Pemerintah Ogah Intervensi Harga Telur
Harga pakan ayam naik, asosiasi peternak nilai harga telur saat ini wajar
JAKARTA, NusaBali - Harga telur ayam telah mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari sebelumnya. Secara rata-rata nasional kini menembus angka Rp 30.000 per kilogram (kg). Kenaikan harga saat ini justru dinilai wajar oleh para peternak karena biaya produksi di peternakan sudah semakin mahal.
Padahal sebelumnya, harga telur ayam di level Rp 23.000 per kg. Pemerintah sendiri memastikan tak akan intervensi harga telur demi lindungi para peternak.
"Harga telur ayam saat ini Rp 25.000 sampai Rp 26.000 itu saja sudah mepet hanya untuk pakan ayam dan menggaji karyawan, belum replacement. Harga keekonomian saat ini itu Rp 26.000 sampai Rp 28.000 (di peternak)," kata Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Rofi Yasifun seperti dilansir detikcom, ditulis Sabtu (3/5).
"Di saat yang sama konsumen kaget harga telurnya sudah Rp 30.000-Rp 32.000, itu yang benar, harga wajar sesuai dengan biaya produksi," tambahnya.
Harga pakan ayam sudah mengalami kenaikan selama 2 tahun terakhir. Kenaikan itu disebabkan karena kebutuhan pakan masih dari impor. Mahalnya kebutuhan pakan impor itu diakibatkan karena adanya perang Ukraina dan Rusia.
"Harga SBM (Soyabean Meal) Rp 6.500 sampai Rp 7.500 saja sudah mahal. Sampai hari ini sudah Rp 9.500 sampai Rp 11.000, naiknya sudah di atas 30%. MBM (meat bone meal) juga sudah tinggi sekali," ungkapnya.
Harga jagung juga terus mengalami peningkatan, di mana jagung sendiri berkontribusi sebesar 40% sampai 55% pada pakan ayam. Selain harga pakan yang tinggi, populasi ayam di peternakan juga sedikit imbas ruginya peternak dua tahun belakangan ini.
"Saat ini harga wajar (di peternak) Rp 26.000-Rp 28.000, di konsumen Rp 30.000 sampai Rp 32.000, harga keseimbangan baru ini harus dipahami oleh semua, belum lagi cuaca ekstrem beberapa bulan ini produksi turun 5%-25%" jelasnya.
Rofi juga mengungkap kenaikan harga telur ayam tidak hanya terjadi di Indonesia. Menurut informasinya, hal itu juga terjadi di negara-negara tetangga yang notabenenya bergantung pada impor seperti Singapura, Malaysia, dan Australia.
"Di Singapura kata saudara saya di sana itu kalau dirupiahkan sudah naik Rp 45.000 sampai Rp 47.000. Malaysia, Singapura, dan Australia itu impor. Di Amerika Serikat juga sudah naik lebih dari 100%, di Indonesia ini masih sangat murah sekali, jadi semua merasakan naiknya (telur ayam) yang luar biasa," ungkapnya.
Dihubungi terpisah, Badan Pangan Nasional mengatakan tidak akan melakukan intervensi untuk menurunkan harga telur ayam. Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan jika itu dilakukan maka peternak akan mengalami kebangkrutan.
"Kita jangan egois di hilir tetapi hulunya dimatikan. Nanti misalnya harganya Rp 24.000 atau kita kerjain intervensi Rp 22.000, peternaknya nanti bangkrut," katanya.
Arief lebih lanjut mengatakan, dampak ngeri jika peternak bangkrut, Indonesia akan mengalami kekurangan telur untuk kebutuhan nasional. Imbasnya Indonesia malah jadi impor telur ayam.
"Masa telur saja kita harus impor, itu risikonya akan lebih besar lagi kalau misalnya harga sama kaya tahun lalu Rp 23.000, BBM naik, pakan naik, pupuk untuk jagung naik, nggak bisa. Ini bukan Indonesia saja, tetapi dunia juga," jelasnya.
Jadi, pemerintah saat ini tengah fokusnya memberikan harga yang wajar baik untuk peternak, pedagang dan juga konsumen. Saat ini harga acuan telur ayam juga sudah naik Rp 27.000 per kg. "Harga acuan itu jadi bisa di atas dan bisa di bawah bukan seperti HET harga eceran tertinggi," ujarnya.
Sebagai informasi, panel harga di Badan Pangan Nasional, harga telur ayam secara rata-rata nasional sudah Rp 30.770 per kilogram (kg) atau naik Rp 310 dari sebelumnya. Dibandingkan harga pada pekan lalu juga naik dari Rp 29.000/kg. 7
Komentar