1.000 Siswa SD dan SMP Pentas Cak Kolosal Semarakkan Hardiknas di Klungkung
SEMARAPURA, NusaBali.com – Masih dalam suasana 'bulan pendidikan', Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) berinisiasi membuat gelaran bertajuk ‘Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar' pada 15-17 Mei 2023.
Pada hari kedua, Selasa (16/5/2023) sore, sebanyak 1.000 siswa SD dan SMP se-Kabupaten Klungkung membuka gelaran Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dengan mementaskan Cak Kolosal di Alun-alun Ida I Dewa Agung Jambe sekitar pukul 16.30 Wita.
Kepala Bidang Pembinaan PAUD dan PNF Disdikpora Klungkung, I Wayan Sarjana menerangkan pihaknya mengambil materi kecak tahun ini karena ingin memaknai Merdeka Belajar.
“Merdeka belajar itu sendiri mengusung makna kebebasan, berkreasi, dan berekspresi. Tari cak kolosal ini penuh dengan kebersamaan. Sehingga apapun yang kami lalukan sangat baik jika dilakukan secara bersama-sama,” terang Sarjana Saat ditemui di lokasi acara pada Selasa (16/5/2023) sore.
Lebih lanjut ia jelaskan, 1.000 siswa SD dan SMP itu merupakan siswa perwakilan dari seluruh Kecamatan Klungkung kecuali Kecamatan Nusa Penida karena terhambat jarak. Meski demikian, para siswa dikatakannya tampil maksimal dengan kurun waktu latihan kurang lebih satu bulan lamanya.
“Latihannya selama sebulan per jenjang diambil per kecamatan, lalu dilakukan latihan bersama di kabupaten. Antusias siswa sangat besar dan ke depan inovasinya masih banyak yang bisa kami gelar seperti contohnya tari massal yang lain,” ungkapnya.
Pelatih dan penata cak, I Made Agus Suardina alias Gus Moy menerangkan sebelum latihan bersama, anak-anak mempelajari naskah cak dan rekaman suara dari pelatih didampingi para guru di sekolah masing-masing. Cak Kolosal itu juga terang dia mengambil cerita Bagawan Dhomya.
“Saya mengajarkan anak-anak dengan tenik Cak 3 dan Cak 6, kenapa demikian, karena anak-anak belum menguasai gending. Jadi agar rapi dan kompak, hanya menggunakan dua gending saja,” terangnya.
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta mengapreasiasi pementasan cak kolosal tersebut. Ia menilai pementasan itu merupakan salah satu bagian kreativitas yang dibuat oleh pihak sekolah untuk mengekspresikan seni dan budaya yang tentunya dibungkus dengan pesan Merdeka Belajar.
“Karena tadi kami lihat mereka menyampaikan bukan menggunakan cerita pewayangan saja tetapi cerita pewayangan yang masuk di Merdeka Belajar. Pesan moral ini sangat mudah dicerna bagaimana Merdeka Belajar diwujudkan dengan memberikan ruang kepada anak-anak untuk berkreasi,” pungkasnya. *ris
Kepala Bidang Pembinaan PAUD dan PNF Disdikpora Klungkung, I Wayan Sarjana menerangkan pihaknya mengambil materi kecak tahun ini karena ingin memaknai Merdeka Belajar.
“Merdeka belajar itu sendiri mengusung makna kebebasan, berkreasi, dan berekspresi. Tari cak kolosal ini penuh dengan kebersamaan. Sehingga apapun yang kami lalukan sangat baik jika dilakukan secara bersama-sama,” terang Sarjana Saat ditemui di lokasi acara pada Selasa (16/5/2023) sore.
Lebih lanjut ia jelaskan, 1.000 siswa SD dan SMP itu merupakan siswa perwakilan dari seluruh Kecamatan Klungkung kecuali Kecamatan Nusa Penida karena terhambat jarak. Meski demikian, para siswa dikatakannya tampil maksimal dengan kurun waktu latihan kurang lebih satu bulan lamanya.
“Latihannya selama sebulan per jenjang diambil per kecamatan, lalu dilakukan latihan bersama di kabupaten. Antusias siswa sangat besar dan ke depan inovasinya masih banyak yang bisa kami gelar seperti contohnya tari massal yang lain,” ungkapnya.
Pelatih dan penata cak, I Made Agus Suardina alias Gus Moy menerangkan sebelum latihan bersama, anak-anak mempelajari naskah cak dan rekaman suara dari pelatih didampingi para guru di sekolah masing-masing. Cak Kolosal itu juga terang dia mengambil cerita Bagawan Dhomya.
“Saya mengajarkan anak-anak dengan tenik Cak 3 dan Cak 6, kenapa demikian, karena anak-anak belum menguasai gending. Jadi agar rapi dan kompak, hanya menggunakan dua gending saja,” terangnya.
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta mengapreasiasi pementasan cak kolosal tersebut. Ia menilai pementasan itu merupakan salah satu bagian kreativitas yang dibuat oleh pihak sekolah untuk mengekspresikan seni dan budaya yang tentunya dibungkus dengan pesan Merdeka Belajar.
“Karena tadi kami lihat mereka menyampaikan bukan menggunakan cerita pewayangan saja tetapi cerita pewayangan yang masuk di Merdeka Belajar. Pesan moral ini sangat mudah dicerna bagaimana Merdeka Belajar diwujudkan dengan memberikan ruang kepada anak-anak untuk berkreasi,” pungkasnya. *ris
Komentar