Pariwisata Pulih, Bisnis Coklat Melonjak
DENPASAR, NusaBali - Kian pulihnya pariwisata dan perekonomian Bali ditandai perkembangan positif di berbagai lini usaha. Salah satunya industri olahan kakao atau coklat.
Kalangan pelaku usaha olahan coklat mengaku mengalami peningkatan omzet signifikan dibanding saat masa pandemi Covid-19.
“Jauh lebih membaik dibanding dengan masa Covid,” ucap Kadek Surya Eka Prastya Wiguna, Dirut PT CAU Coklat Internsional, Tabanan, Senin (15/5).
Dia menuturkan pengalamannya. Saat pandemi Covid-19, omzet penjualan berkisar antara Rp 70 juta sampai maksimal Rp 300 juta perbulan. “Itu susah saat itu,”ungkapnya. Penjualan lanjutnya, sebagian besar ditopang ekspor.
Setelah pariwisata membaik, seiring makin pulihnya perekonomian Bali, bisnis coklat bangkit dan bergairah kembali. Apalagi diselingi liburan panjang, seperti Natal dan Tahun Baru (Nataru), Idul Fitri maupun liburan panjang lainnya.
Menurut Kadek Surya, omzet penjualan bisa tembus Rp300 juta sampai Rp500 juta perbulan.
Untuk pemasarannya juga tidak jauh- jauh melalui ekspor. “Pasar lokal dan nasional, sudah cukup menyerapnya,” lanjut Kadek Surya.
Karena itulah, pemasarannya untuk saat ini relatif gampang, karena permintaan produk coklat meningkat.
Namun demikian, ada bayangan kesulitan bahan baku, yakni biji kakao. Produksi kakao turun, dampak dari faktor cuaca dan iklim yang berubah.
“Banyak buah kakao yang kondisinya rusak, sehingga produksi buah mengalami kemerosotan,” ungkapnya.
Untuk sementara, lanjut Kadek Surya, pihaknya masih mempunyai stok yang lama. Namun untuk ke depan, pasokan bahan baku mesti harus tersedia. Karena itulah, dia mengiyakan tidak tertutup kemungkinan mendatangkan bahan kakao dari luar daerah atau luar Bali.
“Bisa jadi (kakao luar) masuk ke Bali,” katanya mengiyakan. K17.
1
Komentar