Distan Sulit Deteksi Babi Terserang Streptococcus Suis
SINGARAJA, NusaBali - Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Buleleng hingga Selasa (30/5) kemarin, belum menemukan atau menerima laporan ada babi yang terindikasi bakteri streptococcus suis.
Pasca mencuat kasus meningitis di Buleleng, Distan sulit mendeteksi babi terindikasi mengidap bakteri streptococcus suis.
Karena tidak jarang, babi yang sakit dijual oleh peternak dengan harga murah. Babi sakit ini pun tidak dilaporkan. Kepala Distan Buleleng I Made Sumiarta mengakui, babi terjangkit bakteri streptococcus suis sangat sulit diketahui secara kasat mata. Gejala babi dengan streptococcus ini hampir sama dengan gejala umum penyakit babi. Seperti tidak ada nafsu makan dan lesu.
Kata Sumiarta, guna memastikan terjangkit bakteri streptococcus ini, harus melalui pengujian sampel di laboratorium. Namun, tak jarang peternak saat babinya sakit langsung dijual walaupun mereka dapat harga murah. ‘’Mereka keberatan jika diambil sampel pada hewan ternaknya. Padahal itu yang berbahaya dan berpotensi besar ada penularan ke manusia. Harusnya ketika ada babi sakit dan mati itu dikubur,” terang Sumiarta.
Menurutnya, babi yang memiliki gejala terjangkit streptococcus masih dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotik dan vitamin. Terkait kondisi munculnya kasus meningitis streptococcus di Buleleng, dokter hewan di seluruh kecamatan Buleleng sudah melakukan pemantauan ke lapangan.
“Kami memberikan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) kepada masyarakat langkah antisipasi, selain juga memberikan bantuan disinfektan untuk menjaga kebersihan kandang,” ucap Sumiarta.
Foto: Kepala Dinas Kesehatan dr Sucipto dan Kepala Dinas Pertanian I Made Sumiarta. -LILIK
Distan saat ini juga menyiapkan layanan pemeriksaan gratis khusus untuk hewan ternak yang sakit. Peternak atau masyarakat bisa mengakses pengobatan ternaknya dengan gratis, dengan catatan kondisi itu dilaporkan ke Dinas Pertanian. Selanjutnya dokter hewan Distan akan datang memberikan suntikan antibiotik dan vitamin pada ternak yang sakit.
Selain itu, lanjut Sumiarta, pengawasan pada rumah potong hewan juga sudah dalam pemantauan. Distan menekankan kepada rumah potong hewan untuk tidak menerima dan membeli serta menyembelih hewan ternak dalam keadaan sakit. Sejauh ini populasi babi di Buleleng mencapai 49.279 ekor, terdiri dari varietas babi landris dan babi hitam Bali.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Buleleng dr Sucipto mengatakan dari kasus meningitis yang mencuat, tim surveilans di setiap kecamatan juga sudah bergerak. Kasus infeksi selaput otak ini terjadi karena bakteri streptococcus suis pada babi yang menular saat dikonsumsi.
Sucipto tidak memungkiri konsumsi daging babi oleh masyarakat Bali tidak bisa terlepas, karena sudah menjadi budaya. Namun dia menyarankan kepada masyarakat untuk sementara tidak mengkonsumsi daging atau bagian babi secara mentah. Daging babi, sebut dia, aman dikonsumsi apabila sudah diolah dengan tepat minimal dengan suhu 100 derajat celcius.
“Tim surveilans kami hanya bisa memberikan KIE kepada masyarakat dan juga pedagang olahan babi untuk lebih hati-hati mengkonsumsi daging babi. Kalau ada babi sakit dan mati mendadak agar dikubur saja jangan dijual untuk meminimalisir potensi risiko. Kami juga sudah berkoordinasi dengan Distan untuk penanganan di ternak babi,” terang pejabat asal Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini.7k23
Komentar