Tari Pancasila Buka Bulan Bung Karno
SINGARAJA, NusaBali - Tari Pancasila membuka peringatan Bulan Bung Karno dan Hari Pancasila. Selain Tari pancasila ditampilkan pula Tari Tani. Dua tarian ini merupakan hasil rekonstruksi Dinas Kebudayaan Buleleng terhadap karya seni I Ketut Merdana yang tidak ada penerusnya tersebut.
Hasil rekonstruksi karya sang maestro asal Desa Kedis, Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini pun ditampilkan di panggung terbuka RTH Bung Karno, Kamis (1/6) malam. Dua tarian tersebut dibawakan Sanggar Seni Wahana Santi Umejero.
Proses rekonstruksi pun sudah dilakukan awal Januari lalu. Tari Pancasila ini diciptakan maestro Merdana pada tahun 1951, sedangkan Tari Tani menyusul dua tahun setelahnya yakni 1953. Namun dua tarian ini sempat hilang karena tidak ada regenerasi.
Proses rekonstruksi dilakukan dengan penggalian data pada narasumber yang masih ada saat ini. Salah satunya Selamet, murid Merdana, yang sudah berusia 80 tahun asal Desa Kalisada, Kecamatan Seririt, Buleleng. Selain juga anak-anak maestro Merdana.
Khusus Tari Pancasila diciptakan Merdana sebagai salah satu sarana menggelorakan nilai-nilai luhur yang terkandung pada lima sila. Tari ini pun dibawakan oleh lima orang penari. Sedangkan Tari Tani diambil dari spirit masyarakat Buleleng yang sebagian besar berkecimpung di bidang pertanian. Seluruh proses rekonstruksi dua kesenian ini dibantu melalui CSR Bank BPD Bali.
Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana dalam sambutannya mengatakan Bulan Bung Karno harus dimaknai dengan menggaungkan kembali ajaran Trisakti. Yakni berdikari bidang ekonomi, berdaulat bidang politik, dan berkepribadian bidang kebudayaan.
”Dalam konteks berkepribadian bidang kebudayaan, kita menaruh perhatian pada hasil karya maestro Buleleng yang dinyatakan punah karena tidak pernah ditarikan dalam waktu yang lama. Ini wajib dibangkitkan dan dilestarikan kembali,” ungkap Lihadnyana.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng I Nyoman Wisandika mengatakan setelah rekonstruksi berhasil dilakukan, sudah dirancang skenario untuk terus melestarikan tarian ini. Salah satunya akan membumikan kembali ke sanggar-sanggar seni yang ada di Buleleng.
”Kami akan berkoordinasi dengan pimpinan dulu apakah nanti dibuatkan Surat Edaran (SE) kepada sanggar-sanggar seni wajib menguasai tarian ini untuk keberlangsungan eksistensinya. Atau setiap event wajib dipentaskan, ini sedang kami rancang polanya,” terang Wisandika. 7k23
Komentar