Kuliah Umum 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru
Dosen-Mahasiswa ISI Antusias Sambut Gubernur Koster
Wayan Koster
Kuliah Umum
44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru
Bali Era Baru
ISI Denpasar
Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati
DENPASAR, NusaBali - Capaian 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru pelaksanaan program Gubernur Bali Wayan Koster bersama Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru, diapresiasi oleh dosen dan mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Apresiasi ini mengemuka dalam acara Kuliah Umum 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru pada Wraspati Umanis Sinta, Kamis (25/5) di Kampus ISI Denpasar.
‘Applause’ tepuk tangan dengan semarak disampaikan oleh para dosen dan mahasiswa ISI Denpasar setelah melihat langsung video hingga penjelasan dari Gubernur Koster mengenai capaian 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru.
Adapun capaian ini di antaranya adalah : 1) Memuliakan Desa Adat; 2) Hari Penggunaan Busana Adat Bali; 3) Perekonomian Adat Bali; 4) SIPANDU BERADAT; 5) Pelindungan Pura, Pratima, dan Simbol Keagamaan; 6) Tata-Titi Kehidupan Berbasis Kearifan Lokal Sad Kerthi; 7) Memuliakan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali; 8) Menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali; 9) Menciptakan Keyboard Aksara Bali; 10) Memuliakan Keluhuran Warisan Budaya Bali; 11) Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali; 12) Pembaharuan Pesta Kesenian Bali; 13) Festival Seni Bali Jani; 14) Pelindungan Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut; 15) Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai; 16) Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber; 17) Bali Pulau Organik; 18) Pelestarian Tanaman Endemik Bali; 19) Gumitir Bali Sudamala; 20) Bali Mandiri Energi dengan Energi Bersih; 21) Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai; 22) Ekonomi Kerthi Bali; 23) Keseimbangan Pembangunan antar Wilayah Bali; 24) Pariwisata Budaya, Berkualitas, dan Bermartabat; 25) Bangga Produk Lokal Bali; 26) Harkat Arak Bali; 27) Cita Rasa Garam Bali; 28) Pesona Endek Bali; 29) SDM Bali Unggul; 30) Bulan Bung Karno; 31) Pelindungan Karya Intelektual Bali; 32) Sistem Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Krama Bali; 33) Pelayanan Kesehatan Tradisional Bali; 34) Bali Pulau Digital; 35) Bali Digital Festival; 36) Pelindungan Kawasan Suci Besakih; 37) Kawasan Pusat Kebudayaan Bali; 38) Shortcut Singaraja-Mengwitani; 39) Tol Jagat Kerthi Bali; 40) Pelabuhan Segitiga Sanur-Sampalan-Bias Munjul; 41) Bali Maritime Tourism Hub; 42) Bendungan Sidan dan Bendungan Tamblang; 43) Turyapada Tower KBS 6.0 Kerthi Bali; dan 44) Bali Good Governance.
Gubernur Bali dalam kuliah umumnya menyampaikan sangat berkepentingan terhadap ISI Denpasar, bukan Gubernur saja yang berkepentingan, tetapi Bali sangat berkepentingan atas keberadaan ISI Denpasar. Mengapa memerlukan ISI Denpasar, karena kebudayaan Bali merupakan unsur utama Pulau Bali. Sehingga Bali sangat dikenal oleh dunia atas kekayaan, keunikan, dan keunggulan adat, tradisi, seni budaya, dan kearifan lokal Bali yang luar biasa.
Berbangga tentu harus dan boleh, karena kebudayaan Bali tidak ada yang mengalahkan. Keberagaman seni budaya dan tradisi Bali masih banyak tersimpan di desa adat seluruh Bali, apalagi di desa adat tua. Desa adat merupakan hal yang luar biasa, karena di sana sangat terjaga dan berkembang seni budaya dan tradisi Bali hingga memberikan manfaat untuk kehidupan masyarakat.
“Namun demikian seni budaya di Bali, tidak saja harus kita bebankan kepada desa adat maupun kepada lembaga-lembaga seni lainnya, tetapi kita harus memiliki institusi yang bisa mengkreasikan, menginovasi, dan memajukan seni budaya di Bali. Institusi ISI Denpasar yang harus berperan,” jelas Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali yang dikenal memiliki prinsip kuat dalam menjalankan ajaran Trisakti Bung Karno, salah satunya Berkepribadian dalam Kebudayaan ini.
