Perayaan Hari Suci Waisak di Vihara Dharmayana Kuta dan Vihara Buddha Sakyamuni Denpasar
Ditandai Pelepasan Burung, Kental Akulturasi Budaya Bali
Pelepasan burung dara dan burung pipit saat pelaksanaan Hari Suci Waisak oleh Umat Buddha merupakan simbol cinta kasih kepada semua makhluk agar berbahagia.
MANGUPURA, NusaBali
Umat Buddha di Bali merayakan Hari Suci Waisak 2567 BE. Seperti terlihat di Vihara Dharmayana Kuta, Badung, Minggu (4/6) pagi. Uniknya, perayaan Trisuci Waisak di Vihara Dharmayana Kuta ini terlihat kental akan budaya Bali. Terlihat umat berdatangan dengan membawa sarana persembahyangan berupa canang dan juga terdapat sarana persembahan gebogan.
Penanggungjawab Vihara Dharmayana Kuta, Adi Dharmaja Kusuma menerangkan akulturasi budaya Bali itu sudah dilakukan sejak dulu. Sebab, dalam keyakinannya pun tetap mempersembahkan sarana puja berupa bunga dan buah-buahan yang kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan yang indah. “Di sini akulturasi budaya Bali sudah kental sekali, kalau tidak melakukan persembahyangan menggunakan canang rasanya kurang lengkap. Sehingga itu selalu menjadi bagian dari kami sebagai sarana persembahan,” ujar Adi saat ditemui di Vihara Dharmayana Kuta, di Jalan Blambangan, Legian, Badung, Minggu pagi.
Dari pantauan NusaBali, umat Buddha sudah mulai memadati lokasi ibadah sejak pukul 10.00 Wita. Selanjutnya pada pukul 10.15 Wita, rangkaian ibadah diawali dengan prosesi Pradaksina atau mengelilingi vihara sebanyak tiga kali. Saat prosesi ini, umat mengelilingi vihara sembari membawa amisa puja atau persembahan untuk mengelilingi altar yang ada di Vihara Dharmayana Kuta.
Setelah itu, prosesi dilanjutkan dengan pembacaan Paritta Suci Waisak Puja. Sementara, meditasi menyongsong detik-detik Waisak dilangsungkan tepat pada pukul 11.41.19 Wita dengan mendengarkan Dhamma Desana oleh Romo Pandita Handy Prasetya. Selanjutnya, anak-anak Sekolah Minggu menyanyikan lagu-lagu Waisak dan prosesi terakhir upacara Abhayadana yaitu pelepasan burung sebagai simbol pembebasan yang menyatakan kedamaian.
“Setelah itu kegiatan ramah tamah. Jika umat yang tidak bisa mengikuti detik-detik Waisak akan silih berganti melaksanakan persembahyangan hari ini sampai pukul 23.00 Wita,” terang Adi. Diperkirakan Adi, umat yang berdatangan sekitar 900 orang. Ia juga mengungkapkan para umat yang berdatangan sangat antusias. Sebab, pihaknya telah melakukan persiapan Trisuci Waisak 2567 BE sejak jauh-jauh hari.
Adi pun mengatakan dengan memeringati Trisuci Waisak, yaitu tiga peristiwa penting, ia berharap berkah Waisak dapat memberkati kesehatan, kedamaian, rasa maklum, bijaksana, dan kebahagiaan lahir batin untuk umat.
Ia juga mengapresiasi para Bhante gabungan dari Thailand dan Asia yang melakukan Thudong atau perjalanan rohani ke Borobudur sangat luar biasa. Bahkan, terangnya sambutan dari masyarakat Indonesia pun terlihat menjunjung tinggi nilai toleransi dan menghormati perbedaan. “Ini merupakan toleransi yang mulia. Semoga pesan Waisak ini membawa perdamaian bagi kami semua dan juga untuk membawa kebahagiaan lahir dan batin untuk semuanya,” pungkas Adi.
Foto: Ritual pelepasan burung sebagai rangkaian perayaan Waisak di Vihara Buddha Sakyamuni Denpasar, Minggu (4/6). -YUDA
Sementara di Vihara Buddha Sakyamuni Jalan Gunung Agung, Denpasar perayaan Tri Suci Waisak ditandai dengan melepas 1.000 ekor burung dara dan burung pipit oleh umat Budha. Sebanyak 3.000-an umat memadati Vihara ini untuk melakukan persembahyangan dari berbagai wilayah. Ketua Dayaka Sabha Vihara Buddha Sakyamuni Denpasar, Sanjaya Gunawan mengatakan rangkaian acara diawali dengan puja bakti bersama dan meditasi menyambut detik-detik Waisak yang jatuh tepat pada pukul 11.41.19 Wita.
Selanjutnya kegiatan dilanjutkan sore harinya dengan kegiatan Abhayadana, yaitu dengan melepaskan burung. "Kami melepas sebanyak 1.000 ekor burung, ada burung tekukur dan burung pipit," kata Sanjaya Gunawan. Dia mengatakan pelepasan burung ini merupakan simbol cinta kasih kepada semua makhluk agar berbahagia. Setelah itu, pukul 18.00 Wita dilakukan persembahyangan bersama.
Sanjaya Gunawan menambahkan, rangkaian peringatan Hari Trisuci Waisak telah dimulai dengan Mahajata atau peringatan ulang tahun Vihara Buddha Sakyamuni pada tanggal 4 Mei 2023. Kemudian dilanjutkan kegiatan Sebulan Pendalaman Dhamma (SPD), Pattidana atau pelimpahan jasa kepada para leluhur serta dilaksanakan pindapata atau bhikhhu menerima dana berupa makanan dari umat yang dilakukan di sepanjang Jalan Gunung Agung hingga vihara.
"Perayaan hari Trisuci Waisak untuk memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Sang Buddha yakni lahirnya pangeran Siddhartha Gautama, Pangeran Siddhartha mencapai penerangan sempurna sebagai Buddha, dan Sang Buddha parinibbhana selain itu perayaan Trisuci Waisak juga sebagai momentum untuk ingat dan melaksanakan ajaran guru agung Sang Buddha," ujarnya. Dia menambahkan, Sangha Theravada Indonesia mengusung tema Waisak tahun ini ‘Memperkokoh Moral Membangun Kedamaian Bangsa’.
Sementara itu, Sanghanayaka (Ketua Umum) Sangha Theravada Indonesia, Bhikkhu Sri Subhapafifio Mahathera mengajak kepada seluruh umat di seluruh Indonesia menyatakan satu dari enam faktor penunjang kerukunan dan kedamaian yakni aspek moral. 7 ol3, mis
1
Komentar