Tindak Lanjut Peningkatan Kekerasan Anak, PPA Jembrana Sosialisasi ke Sekolah
PPA Jembrana
Kekerasan Anak
Sosialisasi
Sekolah
Kelurahan Dauhwaru
Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA)
NEGARA, NusaBali - Dalam beberapa tahun terkahir, kasus kekerasan terhadap anak meningkat di Kabupaten Jembrana. Menyikapi hal tersebut, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Jembrana berusaha menggencarkan sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap anak. Salah satunya, sosialisasi dengan menyasar sekolah-sekolah.
Seperti yang dilaksanakan Rabu (7/6). UPTD PPA pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPPAPPKB) Jembrana, turun menggelar sosialisasi ke SMPN 3 Negara, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana.
Dalam sosialisasi ini turut melibatkan Forum Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga), Duta Anak Bali, serta Forum Anak Kabupaten Jembrana. Sosialisasi ini pun menjadi lanjutan sosialisasi ke sekolah-sekolah yang mulai dilaksanakan secara marathon sejak Jumat (2/6) pekan lalu.
Ditemui usai acara sosialisasi tersebut, Kepala UPTD PPA Jembrana Ida Ayu Sri Utami Dewi mengatakan, kasus kekerasan terhadap anak di Kabupaten Jembrana saat ini sudah masuk kategori mengkhawatirkan. Di tahun 2022 lalu, dari PPA Jembrana mencatat ada sebanyak 30 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Kemudian selama 6 bulan berjalan tahun 2023 ini, juga sudah tercatat 7 kasus.
"Saya bilang ini sudah dalam kategori mengkhawatirkan karena apa? Karena dari sekian kasus itu, hampir 80 persen kasus adalah kekerasan seksual terhadap anak," ujar Dewi.
Dewi menjelaskan, kasus kekerasan terhadap anak di Jembrana ini, juga terus meningkat sejak dimulainya pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu. Dirinya pun menilai salah satu faktor yang turut memicu peningkatan kasus tersebut adalah perkembangan teknologi. Terutama masifnya penggunaan gadget atau smartphone di kalangan anak.
"Anak-anak itu tidak mampu mengendalikan situs atau link yang seharusnya tidak mereka buka. Kadang-kadang mereka dikirim link sama temannya, karena rasa penasaran, setelah mereka buka ternyata situs atau link porno," ucap Dewi.
Dari beberapa kasus, kata Dewi, tidak sedikit orangtua yang kecele lantaran berpikir anaknya memegang smartphone untuk kepentingan mengikuti pelajaran sekolah. Padahal tanpa disadari, banyak anak-anak terjerumus karena kurangnya pengawasan ataupun edukasi mengenai disfungsi perkembangan teknologi tersebut.
Menurut Dewi, sosialisasi ke sekolah-sekolah yang sudah berjalan sejak pekan lalu ini, juga sengaja diambil jelang liburan sekolah. Mengingat dalam masa liburan sekolah nanti, sambung Dewi, waktu anak otomatis akan lebih banyak dihabiskan di rumah sehingga perlu antisipasi ekstra.
"Jeda (libur) satu bulan itu kita antisipasi. Karena selama jeda libur itu, pasti kegiatan anak-anak lebih banyak digunakan bermain dan terkadang tidak terkontrol. Jadi melalui sosialisasi ini, kita harapkan mereka paham dan bisa menghindari hal-hal yang tidak semestinya," ucap Dewi.
Dewi menambahakan, sebelumnya sempat mengadakan sosialisasi serupa dengan menyasar peserta dari sejumlah organisasi perempuan di Jembrana. Setelah sosialisasi menyasar SD dan SMP yang dijadwalkan berlangsung selama jelang liburan sekolah ini, nantinya juga akan dilanjutkan sosialisasi serupa ke tingkat SMA se-Jembrana.
"Setelah ini, akan ada lagi kita sasar sekolah menengah atas. Ke depan, kita juga ada rencana libatkan Kominfo untuk memberikan edukasi terkait penggunaan pemanfaatan smartphone. Kita juga akan coba dari sisi itu, dengan harapan sedikit tidaknya bisa meminimalisir. Walaupun tidak bisa langsung menekan 100 persen, tetapi kita upayakan berbagai cara agar angka kekerasan terhadap anak ini bisa menurun," pungkas Dewi. 7ode
Komentar