Sukses Ajari Anak-Anak di Desa Puhu Belajar Bahasa Inggris, JLB Sasar Desa Lainnya
GIANYAR, NusaBali.com – Tak terasaenam bulan sudah berlalu, Komunitas Jejak Literasi Bali (JLB) bersama para volunteer melaksanakan Program Kreasi Edukasi dan Literasi Sekolah (Kredibali) di Desa Puhu, Kecamatan Payangan, Gianyar, sejak Minggu (25/9/2022) lalu.
Berfokus mengenalkan Bahasa Inggris dan edukasi peduli lingkungan, anak-anak SD sampai SMP di Desa Puhu akhirnya menamatkan pendidikan di program Kredibali pada Minggu (30/4/2023).
Koordinator Perencanaan Program Kegiatan Pengabdian, Ni Kadek Sintya Mayumi mengucapkan rasa syukurnya karena program Kredibali telah berjalan sesuai dengan rencana. Ia menilai, setidaknya para anak-anak di Desa Puhu tetap konsisten untuk mengikuti kelas setiap minggunya hingga pelaksanakan program berakhir.
“Bersyukur sekali, antusias mereka sampai akhir masih semangat dan mau mengerjakan final test dan saya sangat mengapresiasi hal itu karena mereka mau berusaha untuk belajar bahasa Inggris,” ujar wanita yang akrab di sapa Yumi pada Jumat (12/4/2023) siang.
Kendati demikian, Yumi juga menerangkan tak hanya kedisplinan mereka untuk datang setiap minggunya, melainkan adanya peningkatan mereka dalam berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Inggris.
“Anak-anak di SD sudah mulai akrab dan awam dengan kosa kata sehari-hari baik itu kata kerja atau pun kata benda. Anak-anak yang bertahan sampai akhir itu ada sebanyak 31 anak,” lanjut dia.
Meski Yumi menganggap saat tahap awal para anak-anak di Desa Puhu mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Inggis, namun mereka bisa melalui itu semua. Hal ini dikatakan dia karena pihak JLB dan volunteer menuntun dan memberikan semangat kepada mereka untuk bisa belajar berbahasa Inggris. Tak hanya itu, pengetahuan lainnya pun diberikan kepada anak-anak di Desa Puhu seperti pengenalan terharap pengolahan sampah.
Yumi bercerita, pengenalan itu dilakukan sebelum para anak-anak menuju ke ruang belajar. Sehingga dengan hal ini, turut mengajak mereka untuk menjaga lingkungan dengan cara memilah sampah.
“Selain belajar bahasa Inggris, mereka juga belajar pengolahan sampah. Karena setiap kelas mereka akan mengolah sampah dulu sebelum memulai pembelajaran. Jadi anak-anak sudah mengetahu cara memilah sampah, jenis sampah itu apa saja, dan sekarang mereka sudah mulai mengenal itu,” tuturnya.
Di akhir program, terang Yumi pihaknya melaksanakan final test untuk menguji seberapa jauh pengetahuan para anak-anak di Desa Puhu. Hal ini dilakukan agar nantinya mereka mengetahui kemampuan anak-anak di sana untuk mengikuti tes TOEFL ke depan.
“Rencananya memang ada tes TOEFL, namun dilihat dari kesiapan mereka seperti kami tidak bisa melakukan itu saat ini. Namun, kami berharap di program selanjutnya kami bisa memberikan mereka tes TOEFL gratis,” jelasnya.
Meski, program Kredibali di Desa Puhu telah berakhir, namun Yumi dan pihaknya akan terus menjaga komunikasi yang baik dengan pihak desa. Bahkan, rencananya program ini akan dilanjutkan oleh pihak desa. Sehingga jika pihak desa membutuh bantuan, pihak JLB akan siap membantu.
“Rencananya program ini akan dilanjutkan oleh pihak desa, program Kredibali dari JLB tentu akan berlanjut ke desa lain. Kami harapkan pula masih ada kunjungan secara berkala ke Desa Puhu dan kami akan tetap menjaga komunikasi dengan pihak dengan Desa Puhu, baik secara online atau offline, karena kami berkomitmen untuk mempertahankan komunikasi yang baik,” ujarnya.
Dikonfirmasi secara terpisah, Koordinator Komunitas Jejak Literasi Bali, Ni Kadek Sri Wahyuni menerangkan akan melakukan diskusi kembali dengan para anggota komunitas untuk melanjutkan program KrediBali. Pihaknya pun telah mempersiapkan calon desa mana yang nantinya akan dikunjungi.
“Kita sedang mempersiapkan program Kredibali di salah satu desa di Kabupaten Bangli. Rencana materi yang akan disampaikan kurang lebih sama dengan di desa-desa sebelumnya dan akan ada pembaharuan soal materi lagi. Karena kami ingin terus meningkatkan materi untuk anak-anak di sana,” ujar wanita yang saat ini sedang menempuh Magister Profesi Psikologi Klinis Anak di Universitas Indonesia.
Lebih lanjut ia mengatakan, pihak JLB lebih mengutamakan pembelajaran dengan memberikan materi secara praktikal dan komunikasi bahasa Inggris yang diperlukan sehari-hari. Ke depan ia juga akan terus mencoba mendekatkan diri ke pihak Duta Pariwisata dan pemuda di desa setempat seperti karang taruna untuk berkolaborasi dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan Kredibali.
