IPB Internasional Dorong SDM Berkualitas
Dr Sudjana: Pemerintah Harus Bangun SMA/SMK Unggulan di Kabupaten/Kota se-Bali
Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional
Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional Bali
IPB Internasional Bali
Dr I Made Sudjana SE MM CHT CHA
DENPASAR, NusaBali - Rektor Institut Pariwisata dan Bisnis (IPB) Internasional Dr I Made Sudjana SE MM CHT CHA mengharapkan pemerintah menyiapkan sekolah unggulan tingkat SMA/SMK pada masing-masing kabupaten/kota se-Bali. Hal ini untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas di Pulau Dewata.
Kata Sudjana, pembangunan sekolah unggulan itu harus merata dari Kabupaten Karangasem, Buleleng, Jembrana, Bangli, Klungkung, Gianyar, Tabanan, Badung, dan Denpasar. "Salah satu indikator yang membedakan negara maju dan berkembang adalah tingkat pendidikan. Negara maju memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik.
Lebih baik lagi kalau, sekolah unggulan disiapkan sejak dini mulai SD dan SMP. Oleh karena pendidikan menjadi tanggung jawab negara sesuai UUD 1945," ujar Sudjana.
Selain itu, beber Sudjana, pada pasal 34 Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan, pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya program wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Sementara dalam Peraturan Pemerintah 18/2022, pasal 80 dan 81 menegaskan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah membiayai pendidikan dengan alokasi anggaran 20 persen dari APBN atau APBD.
"Untuk itu, sektor pendidikan diharapkan menjadi prioritas pembangunan dengan output yang lebih terukur dalam menyiapkan SDM Bali yang berkualitas dan berdaya saing nasional dan global," ujar dalam keterangan tertulis yang diterima Kamis (18/5).
Belakangan ini, menurut Sudjana, pemerintah Bali telah mendengungkan bahwa Pulau Dewata tidak memiliki sumber daya alam, tetapi hanya memiliki SDM saja. Sedangkan dalam mencetak SDM yang unggul memerlukan pendidikan yang unggul. "Minimal ada pendidikan unggul difasilitasi oleh pemerintah pada jenjang SMA/SMK sehingga lulusannya bisa bersaing di kampus-kampus ternama baik dalam dan luar negeri," tegas Sudjana.
"Bisa diterima di Kampus UI, ITB, UGM, ITS, IPB, Akmil, Akpol dan lainnya. Saat ini berapa orang putra-putri Bali yang diterima kampus tersebut. Ketika mereka hebat-hebat kelak membawa perubahan yang besar bagi Bali dan Indonesia dalam kancah internasional," imbuh Sudjana.
Sudjana memimpikan anak-anak dari Bali menjadi pemimpin - pemimpin teladan baik nasional dan global. Negara Singapura satu negara maju di dunia yang terletak di Asia Tenggara, satu- satunya tidak memiliki hasil tambang.
Meskipun begitu, Singapura merupakan negara kecil dengan segala keterbatasannya, namun mampu mendokrak perekonomian menjadi lebih kuat.
Sudjana yang memang konsen terhadap pembangunan SDM dan pendidikan mengatakan, dalam membentuk SDM unggul mesti pemerintah memberikan fasilitas pendidikan yang memadai, program atau kurikulum biaya yang cukup dengan tenaga pendidik yakni guru-guru pilihan.
Sekolah yang unggulan dimaksud, tidak hanya menerima kalangan tertentu tetapi semua siswa yang memiliki potensi akademik gemilang baik dari keluarga kaya maupun miskin.
Meskipun ada siswa kurang, mesti itu kewajiban pemerintah untuk membantu dan menfasilitasinya. "Tidak mungkin ada sekolah unggulan, kalau kebijakan menyamaratakan semuanya," ujarnya.
Menurut Sudjana, Negara-negara maju tentu dilihat dari kualitas pendidikannya yang lebih maju dari negara berkembang seperti Jepang, Amerika Serikat, Finlandia, Jerman, Inggris dan Swiss. Kata dia, Bali pulau kecil, mesti bisa meniru seperti Israel yang begitu maju dalam segala lini. Israel memiliki peralatan teknologi yang tinggi serta obat-obatan juga menjadi komoditi ekspor utama dari negara tersebut.
"Selain itu, angka harapan hidup, pendidikan, pendapatan per kapita, dan indikator indeks pembangunan manusia yang cukup tinggi. Bahkan Isarel mampu mengubah gurun menjadi ladang," ujar Sudjana.
Teknologi dan inovasi dari Isarel mampu mengubah padang gurun tandus menjadi lahan perkebunan sayur dan buah. Termasuk teknologi yang dikembangkan Israel bahkan telah membantu Amerika Serikat, Spanyol, Turki, India, Vietnam, Thailand, Africa, Australia dalam memecahkan masalah menanam Padi di saat musim kering atau kemarau.
Sudjana menambahkan, investasi dalam pendidikan dan SDM memang memerlukan waktu dan berdampak jangka panjang. Berbeda dengan pembangunan infrastruktur yang mudah cepat dilihat.
Sepatutnya, kata dia, pembangunan pendidikan dapat belajar juga dari Jepang, pasca negaranya dibombadir oleh Amerika. “Berapa jumlah guru yang tersisa?” Demikian pertanyaan Kaisar Hirohito kepada para Jendral sebagai respon pertama yang dia keluarkan setelah mendengar berita luluh lantaknya Hiroshima dan Nagasaki.
Dua kota di Jepang itu hancur karena bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat di penghujung Perang Dunia II. Kehancuran dua kota itu pula yang menjadi alasan Kaisar Jepang menyelamatkan guru setelah Perang Dunia II.
Setelah itu, Kaisar Hirohito berhasil mengumpulkan sekitar 45.000 guru yang tersisa pada saat itu dan memberi mereka arahan. Kehadiran guru pada saat itu manjadi hal krusial bagi seluruh lapisan masyarakat Jepang. Karenanya, perlahan negara ini dapat kembali bangkit dari keterpurukan. n Nat
1
Komentar