Petani di Geriana Kauh Panen Padi Taun
AMLAPURA, NusaBali - Petani Desa Adat Geriana Kauh, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Karangasem, konsisten melestarikan padi Taun atau padi Ketan (beras putih).
Kali ini panen di dua tempek, yakni Tempek Telabah dan Gintangan, Subak Bambang Biaung, Banjar/Desa Adat Geriana Kauh, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Senin (29/5).
Petani yang bertanam padi Taun dengan membuat bibit sendiri sehingga pelestarian padi ini secara turun temurun. "Kami akan terus kembangkan padi Taun. Minimal di empat tempek di Subak Bambang Biaung, termasuk memanfaatkan lahan milik Desa Adat Geriana Kauh seluas 75 are," jelas Bendesa Adat Geriana Kauh I Nyoman Subrata, di sela-sela panen padi taun di Tempek Telabah, Subak Bambang Biaung, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat.
Padi Taun, menurut Subrata, dengan ciri khas, setiap bulir padi berisi miang (medang). Sedangkan pohonnya cukup tinggi sekitar 120 cm. Saat panen petani memotong bagian tangkai padi menggunakan ani-ani (anggapan). Kemudian bagian tangkai padi diikat, tiap satu genggam tangan orang dewasa menjadi satu seping (satu kemasan).
Subrata mengakui tidak banyak petani mengembangkan padi Taun. Karena umur padi dari tanam hingga panen 145 hari dengan pengolahan lebih rumit dibandingkan padi umumnya. Untuk pascapanen, dengan menjemur padi, lanjut menumbuk agar bulir-bulir padi lepas dan kulitnya terkelupas.
Petani juga dua kali kerja di sawah, usai panen mesti membersihkan jerami yang masih tumbuh dengan cara membabat. Selanjutnya, menunggu agar jerami sampai kering, terakhir membakar jerami, agar kembali bisa mengolah lahan.
Pada zaman dulu, kata Subrata, usai panen, petani membiarkan jerami di sawah, hanya dengan mengalirkan air agar jeraminya terendam selama enam bulan hingga jerami membusuk, bisa berfungsi untuk pupuk. "Makanya, namanya padi Taun. Karena zaman dulu panennya setiap tahun. Beda dengan sekarang bisa mempercepat masa tanam," katanya.
Khusus di Karangasem, kata dia, padi Taun hanya di Desa Adat Geriana Kauh. Patani di sini wajib melestarikan karena padi ini terkait Usaba Sri. Usaba dimulai dengan membuat bibit saat Usaba Emping pada September, berlanjut Januari tanam bibit, Maret bulir padi telah lahir, April - Mei panen. Di samping itu ada kaitannya, tiap tahun melaksanakan ritual tarian Sang Hyang Dedari yang terkait memohon kasuburan usai tanam padi itu.
Patani di empat tempek yang melestarikan padi Taun secara berkelanjutan, yakni Tempek Sebudi, Tempek Telabah, Tempek Gintangan, dan Tempek Jalan Badung. Keempat tempek itu masuk wilayah Subak Bambang Biaung. Kelian Tempek Telabah I Nengah Arta mengakui, selama ini rutin bertanam padi taun. "Saya turun temurun tanam padi taun dengan membuat bibit sendiri," katanya.
Sekdis Pertanian Pangan dan Perikanan Karangasem I Komang Cenik mengakui, padi Taun memang langka. "Pemerintah tidak punya bibit padi Taun. Saya apresiasi petani dari Desa Adat Geriana Kauh masih konsisten bertanam padi ini," katanya.7k16
1
Komentar