“Tidak hanya berdampak kepada anak-anak di desa, tetapi juga bisa berdampak kepada para pemuda yang ada di desa untuk membantu anak-anaknya belajar berbahasa Inggris. Semoga lebih banyak lagi desa yang bisa kami sasar untuk membantu anak-anak dalam meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya,” pungkasnya. *ris
Koordinator Perencanaan Program Kegiatan Pengabdian, Ni Kadek Sintya Mayumi mengucapkan rasa syukurnya karena program Kredibali telah berjalan sesuai dengan rencana. Ia menilai, setidaknya para anak-anak di Desa Puhu tetap konsisten untuk mengikuti kelas setiap minggunya hingga pelaksanakan program berakhir.
“Bersyukur sekali, antusias mereka sampai akhir masih semangat dan mau mengerjakan final test dan saya sangat mengapresiasi hal itu karena mereka mau berusaha untuk belajar bahasa Inggris,” ujar wanita yang akrab di sapa Yumi pada Jumat (12/4/2023) siang.
Kendati demikian, Yumi juga menerangkan tak hanya kedisplinan mereka untuk datang setiap minggunya, melainkan adanya peningkatan mereka dalam berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Inggris.
“Anak-anak di SD sudah mulai akrab dan awam dengan kosa kata sehari-hari baik itu kata kerja atau pun kata benda. Anak-anak yang bertahan sampai akhir itu ada sebanyak 31 anak,” lanjut dia.
Meski Yumi menganggap saat tahap awal para anak-anak di Desa Puhu mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Inggis, namun mereka bisa melalui itu semua. Hal ini dikatakan dia karena pihak JLB dan volunteer menuntun dan memberikan semangat kepada mereka untuk bisa belajar berbahasa Inggris. Tak hanya itu, pengetahuan lainnya pun diberikan kepada anak-anak di Desa Puhu seperti pengenalan terharap pengolahan sampah.
Yumi bercerita, pengenalan itu dilakukan sebelum para anak-anak menuju ke ruang belajar. Sehingga dengan hal ini, turut mengajak mereka untuk menjaga lingkungan dengan cara memilah sampah.
“Selain belajar bahasa Inggris, mereka juga belajar pengolahan sampah. Karena setiap kelas mereka akan mengolah sampah dulu sebelum memulai pembelajaran. Jadi anak-anak sudah mengetahu cara memilah sampah, jenis sampah itu apa saja, dan sekarang mereka sudah mulai mengenal itu,” tuturnya.
Di akhir program, terang Yumi pihaknya melaksanakan final test untuk menguji seberapa jauh pengetahuan para anak-anak di Desa Puhu. Hal ini dilakukan agar nantinya mereka mengetahui kemampuan anak-anak di sana untuk mengikuti tes TOEFL ke depan.
“Rencananya memang ada tes TOEFL, namun dilihat dari kesiapan mereka seperti kami tidak bisa melakukan itu saat ini. Namun, kami berharap di program selanjutnya kami bisa memberikan mereka tes TOEFL gratis,” jelasnya.
Meski, program Kredibali di Desa Puhu telah berakhir, namun Yumi dan pihaknya akan terus menjaga komunikasi yang baik dengan pihak desa. Bahkan, rencananya program ini akan dilanjutkan oleh pihak desa. Sehingga jika pihak desa membutuh bantuan, pihak JLB akan siap membantu.
“Rencananya program ini akan dilanjutkan oleh pihak desa, program Kredibali dari JLB tentu akan berlanjut ke desa lain. Kami harapkan pula masih ada kunjungan secara berkala ke Desa Puhu dan kami akan tetap menjaga komunikasi dengan pihak dengan Desa Puhu, baik secara online atau offline, karena kami berkomitmen untuk mempertahankan komunikasi yang baik,” ujarnya.
Dikonfirmasi secara terpisah, Koordinator Komunitas Jejak Literasi Bali, Ni Kadek Sri Wahyuni menerangkan akan melakukan diskusi kembali dengan para anggota komunitas untuk melanjutkan program KrediBali. Pihaknya pun telah mempersiapkan calon desa mana yang nantinya akan dikunjungi.
“Kita sedang mempersiapkan program Kredibali di salah satu desa di Kabupaten Bangli. Rencana materi yang akan disampaikan kurang lebih sama dengan di desa-desa sebelumnya dan akan ada pembaharuan soal materi lagi. Karena kami ingin terus meningkatkan materi untuk anak-anak di sana,” ujar wanita yang saat ini sedang menempuh Magister Profesi Psikologi Klinis Anak di Universitas Indonesia.
Lebih lanjut ia mengatakan, pihak JLB lebih mengutamakan pembelajaran dengan memberikan materi secara praktikal dan komunikasi bahasa Inggris yang diperlukan sehari-hari. Ke depan ia juga akan terus mencoba mendekatkan diri ke pihak Duta Pariwisata dan pemuda di desa setempat seperti karang taruna untuk berkolaborasi dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan Kredibali.
“Tidak hanya berdampak kepada anak-anak di desa, tetapi juga bisa berdampak kepada para pemuda yang ada di desa untuk membantu anak-anaknya belajar berbahasa Inggris. Semoga lebih banyak lagi desa yang bisa kami sasar untuk membantu anak-anak dalam meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya,” pungkasnya. *ris
1
Komentar