Weka dan Yoga, Mahasiswa Kembar Berprestasi asal Buleleng
Diwisuda di FK UGM Diwisuda Bersamaan, Salah Satunya Raih IPK Sempurna 4,00
Dari 120 orang mahasiswa yang diwisuda, terdapat lima orang yang mendapatkan IPK 4,00, salah satunya Ketut Shri Satya Wiwekananda alias Weka.
JOGJAKARTA, NusaBali
Universitas Gajah Mada (UGM) mewisuda 1.300 orang mahasiswanya di Grha Sabha Pramana Kampus UGM Jogjakarta, Rabu (24/5) siang. Dari ribuan mahasiswa tersebut, ada salah satu mahasiswa berdarah Bali yang mendapatkan nilai IPK tertinggi atau sempurna yaitu sebesar 4,00. Dia adalah Ketut Shri Satya Wiwekananda (Weka). Di UGM, Weka menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran (FK).
Selain Weka, ada pula mahasiswa berprestasi tingkat program studi (prodi) kedokteran tahun 2022. Dia adalah Ketut Shri Satya Yogananda (Yoga). Keduanya merupakan anak kembar dari pasangan Prof Dr dr Nyoman Kertia SpPD-KR FIMASIM (Ida Shri Bhagawan Dalem Acarya Maha Kerti Wira Jagad Manik) dan Ir Ni Made Lilis Martini Dewi (Ida Shri Bhagawan Dalem Acarya Maha Kerti Wira Patni Jagad Manik). Weka dan Yoga berasal dari Desa Pemaron, Banjar Dangin Margi, Kabupaten Buleleng.
Mereka pun menjalani wisuda secara bersamaan. Ketika diwisuda, Weka sebagai peraih IPK tertinggi duduk di bagian depan bersama empat mahasiswa lainnya yang juga memperoleh IPK 4,00. Nama mereka disebutkan satu per satu oleh pembawa acara untuk diperkenalkan kepada para wisudawan lainnya maupun yang hadir di lokasi.
"Kurang lebih ada 1.300 orang di wisuda. Dari Fakultas Kedokteran 120 orang. Dari 120 orang itu, terdapat lima orang yang mendapatkan IPK 4,00. Salah satunya, saya yang memperoleh IPK tersebut. Senang dan bersyukur mendapat IPK sebesar itu," ujar Weka saat dihubungi NusaBali, Rabu (24/5).
Weka mengatakan, tidak menduga mendapat IPK sempurna. Lantaran selama menempuh pendidikan di FK UGM, dia hanya memiliki tujuan belajar yang baik agar kelak menjadi seorang dokter. Oleh karena itu, setiap kuliah dia selalu berusaha mengikuti pelajaran dengan baik pula. Memang tidak mudah mengikuti mata kuliah yang diberikan. Namun, dengan tekad kuat dia selalu berusaha agar semua bisa berjalan lancar. "Untuk itu, dibutuhkan konsistensi. Kalau saya malas belajar, saya selalu berusaha melawan kemalasan itu. Saya juga berjuang mengejar materi-materi pelajaran yang ada," jelas Weka.
Dengan langkah itu, Weka tidak merasa kesulitan dalam menempuh pendidikan di FK UGM. Terlebih dia pernah juara kelas atau masuk lima besar di sekolahnya. Plus menyukai pelajaran biologi ketika masih sekolah. Saat di bangku kuliah, Weka pun menyukai mata kuliah yang berkaitan dengan penyakit dalam.
Untuk itu, Weka berniat melanjutkan pendidikan dokter spesialis penyakit dalam. Pendidikan tersebut akan dia lakukan setelah menjalani rotasi klinik atau koas di RS Sardjito Jogjakarta sekitar satu setengah hingga dua tahun. Anak ke empat dari lima bersaudara ini menempuh pendidikan di FK karena terinspirasi dari ayahnya yang juga berprofesi sebagai dokter.
Weka masuk FK UGM melalui jalur undangan, karena prestasinya selama di sekolah kinclong. Tidak hanya dia saja yang masuk ke FK UGM, kembarannya Yoga juga masuk ke fakultas tersebut pada 2019 lalu. Mereka memang selalu bersama sejak dari playgroup di Tunas Mekar.
Bagi Weka, ada suka dan duka selalu bersama kembarannya menempuh pendidikan dari playgroup sampai bangku kuliah. Sukanya, dia selalu ada teman ketika sekolah maupun kuliah. Di samping itu, dia juga memiliki banyak teman. Sebab, teman Yoga adalah temannya dan sebaliknya.
