Tumpek Landep, Pasikian Prapen Pande Keris Mamitang Empat Bilah Keris
SEMARAPURA, NusaBali.com – Pasikian Prapen Pande Keris tidak melakukan aktivitas membuat keris pada Sabtu (3/6/2023). Pasalnya, bertepatan dengan Saniscara Kliwon Wuku Landep, dilaksanakan persembahyangan Tumpek Landep.
“Hari ini kami tidak melakukan pasupati tetapi ada mamitang keris atau matur piuning (memohon keris untuk dibawa pulang). Total ada empat bilah keris, pemiliknya dari Padang Tegal Ubud 2 keris, Jimbaran 1 keris, dan Sekda Klungkung 1 keris,” ujar Ketua Pasikian Prapen Pande Keris, Pande Nyoman Budiarta,
Sabtu (3/6/2023) sore.
Pande Budiarta menerangkan 2 pemesan keris dari Padang Tegal Ubud adalah masyarakat umum. Sebilah keris berbentuk lurus berfungsi untuk mendem pedagingan, serta 1 keris lagi dipesan seorang balian dengan panjang keris 15 centimeter dan luk 7.
Sabtu (3/6/2023) sore.
Pande Budiarta menerangkan 2 pemesan keris dari Padang Tegal Ubud adalah masyarakat umum. Sebilah keris berbentuk lurus berfungsi untuk mendem pedagingan, serta 1 keris lagi dipesan seorang balian dengan panjang keris 15 centimeter dan luk 7.
Sedangkan, pemesan dari Jimbaran yaitu keris untuk senjata para dewa yang fungsinya untuk ngastawa tirta atau membuat tirta pamuput karya. Terakhir, 1 keris untuk Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Klungkung, I Gede Putu Winastra, dipakai untuk pengijeng atau pajenengan di prapen dengan keris luk 9.
Pria yang juga berstatus sebagai guru Seni Budaya SMPN 2 Semarapura itu menjelaskan, jika dilihat dari arti kata, Tumpek memiliki arti tampek atau dekat, sedangkan landep memiliki arti tajam. Namun, jika diartikan secara filosofis, ia menerangkan Tumpek Landep itu bagaiamana manusia dapat mendekatkan diri untuk mencapai sebuah ketajaman (pikiran).
Selain itu sebagai simbol menghormati senjata tajam khususnya keris, sebagai sebuah simbolis filosofi ketajaman pikiran manusia.
“Jadi benda-benda pusaka itu dipakai simbol karena keris itu memiliki dua rai, kanan dan kiri serta satu ujung. Jadi manusia boleh memilih jalan hidup dari kanan atau kiri, sebab masing-masing memiliki jalan tersendiri untuk mencapai tujuan yang sama,” jelasnya.
Pande Budiarta pun berharap kepada generasi muda, agar mampu memaknai Tumpek Landep ini. Sebab, lanjut dia generasi muda yang akan menjadi penerus. Sehingga perlunya kesadaran untuk memahami jati diri dan menghargai satu sama lain yang memiliki cita rasa dan karsa agar bisa menjadi sebuah ketajaman pikiran.
“Sehingga hari yang bagus ini bisa dijadikan introspeksi diri tentang potensi yang dimiliki untuk berpartisipasi dalam melestarikan adat budaya Bali dan menjaga warisan leluhur yang adi luhung ini,” harapnya.
Ke depan, bebernya ia akan membuat proyek besar dalam pembuatan keris. Ia akan membuat 1 keris pusaka untuk Pura Pesimpenan Baturaya (Kahyangan Jagat) di Tumbu, Karangasem, yang akan ditargetkan rampung pada bulan September mendatang.
“Ini termasuk proyek besar yaitu membuat pusaka keris pajenengan untuk Pura Batu Raya di Karangasem. Satu keris disesuaikan dengan Pande yaitu luk 11 dan panjang di atas 40 centimeter,” pungkasnya. *ris
Pria yang juga berstatus sebagai guru Seni Budaya SMPN 2 Semarapura itu menjelaskan, jika dilihat dari arti kata, Tumpek memiliki arti tampek atau dekat, sedangkan landep memiliki arti tajam. Namun, jika diartikan secara filosofis, ia menerangkan Tumpek Landep itu bagaiamana manusia dapat mendekatkan diri untuk mencapai sebuah ketajaman (pikiran).
Selain itu sebagai simbol menghormati senjata tajam khususnya keris, sebagai sebuah simbolis filosofi ketajaman pikiran manusia.
“Jadi benda-benda pusaka itu dipakai simbol karena keris itu memiliki dua rai, kanan dan kiri serta satu ujung. Jadi manusia boleh memilih jalan hidup dari kanan atau kiri, sebab masing-masing memiliki jalan tersendiri untuk mencapai tujuan yang sama,” jelasnya.
Pande Budiarta pun berharap kepada generasi muda, agar mampu memaknai Tumpek Landep ini. Sebab, lanjut dia generasi muda yang akan menjadi penerus. Sehingga perlunya kesadaran untuk memahami jati diri dan menghargai satu sama lain yang memiliki cita rasa dan karsa agar bisa menjadi sebuah ketajaman pikiran.
“Sehingga hari yang bagus ini bisa dijadikan introspeksi diri tentang potensi yang dimiliki untuk berpartisipasi dalam melestarikan adat budaya Bali dan menjaga warisan leluhur yang adi luhung ini,” harapnya.
Ke depan, bebernya ia akan membuat proyek besar dalam pembuatan keris. Ia akan membuat 1 keris pusaka untuk Pura Pesimpenan Baturaya (Kahyangan Jagat) di Tumbu, Karangasem, yang akan ditargetkan rampung pada bulan September mendatang.
“Ini termasuk proyek besar yaitu membuat pusaka keris pajenengan untuk Pura Batu Raya di Karangasem. Satu keris disesuaikan dengan Pande yaitu luk 11 dan panjang di atas 40 centimeter,” pungkasnya. *ris
1
Komentar