Tak Kunjung Datang, Gas Melon Dirindukan Warga Kuta Selatan
MANGUPURA, NusaBali.com – Sejak akhir bulan Mei, warga Kuta Selatan, Badung, krisis gas Elpiji 3 kilogram alias Gas Melon. Tak hanya di tingkat pengecer dan pangkalan saja, bahkan di SPBU 54.803.35 di Jalan Raya Uluwatu, Ungasan, Kuta Selatan, Badung, mengalami kekosongan gas elpiji 3 kilogram ini.
Salah satu petugas SPBU, Kadek Nugraha menerangkan semenjak beberapa hari terakhir gas melon itu semakin langka. Namun, ia tak mengetahui secara pasti mengapa kelangkaan itu terjadi.
Ia pun membeberkan, saat petugas mengisi ulang stok gas elpiji, warga langsung menyerbu dan menghabiskan stok yang telah tersedia.
“Sekarang habis, baru saja diisi stoknya langsung habis. Kalau yang beli satu gas harganya Rp 18 ribu, kalau lebih dari satu Rp 20 ribu,” terangnya pada Selasa (5/6/2023) malam.
Dikonfirmasi secara terpisah, salah satu pedagang di daerah Jalan Taman Giri, Kampial, Kuta Selatan bernama Abdul Alwi menuturkan keresahan yang sama. Abdul menyebutkan, sejak satu bulan terakhir pasokan gas cukup sedikit.
“Punya stok 10 tabung gas, paling diisi hanya 5 tabung saja,” ujar Abdul saat ditemui di lokasi pada Selasa (6/6/2023) sore.
Bahkan, lanjut Abdul hampir 2 minggu ini ia tak mendapatkan pasokan tabung gas elpiji 3 kilogram dari distributor. Abdul juga mengaku, ia mendengar saat ini banyak warung atau penjual ecer lainnya yang menaikkan harga gas elpiji hampir Rp 30 ribuan.
“Sekarang karena langka, ada yang jual Rp 28 ribu sampai Rp 30 ribu. Setiap saya telepon distibutor pasti bilangnya gak ada stok terus,” ujarnya mengeluh.
Abdul juga mengaku, akibat kelangkaan gas melon ini, dirinya sampai tidak masak lauk pauk untuk di rumah. Ia harus membeli makanan di luar untuk mengisi perutnya. Namun hingga kini, Abdul hanya berharap pasokan gas elpiji 3 kilogram bisa kembali tersedia seperti semula.
“Saya sekarang terus beli makan di luar, paling sering beli lalapan. Di rumah gak ada gas jadi gak masak. Ya mudah-mudahan cepet bisa tersalurkan lagi,” ketusnya.
Tak jauh dari warung milik Abdul, sekitar 100 meter terdapat pemilik warung sembako sederhanya, Elsa menuturkan jika distribusi gas melon terakhir di warungnya pada Sabtu (3/6/2023) lalu. Memiliki stok 20 tabung gas elpiji 3 kilogram, Elsa mengaku terakhir kali hanya menerima pasokan 10 tabung tabung gas saja.
“Satu minggu sekali biasanya diisi full 20 tabung, tetapi waktu minggu lalu hanya 10 tabung saja,” ungkapnya.
Akibat kelangkaan tabung gas melon itu, banyak warga yang bertanya kepada Elsa apakah di warungnya masih tersedia gas elpiji 3 kilogram. Karena tak kunjung datang dan banyak warga sekitar warungnya yang terus bertanya, Elsa sampai harus memasang tulisan ‘LPG 3 KG Habis’.
“Saya kasih tulisan saja di depan kalau gasnya habis. Soalnya capek terus ngomong kalau ada yang tanya-tanya,” paparnya sembari tertawa.
Tak hanya dari kalangan pedagang, salah satu usaha Laundry di lingkungan Perumahan Bukit Ungasan Permai juga mengalami kekhawatiran. Owner Bamboo Laundry, Nita mengutarakan kesulitannya mendapatkan gas elpiji 3 kilogram.
“Susah dapatnya, kalau dapat paling harganya Rp 35 ribu. Biasanya beli Rp 22 ribu,” tuturnya.
Nita menjelaskan, sejak Minggu (28/5/2023), dirinya sudah kesulitan untuk mendapatan gas Elpiji. Bahkan ia sampai harus menolak konsumennya yang ingin mencuci baju di tempat usahanya.
“Kalau ada yang mau cuci express selesai satu hari sudah gak bisa ambil lagi, karena sudah pasti tidak bisa selesai. Bahkan yang ngambil cucian sekarang itu ambilnya 3 hari setelah pemberian,” pungkasnya. *ris
1
Komentar