Foto: Moment Weka saat dipanggil sebagai mahasiswa dengan IPK tertinggi 4,00, Rabu (24/5). -IST
"Dukanya, paling ada sedikit gesekan saja seperti kita mau pergi bareng atau tidak," imbuh Weka seraya tersenyum. Terkait masalah kerap bersama sehingga akan sulit untuk orang lain membedakan, Weka menjelaskan sebenarnya cukup mudah membedakan mereka. Cukup dilihat dari bentuk wajah. Weka berwajah lonjong dan Yoga berwajah kotak.
Weka dan Yoga lahir hanya selisih lima menit. Weka lahir lebih dahulu ketimbang Yoga. Terkait prestasinya mendapat nilai IPK sempurna, apakah mendapat hadiah khusus dari orangtua. Weka mengaku, tidak ada hadiah khusus. Baginya yang terpenting adalah kebersamaan di dalam keluarga. Usai wisuda, Weka, Yoga dan kedua orangtuanya hanya makan bersama saja.
Sementara Yoga mengatakan, memang tidak ada hadiah khusus bagi mereka setelah lulus dari FK UGM. Namun, dia sangat senang karena orangtuanya mensupport dirinya untuk membeli tiket konser musik Coldplay pada 15 November 2023 mendatang di Jakarta. Yoga sendiri lulus kuliah dengan IPK 3,89. Meski tidak mendapat IPK sempurna, dia tetap bersyukur atas capaian prestasi itu. Apalagi, selama kuliah di FK UGM dia telah memperoleh sejumlah prestasi. Salah satunya menjadi mahasiswa berprestasi tingkat prodi kedokteran tahun 2022. Prestasi itu dia capai dengan penuh perjuangan.
Mulai dari menyusun proposal hingga menjalani tes wawancara sehingga berhak menyandang predikat tersebut. "Bersyukur saya bisa lulus tepat waktu dan saya bangga mencapai prestasi sebagai mahasiswa berprestasi tingkat prodi kedokteran," terang Yoga. Yoga sendiri masuk FK UGM melalui jalur undangan, karena nilai-nilai dia selama sekolah bagus dan pernah menjadi juara kelas.
Saat mendapat undangan masuk perguruan tinggi, kata Yoga, dia diperkenankan memilih tiga perguruan tinggi. Tapi, dia hanya memilih satu yakni FK. Yoga memilih jurusan itu, karena terinspirasi dari ayahnya yang berprofesi sebagai dokter. "Saat saya melihat ayah praktek di Klinik Darma Husada, saya tertarik ingin menjadi dokter dan menolong orang lain," papar Yoga. Selama kuliah di FK UGM, Yoga aktif di beberapa kegiatan mahasiswa. Bahkan, dipercaya sebagai Ketua Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma di FK pada periode 2021-2022.
Kini, Yoga telah menyelesaikan kuliah di FK UGM. Sekarang dia fokus menjalani koas di RS Akademik UGM yang telah dilakukannya selama dua minggu. Kelak, usai koas Yoga berencana melanjutkan pendidikan ke dokter spesialis jantung. Lulusnya Weka dan Yoga dengan prestasi bagus di FK UGM mendapat apresiasi dari orangtuanya.
Mereka juga datang langsung menyaksikan Weka dan Yoga diwisuda. "Sebagai orangtua, saya bersyukur dan bangga atas capaian prestasi mereka. Mereka orang yang tekun dan merasa belajar bukan menjadi beban. Melainkan sebuah kebutuhan," terang ibunda Weka dan Yoga, Ni Made Lilis Martini Dewi yang setelah madwijati bergelar Ida Shri Bhagawan Dalem Acarya Maha Kerti Wira Patni Jagad Manik ini.
Untuk itu, ketika tidak belajar, mereka akan merasa kekurangan sesuatu. Dengan sikap seperti itu membuat mereka mendapatkan prestasi bagus di sekolah. Hasilnya, mereka masuk FK UGM tanpa tes. Mereka memilih FK atas kemauan sendiri tanpa paksaan.
"Mereka masuk FK UGM, karena terinspirasi oleh ayahnya yang juga merupakan seorang dokter," terang Ida Shri Bhagawan Dalem Acarya Maha Kerti Wira Patni Jagad Manik. Ayah mereka adalah Prof Dr dr Nyoman Kertia SpPD-KR FIMASIM (Ida Shri Bhagawan Dalem Acarya Maha Kerti Wira Jagad Manik). Prof Kertia saat ini menjabat sebagai Kepala Departeman Penyakit Dalam RS Sardjito, Jogjakarta. Selain Weka dan Yoga, dua orang kakak mereka juga menekuni dunia kedokteran. "Anak pertama saya dokter spesialis bedah, anak kedua lulusan ekonomi dan anak ketiga lulusan FK Unud," terang Ida Shri Bhagawan Dalem Acarya Maha Kerti Wira Patni Jagad Manik. 7 k22
1
Komentar