapan.
DENPASAR, NusaBali
Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar I Wayan Mariyana Wandhira menyebutkan bahwa pengembangan Subak Sembung di Kelurahan Paguyangan, Denpasar Utara sebagai agro wisata, gagal. Sementara Dinas Pertanian menyebut bahwa jogging track telah dimanfaatkan, sedangkan Dinas Pariwisata menyatakan sudah melakukan berbagai upaya namun memang tidak berjalan sesuai harapan.
Wandhira menyatakan Pemkot Denpasar hingga saat ini belum memberikan perkembangan banyak terkait lahan persawahan yang sudah dijadikan Subak Lestari tersebut. Saat ini hanya ada satu tempat yang sudah dibangun di lokasi Subak Sembung. Akan tetapi setelah itu tidak ada pengembangan kembali lokasi tersebut dan manfaat untuk pertanian juga belum terlihat. Sebab, sebelumnya kawasan tersebut rencananya sebagai pusat agro wisata.
“Tujuan ke depannya apa, itu apakah akan jadi pusat pasar hasil pertanian atau seperti apa? Karena petani ini memang harus dilindungi. Terutama terkait pemasaran hasil pertanian ketika panen. Apakah lokasinya akan dijadikan pasar pertanian, ini belum jelas,” ucap Wandhira, Rabu (10/5). Jangan sampai, kata dia, Subak Sembung hanya dijadikan sebagai tempat seremonial.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kota Denpasar Anak Agung Gede Bayu Brahmasta, mengungkapkan terkait pemanfaatan Subak Sembung, sepanjang jalan petani sudah memanfaatkan untuk berjualan karena jogging track ramai dilintasi orang. “Sudah dimanfaatkan untuk berjualan. Hasil petani diperjual belikan di sana,” kata Agung Brahmasta.
Namun, terkait dengan agro wisata, pengelolanya ada di Dinas Pariwisata Denpasar. “Sepertinya sudah berjalan, soalnya banyak yang sudah memanfaatkan lokasi tersebut. Jadi, kalau agro wisata dikelola oleh Dispar.
Kalau petani sudah memanfaatkan untuk jualan di lokasi tersebut,” tandas Agung Brahmasta.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar MA Dezire Mulyani mengungkapkan sudah beberapa kali dilakukan pendekatan karena pengelolanya kelompok masyarakat. Memang kurang berjalan maksimal, sehingga tidak sesuai harapan. Padahal, infrastruktur sudah mumpuni dan sudah ditata sejak lama bahkan ada CSR. Jadi ini disayangkan sekali, padahal sudah beberapa kali dilakukan pelatihan.
“Harusnya bisa seperti Desa Kesiman Kertalangu. Kami Dispar sudah berupaya bahkan bekerja sama dengan Unud (Universitas Udayana) melakukan pendampingan,” kata Dezire. 7 mis
Komentar