Tak Mau Disebut Gabeng Lagi
Pansus Aset saat ini dibuat dengan pola khusus untuk pengungkapkan kasus per kasus
Pansus Aset Siap Kembali Usut Aset Pemprov di Bali Hyatt Sanur
DENPASAR, NusaBali
Pengusutan aset Pemprov Bali di kawasan Hotel Bali Hyatt, Sanur, Denpasar Selatan yang terkesan gabeng (tak jelas) padahal sudah dua kali Pansus Aset dibentuk dengan pimpinan berbeda, membuat Ketua DPRD Bali I Nyoman Adi Wiryatama ‘panas’. Saat memimpin rapat Pansus Aset DPRD Bali dengan Pemprov Bali, Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan pihak Bali Hyatt di Gedung DPRD Bali, Rabu (13/6), Adi Wiryatama menegaskan Pansus Aset yang kali ini dibentuk tidak mau gabeng lagi.
Pertemuan Pansus Aset dengan eksekutif dan pihak terkait kemarin dari awal sampai akhir berlangsung tegang. Pansus Aset yang membidik aset Pemprov Bali 2,5 hektare di kawasan Hotel Bali Hyatt Sanur itu dihadiri Wakil Ketua DPRD Bali I Nyoman Sugawa Korry, Ketua Pansus I Nyoman Adnyana, anggota Pansus I Nyoman Tirtawan, I Ketut Kariyasa Adnyana. Sementara dari Pemprov Bali hadir Karo Aset dan Keuangan Pemprov Bali Ida Bagus Ngurah Arda, mantan Karo Aset Pemprov Bali I Ketut Adiarsa, Sekkot Denpasar Anak Agung Ngurah Rai Iswara, perwakilan BPN Wilayah Bali Subarjo, dan Kuasa Hukum PT Wyncor Ronny Jannis.
Adi Wiryatama berbicara kencang soal kinerja Pansus Aset yang tidak akan main-main. Dia sempat kecewa karena Sekda Tjok Pemayun yang diundang tak hadir. “Kenapa terus bilang izin tidak hadir. Besok kalau dipanggil wajib memastikan hadir. Ini masalah penting. Masalah aset rakyat Bali yang lama-kelamaan kalah dengan swasta,” ujar politisi PDI Perjuangan yang mantan Bupati Tabanan 2 periode ini.
Adi Wiryatama mengatakan, Pansus Aset saat ini dibuat dengan pola khusus untuk pengungkapkan kasus per kasus. Yang utama diusut adalah aset Pemprov Bali di Bali Hyatt. “Mungkin kalau Pansus Aset sebelumnya gabeng, Pansus ini saya tegaskan serius,” tegas politisi gaek yang Sekretaris Deperda DPD PDIP Bali ini. Adi Wiryatama bahkan menegaskan akan merekomendasikan agar diusut penegak hukum. “Bila perlu dalam mengusut kasus ini kami akan undang KPK,” imbuhnya.
Karo Aset IB Arda lebih dulu angkat bicara menjelaskan kronologi aset Pemprov Bali di Bali Hyatt Sanur. Aset Pemprov Bali di Bali Hyatt yang akhirnya menjadi kepemilikan saham buat Pemprov Bali itu juga diungkap. Namun penjelasan IB Arda jadi terputus karena anggota Pansus Nyoman Tirtawan angkat bicara. “Banyak kejanggalan dan konspirasi dalam masalah aset Pemprov Bali ini,” ujar politisi Partai NasDem Bali ini.
Tirtawan mengatakan ada 2,5 hektare aset Pemprov Bali di Bali Hyatt yang dengan mudah menjadi saham. Tirtawan mengatakan saat dijadikan saham melibatkan PT Sanur Bali Resort, Yayasan Bina Budaya. “Ada 200 lembar saham, sekarang kemana saham itu? Deviden kemana? Jelas ada perbuatan melawan hukum, merugikan keuangan negara. Ini sudah bisa diusut sebagai tindak pidana korupsi,” kata politisi asal Desa Bebetin, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng ini.
Tirtawan menyebutkan dalam peralihan aset ada Permendagri Tahun 1972 yang memastikan pelepasan atau peralihan aset wajib atas seizin Mendagri. Dalam masalah aset Pemprov Bali di Bali Hyatt tidak ada. “Tidak pernah ada ada izin dari Mendagri,” ungkap anggota Komisi I DPRD Bali ini.
Anggota Pansus Aset Kariyasa Adnyana tak kalah keras lagi. Politisi PDIP asal Desa Busungbiu Kabupaten Buleleng ini mengatakan, kronologi atas aset Pemprov Bali belum bisa diuji faktanya. “Bisa saja alurnya dibuat dengan alur yang nantinya terkesan tidak ada masalah. Karena kronologi ini tidak jelas siapa yang buat. Kalau BPN mau tolong Kanwil BPN suruh tanda tangan basah dengan stempel resmi BPN. Berani nggak?” tantang Kariyasa Adnyana.
Ketua Pansus Nyoman Adnyana kemarin meminta agar BPN memberikan data dan kronologi aset Pemprov Bali di Bali Hyatt kepada pimpinan dewan. Kemarin terungkap juga oleh pihak PT Wincorn pada peralihan Sekda atas nama I Wayan Sembah Subakti Tahun 1974, aset sudah dilepas. Adalah perwakilan PT Wincorn Ronny Jannis yang menunjukkan peralihan itu.
Namun anggota Pansus Aset Tirtawan mematahkannya. “Itu sudah batal demi hukum, lantaran bertentangan dengan aturan di atasnya yaitu Permendagri, yang mewajibkan adanya persetujuan Mnedagri untuk melepas aset,” ujar Tirtawan.
Atas kondisi ini Adi Wiryatama menutup pertemuan dengan mengagendakan rapat kembali untuk menghadirkan Kanwil BPN Bali, Sekda Bali, dan PT Sanur Bali. *nat
Komentar