Olah Ikan Predator Jadi Makanan Lezat
Ni Putu Eka Supraptiningsih, Warga Desa Bunutin, Bangli
BANGLI, NusaBali - Ikan predator (red devils) yang berkembang di Danau Batur, Kecamatan Kintamani, bisa diolah menjadi makanan lezat. Red devils dibuat menjadi crispy atau kripik hingga mudah dikonsumsi.
Olahan pangan ikan itu ditekuni Ni Putu Eka Supraptiningsih,43, asal Banjar Dadia Puri, Desa Bunutin, Kecamatan Bangli.
Dia menuturkan sejak 2013 lalu dirinya menggeluti usaha makanan tersebut. Diawali membuat abon berbahan dari ikan nila/mujair dan ayam. Kini usaha mulai dikembangkan dengan membuat red devils crispy. Ikan predator tersebut dipilih karena banyak tersedia di Danau Batur. Ikan ini juga banyak dijual di pasar, seperti Pasar Kidul, Bangli.
Ikan red devils kurang diminati meskipun harga ikan ini tergolong murah. "Bahan baku melimpah. Tapi, orang kurang berminat untuk mengolah red devils. Saya mencoba untuk mengolah ikan ini," ungkapnya Jumat (9/6).
Akhir 2022, ibu tiga anak ini menguji coba mengolah ikan red devils. Ikan tersebut sempat diolah menjadi beberapa makanan olahan, namun hasilnya kurang memuaskan. "Mau dibuat sate, tapi kalau sate dibuat sekarang harus habis sekarang. Sate tidak bisa tahan lama," ujarnya.
Red devils oleh warga di kawasan Danau Batur juga sering diolah sebagai sate. Setelah melalui berbagai percobaan, Putu Eka akhirnya mampu menghasilkan red devils crispy. Pada Januari 2023, dia mulai memproduksi red devils crispy dan mulai dipasarkan di lingkungan sekitarnya.
Menurut Putu Eka, red devils bahan ikan dan daging bernilai rasa hampir sama. Hanya saja, red devils daging lebih sedikit dan tulang lebih banyak. Agar bisa dikonsumsi makan red devils dibuat menjadi crispy. Dengan begitu tidak hanya daging, tulangnya pun bisa langsung dikonsumsi. "Karena sudah renyah, sampai tulangnya pun bisa langsung dimakan," jelasnya sembari mengolah red devils.
Foto: Putu Eka Supraptiningsih saat mengolah red devils (ikan predator) di Banjar Dadia Puri, Desa Bunutin, Kecamatan Bangli. -EKA SRI
Red devils lebih amis dibandingkan nila. Oleh karena itu, Putu Eka membersihan red devils menggunakan jeruk nipis dan cuka makanan. Perempuan yang juga memiliki usaha dagang bakso ini menjelaskan proses pembuatan red devils crispy yakni diawali merendam ikan dengan jeruk nipis dan cuka untuk menghilangkan lendir. Selang beberapa menit, ikan dibersihkan dari sisiknya dan ikan dibelah menjadi tiga bagian.
Kemudian ikan direndam kembali dengan asam Jawa. Setelah ikan dicuci bersih, dilanjutkan dengan diungkep menggunakan bumbu genep. Setelah itu, digoreng. "Untuk mendapat ikan yang crispy, maka ikan harus digoreng dua kali. Misal, hari ini digoreng pertama, maka besok baru digoreng untuk kedua kalinya. Ikan yang sudah digoreng pertama harus didiamkan selama 24 jam," sebutnya.
Tidak sampai disitu. Ikan yang sudah melalui proses penggorengan dua kali akan kembali diberikan bumbu kering. Sehingga ikan semakin memiliki cita rasa.
Putu Eka dibantu sejumlah tetangga untuk mengolah ikan tersebut. Sekali pembuatan di mengolah 5 - 10 kilogram red devils. Untuk pemasaran memang baru di lingkungan sekitar. Diakui, dirinya masih mengurus izin usaha industri rumah tangga. Jika izin tersebut sudah keluar, maka pemasaran bisa lebih luas lagi.
"Harapan kami, pemasaran ikan ini bisa lebih luas lagi. Dengan begitu, produksi akan lebih banyak. Selain mengurangi ikan predator di danau, tentu bisa menambah lapangan pekerjaan," sambungnya.
Red devils crispy buatan Putu Eka dijual Rp 5.000 untuk kemasan 40 gram. Saat ini dia sedang mencoba untuk pembuatan kripik dengan campuran red devils. Ke depan akan dibuat inovasi lain, mengingat di Bangli memiliki potensi sumber daya alam yang bagus.
"Beberapa makanan olahan yang saya buat, yakni lele crispy dan jamur crispy. Olahan makanan yang saya buat bersama kelompok pengolah dan pemasar beberapa kali sudah diikutkan dalam pameran," kata Putu Eka.7esa
Komentar