Kata Gubernur Koster, ISI Denpasar yang akan berganti nama menjadi Institut Seni Indonesia Bali ditegaskannya telah memiliki kontribusi besar dalam melestarikan dan memajukan kebudayaan Bali. “Oleh karena itu, ISI Denpasar harus kita dukung dan dorong bersama dengan tindakan nyata, supaya terus maju dan mampu bersaing sampai menghasilkan karya seni berkelas dunia,” ujar Gubernur Koster.
Civitas Akademika di ISI Denpasar juga memberikan apresiasi atas kebijakan Gubernur Bali, Wayan Koster yaitu Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali. Tidak saja digunakan oleh pegawai Pemerintahan, namun busana Adat Bali sudah mulai digunakan secara tertib di dunia pariwisata sebagai wujud penghormatan kepada kebudayaan Bali. “Penggunaan busana Adat Bali ini wajib dijalankan oleh seluruh pegawai di lingkungan Pemerintahan dan Lembaga Swasta, termasuk murid, hotel, restoran, pegawai pasar swalayan yang ada di Bali setiap Hari Kamis, Purnama, Tilem, dan Hari Jadi Provinsi Bali,” kata Murdaning Jagat Bali asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini. Gubernur Koster juga telah mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali.
Mengakhiri kuliah umumnya, Gubernur Koster menegaskan pembangunan di Bali masih banyak yang harus dikerjakan secara tuntas dengan konsep yang betul-betul membangun dan memperkuat peradaban Bali Era Baru, agar Pulau Bali bisa eksis, survive, berdaya saing, kuat dan tangguh di masa yang akan datang untuk generasi penerus Bali.
“Itulah sebabnya, begitu titiang dilantik menjadi Gubernur Bali, titiang langsung bekerja dengan fokus, tulus, dan lurus ngayah total, lascarya, niskala-sekala,” tegasnya. Sementara Rektor ISI Denpasar, Prof Dr I Wayan ‘Kun’ Adnyana SSn MSn menyampaikan capaian 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru yang dapat dirasakan bersama dan diterima adalah hadiah kepemimpinan dari periode pertama Wayan Koster sebagai Gubernur Bali. 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru ini adalah jawaban atas harapan, mimpi dan cita-cita masyarakat Bali dan mimpi bersama. Mimpi ada sebuah wahana untuk apresiasi seni modern, seni kontemporer, Gubernur Koster memberikan jawaban atas hadirnya Festival Seni Bali Jani.
Ketika memimpikan kawasan terpadu kesenian Bali, lagi Gubernur Bali memberikan jawaban atas hadirnya Pusat Kebudayaan Bali di Klungkung.
44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru sepenuhnya adalah hasil perenungan cita-cita dan gagasan genial Wayan Koster sebagai Gubernur Bali di dalam memahami, menghayati, sekaligus juga mempersembahkan seluruh dedikasinya atas pemuliaan dan reputasi Bali sebagai Bali Padma Bhuwana atau Bali Pusat Peradaban Dunia.
Untuk itu, 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru hampir separuhnya berisi tentang adat istiadat, tradisi, seni budaya, dan kearifan lokal Bali. Jadi sangat tepat, pilihan pertama dalam kuliah umum ini yang dipilih adalah ISI Denpasar.
“Sudah lama kita memiliki cita-cita dan mimpi hadirnya seorang Gubernur Bali yang menjawab cita-cita generasi Bali. Karena itu, kita dukung dan doakan Bapak Wayan Koster agar diberikan kesehatan dan amanah untuk kembali menjadi Gubernur Bali. Tidaklah berlebihan, bahwa Bali-lah yang sesungguhnya memerlukan sosok pemimpin seperti Bapak Wayan Koster.
Saya bergaul dengan berbagai politisi, pemangku kepentingan lintas partai, lintas organisasi kemasyarakatan bahwa tidak ada Gubernur Bali yang bisa mengakses begitu besar anggaran APBN untuk membangun sekaligus menjaga pemuliaan Bali, dan itu hanya bisa dilakukan oleh Bapak Wayan Koster,” ungkap Prof Kun Adnyana.
“Beberapa hari lalu ISI Denpasar diundang dalam Forum Kerjasama Antar Parlemen, dalam pertemuan itu diungkapkan tidak ada pilihan lain, selain bagaimana kita bersama mendukung segala cita-cita, segala visi pembangunan yang disampaikan oleh Bapak Gubernur Bali, Wayan Koster,” tutup mantan Kadis Kebudayaan Provinsi Bali ini. Prof ‘Kun’ Adnyana juga mengucapkan terimakasih kepada Gubernur Koster atas dedikasinya saat menjabat sebagai Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, telah tercatat dalam sejarah membantu pembangunan gedung di ISI Denpasar. nat
Komentar